Sukses

Mojang Bandung Ini Sulap Batu Bara Jadi Perhiasan Cantik

Ia mulai melakukan riset terhadap pengolahan batu bara ini sejak tahun 2016 sehingga aman bagi kesehatan.

Liputan6.com, Denpasar - Siapa sangka barang bekas bisa bernilai tinggi jika kita mengelolanya dengan baik. Seperti yang dilakukan Alvinska Octaviana, mojang asal Bandung, Jawa Barat ini. Ia berhasil menyulap batu bara menjadi perhiasan cantik. Harganya jangan ditanya. Berkat kreasinya, bahan bakar yang tertanam di perut bumi itu bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah dalam jumlah besar.

Alvinska bercerita mengenai awal mula ia memulai bisnis perhiasan berbahan batu bara yang ia beri nama Legam. Suatu ketika, ia mendapatkan kesempatan mengunjungi Sawah Lunto di Sumatera Barat. "Itu sekitar lima jam dari Padang. Saya mencoba mencari potensi alam yang ada di sana," kata Alvinska membuka perbincangan, Kamis, 2 Januari 2020.

Dengan bekal disiplin ilmu teknik sipil yang didapat di kampusnya, dara manis itu mencoba mengolah batu bara untuk pewarna tekstil. Pada saat melakukan penelitian, Alvinska bertemu dengan seorang pematung dengan bahan dasar batubara.

"Perajin itu mengolah batu bara sampai detail sekali di patung hasil karyanya. Perajin itu biasanya membuat patung yang besar-besar sekali," terang Alvinska.

Ia mulai tertarik mengolah batu bara. Fokus perhatiannya dialihkan ke situ. Hanya saja, untuk membuat patung dari batu bara biasanya membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga bulan lamanya. Baginya, pengerjaan selama itu bukan waktu yang sebentar. Ia memeras otak agar batu bara ini bisa diolah dengan waktu cepat dan kontinuitas yang berkesinambungan. Ide pun datang.

 

Ia meminta si perajin membuat batu bara itu dalam bentuk kecil-kecil. Hasilnya menggembirakan. Batu bara hasil olahan si perajin sangat ciamik. Alvinska kemudian mulai beralih mengolah batu bara dari untuk pewarna tekstil ke perhiasan. Ia membuat desain dan memadukannya dengan batu bara yang dibuat si perajin.

"Jadi aku berperan hanya membuat desain. Sementara batu bara tetap dibuat si perajin. Kami berkolaborasi dengan mereka," kata Alvinska.

Bukan tanpa alasan ia mencoba peruntungan dari perhiasan berbahan batu bara. Sebabnya, pasca-tambang batu bara di sana ditutup, kondisi masyarakat sekitar amat memprihatinkan.

"Pasca-terjadi PHK besar-besaran mereka beralih ada yang menjadi tukang ojek dan lain sebagainya. Saya mencoba menawarkan alternatif baru melalui perhiasan berbahan batu bara sebagai penopang ekonomi mereka," katanya. 

Saat ini, ia bekerjasama dengan penambang yang telah di-PHK untuk membuat kerajinan dari batu bara. Kendati begitu, bukan hal mudah baginya menekuni bisnis ini. Sebabnya, batu bara bukan hal lumrah yang digunakan sebagai perhiasan. Apalagi, batubara mengandung bahan-bahan alam yang belum tentu bagus untuk kesehatan manusia.

Riset pun dilakukan. Tak tanggung-tanggung, sejak tahun 2016 ia melakukan riset serius terhadap kandungan batu bara dan efeknya bagi manusia jika digunakan sebagai perhiasan. Alhasil, kini ia telah mendapatkan formulanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Baru Delapan Bulan Ditekuni

Sejak delapan bulan belakangan, ia baru serius menyulap batubara sebagai perhiasan dipadukan dengan perak, alumunium, kuningan dan berbagai bahan lainnya. 

"Batu bara ini kan lapisannya banyak. Saya coba riset agar batubara ini aman untuk digunakan sebagai perhiasan. Yang saya pakai ini batubara jenis B2. Gas-gasnya sudah terlepas semua. Jadi, ini benar-benar aman untuk dipakai manusia. Ini sudah melalui riset mendalam," terang dia.

Kini, produk perhiasan berbahan batubara hasil karyanya mulai banyak digandrungi masyarakat. Pasar potensialnya berada di Bandung, Jakarta dan Bali. Tak hanya di dalam negeri, Alvinska juga memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Tercatat ia pernah beberapa kali memamerkan hasil karyanya di beberapa negara.

"Sudah pernah pameran di Taiwan, Thailand dan sebentar lagi Singapura. Saya ingin mengedukasi masyarakat bahwa limbah batu bara ini ternyata bisa digunakan untuk kebutuhan kita," ujarnya.

Tak hanya menjual hasil karyanya, Alvinska juga menyematkan cerita batu bara dan kehidupan manusia menjadi nilai jual dari produknya. "Saya jual juga story-nya. Niat awalnya aku bukan jual produk. Awalnya hanya ingin memberdayakan masyarakat saja menjual story-nya. Tapi kini keduanya menjadi satu dalam produk yang kami tawarkan," ujarnya.

Kini, batu bara yang awalnya hanya dipandang sebagai bahan bakar tak ramah lingkungan bisa memiliki nilai ekonomis tinggi. "Rate harga produk saya terendah mulai Rp150 ribu dan tertinggi Rp1.500.000," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.