Sukses

Operasi Penyelamatan Pahu di Kalimantan

Tidak sembarang orang diperkenankan berinteraksi dengan badak yang statusnya sangat terancam ini. Salah satu alasannya, menjaga agar badak tidak berlaku jinak terhadap manusia.

Liputan6.com, Balikpapan - Pagi-pagi, Pahu (20) terlihat bersemangat menapaki sekeliling boma, kandang buatan hutan Kelian Kutai Barat (Kubar) Kalimantan Timur (Kaltim). Sesekali badak betina seberat 356 kilogram ini mengendus sekaligus menukil tanah mempergunakan moncongnya di kubangan lumpur.

Hewan mamalia besar bernama latin decerorhinus sumatrenis ini sepertinya sedang mencari sisa makanan.

"Pagi hari memang merupakan jadwalnya masuk kandang rawat untuk meminta makan," kata Koordinator Tim Rescue Badak Kalimantan, Arif Rubianto, beberapa waktu lalu.

Rutinitas Pahu memang seperti itu setiap paginya. Badak Sumatra ini gemar menikmati ragam pakan dedaunan dan buah buahan khas Kalimantan. Satwa langka yang ditemukan di Kubar ini menyukai tiga jenis makanan, yakni rumpun semak, akar pohon (liana), dan buah nangka.

Kedatangan pawang sembari membawa keranjang pakan pun tidak luput perhatiannya. Salah seorang keeper tim rescue ini cukup mencicit menirukan bunyi persis disuarakan badak. Suaranya persis lumba-lumba yang dibunyikan terus menerus.

"Kadang kala suaranya seperti kicauan burung," papar Arif.

Seolah paham panggilan makan, Pahu setengah berlari memasuki kandang. Badak Sumatra ini lahap menikmati pakan segar kegemarannya.

Kala badak asyik bersantap dimanfaatkan tim medis mengobservasi kesehatan fisiknya. Seluruhnya diperiksa, mulai ujung kepala hingga setiap pangkal buku kakinya.

Kesimpulannya, badak Pahu dalam kondisi prima. Kesehatannya terus membaik terlihat dari peningkatan signifikan berat badannya menjadi 356 kilogram. "Berat badan badak semula hanya 320 kilogram.  Sekarang sudah naik dan kesehatannya normal," ungkap Arif.

Selama tiga bulan terakhir, Pahu memperoleh penanganan khusus dari tim medis maupun pawang. Tidak sembarang orang diperkenankan berinteraksi dengan badak yang statusnya sangat terancam ini. Salah satu alasannya, menjaga agar badak tidak berlaku jinak terhadap manusia.

"Nantinya badak akan dilepaskan di alam liar. Hanya keeper khusus yang boleh memberi makan mempergunakan tangan. Petugas lainnya dilarang mendekati pagar perawatan," ujar Arif.

Selesai memperoleh perawatan, Pahu lantas dibiarkan kembali ke kandang utamanya berukuran 50 x 80 meter. Tempat dimana ia menghabiskan waktunya seharian bermalasan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Badak di Belantara

Kegiatan badak terbilang monoton, berkubang dalam lumpur, menggosok badan, makan siang, berendam air, tidur siang, makan sore, tidur malam hingga dilanjutkan pagi harinya.  

"Seluruh aktifitasnya terekam dalam cctv di pagar kandang," ungkap Arif.

Selama itu pula, mereka mengidentifikasi ciri fisik badak setinggi 101 centimeter dan berat 356 kilogram. Ukuran badannya terbilang kerdil bila dibandingkan sejawatnya badak sumatra berukuran lebih kekar setinggi 145 centimeter dan berat 800 kilogram.

Selain itu, gigi seri badak kalimantan saat dihitung sebanyak empat buah, sedikit lebih banyak dari badak sumatra hanya dua buah.

Uniknya lagi, ciri fisik badak kalimantan pun berbeda dengan kerabat dekatnya, badak di Sabah Malaysia. Badak negeri jiran sedikit lebih besar dengan tinggi 120 centimeter dan berat 550 kilogram.

Hanya memang, kajian genetiknya menempatkannya dalam rumpun populasi badak sumatera. Soal keberadannya ribuan kilometer di Kalimantan masih misteri. Belum ada penjelasan ilmiah keberadaan badak Sumatera di Kalimantan.

Pahu sendiri terperangkap lubang jebakan tim rescue di sekitar Sungai Kedang Pahu Kabupaten Kubar Kaltim, November lalu. Lokasi penemuan badak berdekatan dengan Sungai Pahu yang merupakan salah satu anakan Sungai Mahakam.

Nama sungai ini lantas diabadikan sebagai nama temuan badak kalimantan.

Penangkapannya merupakan prestasi sendiri mengingat tim berjibaku memburu badak kalimantan sejak tiga tahun terakhir. Mereka awalnya hanya menelusuri mitos soal keberadaan satwa langka badak di belantara.

Selama bertahun tahun, masyarakat Kaltim mendengar rumor kawanan badak. Informasinya bersumber dari warga adat dan pegawai perkebunan. Sayangnya memang belum ada bukti otentik keberadaannya.

