Sukses

Jabar Siaga, Kasus Covid-19 Sudah di Atas 1.000 dalam Sehari

Dalam sepekan terakhir di Juni ini mencapai di atas 1.000 kasus per harinya.

Liputan6.com, Bandung - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Jawa Barat mencatat penambahan kasus positif Covid-19 dalam sepekan terakhir pada Juni ini mencapai di atas 1.000 kasus per harinya. Di sisi lain, kenaikan kasus virus corona juga berdampak pada Bed Occupancy Rate (BOR) atau keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19.

Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Jabar Marion Siagian mengatakan, perkembangan kasus terkonfirmasi Covid-19 di Jabar cukup fluktuatif tapi kecenderungan terus meningkat.

"Jadi, kami mencatat dari 28 Mei atau 15 hari setelah lebaran kasus sudah cukup meningkat dari 1.200, turun lagi menjadi 800 tapi rata-rata di minggu terakhir ini rata-rata kasus di atas 1.000," ucap Marion di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (11/6/2021).

Marion menjelaskan, kenaikan kasus Covid-19 pada Juni ini berbeda dengan situasi pada Maret-April di mana kasus di Jabar rata-rata di bawah 1.000 kasus per harinya. Selain itu, imbas kenaikan kasus Covid-19 juga terasa pada Bed Occupancy Rate (BOR) atau keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan.

"Sebelumnya, Maret-April kita tidak mencapai 1.000 pertambahan setiap hari. Tadi malam kita mencatat untuk keseluruhan Jawa Barat, BOR 62,65 persen. Jadi kalau dibandingkan dengan minggu lalu pertumbuhannya cukup tinggi 2-3 persen dan ini sudah melewati standar dari WHO," katanya.

Melihat kondisi tersebut, kata Marion, jika merujuk pernyataan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, maka Jabar siaga terhadap Covid-19.

"Kalau Pak Gubernur bilang ini sudah siaga, karena kita juga tidak menginginkan pasien-pasien ini tidak mendapatkan pelayanan di rumah sakit karena memang bed kita nanti penuh semua," tuturnya.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Klaster Keluarga

Marion mencontohkan keterisian tempat tidur di sejumlah rumah sakit di Kota Bandung. Untuk kapasitas zona hijau atau pasien bergejala ringan, dari 947 tempat tidur di rumah sakit saat ini sudah terisi 767.

Sementara untuk zona kuning untuk bergejala sedang, dari 554 tempat tidur sudah terisi 474. Adapun zona merah atau untuk pasien dengan gejala berat, dari 79 tempat tidur sudah terisi 65.

"Jadi coba dibayangkan dan sekarang di IGD rumah sakit masih banyak yang sedang menunggu sedang dilakukan diskrining apakah yang ini akan dimasukkan gejala ringan, sedang atau berat," kata Marion.

Marion mengatakan, kenaikan kasus Covid-19 di Jabar jadi perhatian karena kebanyakan terjadi di lingkup keluarga. Interaksi masyarakat selama libur lebaran membuat keterpaparan semakin tinggi.

"Kita melihat juga kasus-kasus sekarang paling banyak klaster keluarga ini akibat dari kita banyak berinteraksi barangkali selama libur lebaran dengan keluarga dan orang lain. Sehingga sekarang juga terlihat klaster-klaster di kabupaten/kota kebanyakan klaster keluarga. Kalaupun ada klaster perkantoran itu yang memang orang-orangnya sudah membawa dari rumah dan ketemu di kantor dan berinteraksi ini menyebabkan kasus-kasus di perkantoran," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Sebaran Covid-19 di Jabar

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Harian Satgas Covid-19 Jabar Daud Achmad membenarkan terkait kenaikan kasus Covid-19 di Jabar selama dua pekan terakhir.

"Jadi beberapa minggu terakhir ini kecenderungan kasus Covid-19 ini naik. Dengan daerah sebaran utamanya masih didominasi Bandung raya dan Bodebek dan dan daerah lain seperti Karawang dan Cirebon," kata Daud.

Daud mengatakan pemerintah sebelum lebaran sudah mewanti-wanti kenaikan kasus ini. Pengalaman tahun lalu setiap setelah libur panjang menjadi pembelajaran di mana terjadi lonjakan kasus. Bahkan, keterisian rumah sakit 80 persen.

"Pemerintah sudah melakukan larangan mudik walaupun pada kenyataannya ada yang lolos. Kondisi ini sudah diupayakan diminimalisir, kebayang kalau tidak ada larangan mudik," ujarnya.

Daud menjelaskan, kenaikan kasus terjadi karena pergerakan masyarakat pasca-pembatasan atau tepatnya sepuluh hari setelah 13 Mei 2021 atau hari lebaran.

"Semakin banyak di lapangan kita lihat setelah selesai pembatasan banyak orang bergerak kemudian terjadilah kenaikan kasus. Pengendaliannya di satgas lebih meningkatkan lagi sosialisasi ke masyarakat 3 T juga ditingkatkan. Karena untuk mengendalikan wabah hanya itu protokol 5M dan 3T," kata Daud.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.