Sukses

Menjelajahi Situs Pesanggrahan Belanda di Taman Nasional Kelimutu

Tak hanya daya magis tiga kawah, kawasan danau Kelimutu juga menawarkan sejumlah spot wisata sejarah berupa situs pesanggrahan Belanda.

Liputan6.com, Ende- Kawasan wisata Taman Nasional Kelimutu, Ende, NTT telah menjadi spot wisata dunia. Namanya sudah familiar. Puluhan ribu wisatawan, baik tamu mancanegara ataupun tamu domestik, berkunjung ke sana setiap tahunnya.

Tidak hanya daya magis tiga kawah danaunya, kawasan danau Kelimutu juga menawarkan sejumlah spot wisata seperti tempat pasanggrahan yang dibangun oleh bangsa Belanda.

Kepala Pengelola TN Kelimutu, Agus Sitepu, mengatakan, pesanggrahan Belanda merupakan sebuah bangunan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda.

Bangunan ini merupakan tempat peristirahatan dan persinggahan pegawai Pemerintah Hindia Belanda saat berkunjung ke Danau Kelimutu atau transit ketika bepergian dari atau ke Kota Ende, sebelum ada jaringan jalan raya.

"Tempat pesanggrahan ini dibangun persis di tempat parkir menuju danau kelimutu, saat ini kita sering menyebut dengan anjungan pasanggrahan," ujarnya kepada Liputan6.com, Kamis (6/8/2020).

Dikatakannya, pesanggrahan ini belum banyak dilirik oleh wisatawan. Sebelumnya, pada tahun 2015 sudah pernah di rehap oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Ende.

"Pesanggrahan memang situs sejarah, saat ini kita mencoba mempublikasikan kembali dan mencari bentuk arsitektur kunonya sehingga bisa dipasang pada papan informasi," katanya.

 

Simak juga videi pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gaya Arsitektur Pesanggrahan

Gaya arsitektur pesanggrahan merupakan gabungan antara arsitektur Belanda dan arsitektur Lio, salah suku di Pulau Flores.

"Arsitektur Belanda nampak pada material semen sebagai fundasi dinding setengah tembok. Sementara, material kayu dan alang-alang sebagai penutup atap bangunan sangat kental dengan model bangunan suku Lio," ungkap Agus.

Bangunan ini memiliki dua lantai. Pada lantai pertama terdapat kamar tidur, ruang perapian gaya arsitektur belanda, dapur, toilet, dan kamar mandi. Sedangkan di lantai kedua terdapat ruangan tanpa sekat yang didigunakan selain untuk tidur juga menyimpan bahan makanan dan barang-barang penting. Kedua lantai ini dihubungkan oleh tangga kayu yang diletakkan di samping perapian.

Bangunan pasanggrahan ini menyerupai pondok, yang kita lihat seperti ada gudang, sumur. Dan tempat ini sebagai tempat istirahat bangsa belanda saat melintas ke Maumere maupun ke Ende.

"Setelah kemerdekaan dan bangsa belanda pergi meninggalkan Indonesia khususnya Kabupaten Ende dan Flores, bangunan ini digunakan sebagai pos pengamatan gunung api oleh pemerintah Indonesia. Tetapi ditinggalkan, karena sudah dibangun pos fulkanologi dan danau kelimutu masuk taman nasional," sebutnya.

Karena bertambahnya usia bangunan dan minimnya pemeliharan, rumah persanggrahan itu tidak dapat dipakai lagi. Tersisa puing-puing tembok yang masih berdiri sampai saat ini.

Beberapa waktu belakangan, pengelola Taman Nasional Kelimutu membenahinya untuk dijadikan salah satu spot wisata pendukung, khususnya wisata sejarah.

Pesanggrahan Belanda juga dimanfaatkan oleh pengelola sebagai lokasi beberapa acara penting, salah satunya acara workshop Elang Flores yang diselenggarakan pada tahun 2019. Pengelola Taman Nasional Kelimutu berusaha untuk mengalihkan pengunjung untuk tidak menumpuk di atas tugu puncak.

3 dari 3 halaman

Anjungan Pesanggrahan

Sejak dibukanya kembali Taman Nasional Kelimutu pada masa adaptasi kebiasaan baru beberapa waktu lalu, ada satu fasilitas yang mendapat perhatian pengujung. Namanya Anjungan Pesanggrahan. Anjungan Pesanggrahan berlokasi tepat di samping areal parkir, dekat dengan jalan ke objek wisata sejarah pesanggarahan tepatnya di areal Kelimutu Market yang telah diresmikan Bupati Ende, Achmad H. Djafar saat pembukaan kembali Taman Nasional Kelimutu.

Dulunya, tempat ini tidak terlalu diperhatikan karena penuh dengan semak-semak yang tertutup alang-alang dari pinggir parkiran. Dalam perencanaan penataan pedagang Taman Nasional Kelimutu, lokasi ini kemudian ditata menjadi anjungan sebagai tempat duduk di area pedagang kuliner.

Sejak dibuka, Anjungan Persanggrahan disukai para pengunjung. Pepohonan hutan tua dengan paku-pakuan di sekitar anjungan bikin suasana teduh. Tidak hanya sebagai tempat makan sambil bersantai, anjungan ini dijadikan tempat befoto ria oleh sejumlah pengunjung.

Pemandangannya sangat instagramable. Keberadaan Anjungan Pesanggrahan sejauh ini telah membagi konsentrasi pengunjung di Taman Nasional Kelimutu. Sasaran pengunjung tidak hanya di Tugu Puncak tetapi juga di area Kelimutu Market.

Balai Taman Nasional Kelimutu menyadari masih banyak yang perlu dibenahi, khususnya di area Kelimutu Market dan Anjungan Pesanggrahan. Dalam rencana di danau kelimutu setelah new normal ini akan dikembangkan lagi wisata tematik, seperti menikmati keindahan binatang seperti burung, sebap di Kelimutu banyak sekali burung dengan berbagai jenis.

"Kita juga sudah buat dengan papan informasi, seperti jalur pendidikan sejarah dan budaya lewat pasangrahan dan jalur flora dan fauna lewat argoretum. Sehingga pengunjung yang datang ke danau tidak hanya menikmati danau kelimutu, tetapi bisa juga melewati situs sejarah atau tempat flora dan fauna," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.