Titik terang fakta keberadaannya mulai terkuak dua tahun silam, bulan Maret 2016. Tim rescue mendapati badak berusia 10 tahun terjerat senar jebakan pemburu. Badak malang lantas di evakuasi ke kantong populasi I Kubar.

Sayangnya, badak dinamai Najag ini gagal bertahan hidup. Badak sumatra ini menderita infeksi akut di kaki kirinya dimana terdapat luka jeratan sedalam 1 centimeter.

Peristiwa ini sepertinya menjadi pembelajaran tim rescue badak. Mereka akhirnya extra hati hati dalam penyelamatan penanganan badak yang populasinya diperkirakan tersisa tiga ekor di Kalimantan.

"Petugas rescue ada 40 orang yang mengawasi aktifitas badak selama 24 jam," tutur Arif.

3 dari 3 halaman

Mencarikan Jodoh Pahu

Tim rescue ini pun akhirnya memperluas area pemantauan hingga masuk perbatasan Kalimantan Utara (Kaltara) dan Kalimantan Tengah (Kalteng). Kerja kerasnya terjawab dengan ditangkapnya Pahu di suatu kawasan di Kalbar.

Saat bersamaan, penggiat lingkungan sedang mengupayakan aktifasi pembangunan suaka badak seluas 6.700 hektare berlokasi di Kelian Kubar. Lokasi suaka ini nantinya bisa menjadi pusat perkembangbiakan satwa badak di Kalimantan.

"Temuan Pahu menjadi awal pembibitan badak," ungkap Arif.

Sementara ini, sudah tersedia sarana kandang khusus perawatan, pembibitan, dan infrastruktur tim rescue lapangan. Secepatnya akan ditambah sarana baru seperti pedok, kandang rawat, karantina, klinik satwa, pondok pawang, pembibitan pakan, dan infrastruktur.  

Manusia harus campur tangan aktif dalam upaya penyelamatan keberlangsungan badak di Kalimantan. Proses perkembangbiakan diupayakan dengan mengawinkan spesies badak yang sama. Tugas utama adalah mencarikan badak jantan dijodohkan dengan Pahu.

"Ini program jangka panjang yang akan berlangsung selama 25 hingga 100 tahun kedepan," tegasnya.

Tim rescue mencari kelompok kawanan Pahu yang masih tersisa. Bukan perkara gampang mengingat luasnya medan harus dijangkau. Apalagi mereka mengejar waktu dengan para pemburu liar.

Tim rescue memasang lubang jebakan di sejumlah lokasi perlintasan badak. Pemasangan jebakan diperluas hingga memasuki wilayah perbatasan di Kaltara dan Kalteng. "Kalau ada badak pejantan akan dikawinkan dengan Pahu," sebutnya.

Di sisi lain, tim pun berjibaku membaca berbagai informasi dari camera trap sudah terpasang. Petugas melawan berbagai kendala seperti faktor cuaca, sulitnya medan hingga non teknis. "Sebelum turun di lapangan ada pelatihan dulu bagi pemula," tuturnya.

Kalimantan Program Director WWF Indonesia Irwan Gunawan mengabarkan, Pahu merupakan sub spesies badak baru dunia. Badak ini memiliki kekerabatan yang erat dengan badak sumatra. Uji tes DNA sedang dilakukan guna memperkuat teori genetik badak ini.

"Ada kecenderungan temuan sub genetis spesies baru badak," ungkapnya.

Irwan mengatakan, keberadaan badak kalimantan terungkap berkat masifnya eksploitasi sumber daya alam di Kalimantan. Sejumlah wilayah jelajah badak sudah beralih rupa menjadi kawasan terbuka seperti pemukiman warga, pertambangan, dan perkebunan.

Hanya saja memang populasi badak ini berada dalam ambang gawat nyaris punah. Soal ini, WWF menjadi salah satu non goverment organization (NGO) yang mendorong realisasi pembentukan lokasi suaka di Hutan Restorasi Kelian Kubar.

Pihak pemerintah, dalam hal ini Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim Sunandar tetap menguatarakan optimisnya dalam upaya penyelamatan badak. "Populasi kemungkinan badak masih tersisa 10 hingga 12 ekor. Keberadannya tersebar merata di seluruh hutan Kalimantan," sebutnya.

Lokasi dugaan kuat perlintasannya sudah diketahui, hanya belum bisa di publikasi. Khawatirnya merangsang pihak lain melakukan perburuan.

Seluruh badak badak nantinya akan direlokasikan ke Hutan Kelian Kubar. Hutan ini menjadi pusat perkembangbiakan berkelanjutan badak kalimantan. Campur tangan manusia diharapkan mendorong populasinya menjadi 20 ekor.

Langkah terakhir adalah menetapkan lokasi hutan tempat pelepasliaran kawanan badak. BKSDA Kaltim menghubungi sejumlah daerah yang menyatakan kesediannya menjadi lokasi pelepasliaran badak. "Ada beberapa daerah bersedia menjadi lokasi pelepas liaran badak," tegasnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.