Sukses

Dodol Alame, Penganan Tradisional Khas Mandailing yang Disajikan Saat Lebaran

Perayaan Idul Fitri atau Lebaran sering menjadi momentum munculnya penganan tradisional khas yang disajikan oleh masyarakat. Di Sumatera Utara (Sumut), tepatnya di Kota Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu, ada panganan khas Suku Mandailing yang disebut dodol alam

Liputan6.com, Medan Perayaan Idul Fitri atau Lebaran sering menjadi momentum munculnya penganan tradisional khas yang disajikan oleh masyarakat. Di Sumatera Utara (Sumut), tepatnya di Kota Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu, ada panganan khas Suku Mandailing yang disebut dodol alame.

Menjelang Idul Fitri, banyak masyarakat di Rantau Prapat menyiapkan pembuatan dodol alame. Bahkan di penghujung Ramadan, pembuatan dodol alame di Ibu Kota Kabupaten Labuhan Batu meningkat.

Seorang warga Rantau Prapat, Elies Br Harahap mengatakan, tidak hanya dodol alame, jenis dodol lainnya selalu menghiasi meja-meja tempat hidangan kue di rumah-rumah warga saat merayakan Lebaran.

"Dodol alame ini disajikan untuk dinikmati bersama keluarga dan tetangga saat bersilaturrahmi," kata Elies, Senin (25/5/2020).

Selain untuk dinikmati bersama keluarga, Elies memproduksi dodol juga untuk dijual. Diakuinya, tata cara pembuatan dodol alame cukup membutuhkan waktu beberapa jam. Dimulai dari memanaskan santan kelapa kental.

Selanjutnya dimasak dengan menyeduh adonan tepung pulut putih atau hitam. Kemudian, proses memasak dilakukan di dalam kuali besi berukuran besar setelah sebelumnya dicampur dengan komposisi gula dan bahan lainnya.

"Saat dimasak di atas api yang dibiarkan terus menyala, adonan terus diaduk hingga kental dan kenyal," ucapnya.

 

Saksikan juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengemasan

Setelah matang, adonan dodol dalam kondisi kental dikemas dalam bungkusan. Ada yang memasukkan ke dalam plastik. Paling sering warga membungkusnya menggunakan sumpit atau pembungkus dari dedaunan.

"Di sini ada dua varian, dodol pulut putih dan hitam," ujarnya.

Diterangkan Elies, ada juga tetangga dan warga lain yang tidak membuat dodol alame sendiri memesan kepada dirinya. Harganya Rp 120.000 per Kilogram atau 4 bungkus dengan ukuran sumpit 250 gram, dan belum termasuk ongkos kirim untuk ke luar kota.

"Kami juga kirim ke Kalimantan, Jakarta, Medan, Pekan Baru dan beberapa daerah lainnya. Jadi, tidak hanya di Rantau Prapat saja," Elies menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.