Sukses

Hikayat Ceng Beng, Balas Budi Anak kepada Orang Tua

Ketika mencari makam kedua orangtuanya itu, si anak miskin yang sudah menjadi pejabat berbagi rezeki dengan makan bersama, sekaligus mendoakan sang arwah agar diterima.

Liputan6.com, Cirebon - Hidangan tertata rapi di tengah pemakaman Tionghoa Kutiong Kalitanjung, Kota Cirebon, dalam acara Ceng Beng , Sabtu (6/4/2019). Doa dan ritual terucap dari mulut pemimpun ritual yang biasa dipanggil Vajra Charya. Umat Tionghoa Cirebon pun khidmat mengikuti prosesi ritual tersebut.

Dari catatan yang sudah ada, Ceng Beng atau ziarah ke makam leluhur merupakan salah satu ritual umat Tionghoa. Ritual tersebut sudah dilaksanakan ribuan tahun lalu.

"Kalau riwayatnya memang dari Tiongkok sana. Tapi untuk melacak secara rinci kami belum dapat. Yang jelas awal mulai Ceng Beng itu riwayatnya diangkat dari kisah nyata warga Tionghoa di sana," kata juru bicara acara Ceng Beng 2019, Halim Eka Wardana.

Singkat cerita, riwayat Ceng Beng berasal dari anak keluarga miskin di China yang bertekad sukses dan kaya. Sembari bersumpah, si anak memutuskan merantau ke kota raja.

Puluhan tahun kemudian, si anak sudah memasuki puncak kesuksesan dan memutuskan untuk pulang menjenguk orang tuanya di usia 70 tahun. Namun, saat itu orang tuanya sudah pergi lebih dulu.

"Setelah mengetahui orang tuanya tidak ada, si anak yang sudah jadi pejabat itu memerintahkan anak buahnya dan meminta bantuan warga setempat untuk membersihkan makam di perkampungannya. Ditemukan dua makam yang sudah lama dan tak terawat, yang diyakini orang tuanya," kata dia.

Saat proses pencarian makam orang tuanya itu, si anak memutuskan untuk menggelar ritual Ceng Beng. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Arwah Leluhur

Tanggal pelaksanaan Ceng Beng tiap tahun digelar pada awal April.

"Kalendernya pertemuan antara kalender Tionghoa dan Kalender Masehi jatuhnya di April," ujar dia.

Halim menjelaskan, dalam ritual tersebut, selain mendoakan, juga memanggil arwah leluhur yang diyakini masih belum diterima di langit. Arwah tersebut dipanggil untuk diajak menikmati hidangan yang tersedia di lokasi ritual. Mulai dari buah hingga minuman tradisional China.

"Kalau di dunia nyata seperti orang telantar, jadi arwah itu arwah telantar, belum diterima langit," kata dia.

Pantauan di lokasi, umat Tionghoa Cirebon tak hanya mengikuti rangkaian acara Ceng Beng. Dia juga membagikan ratusan paket sembako kepada warga yang ada di sekitar pemakaman China kuno itu.

Halim menjelaskan, pembagian paket sembako tersebut sebagai bentuk terima kasih kepada warga sekitar. Sebagian besar warga sekitar pemakaman turut serta menjaga dan memelihara makam China kuno di Cirebon itu.

"Kalau bukan kita siapa lagi mereka juga biasanya membantu warga Tionghoa yang ingin mencari makam leluhur di sini," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.