Sukses

Cerita Doa Ular Besar di Balik Meluapnya Sungai Bulango

Sebagian masyarakat Kecamatan Bulango Ulu mempercayai bahwa banjir bandang lima tahunan akibat meluapnya Sungai Bulango itu merupakan doa seekor ular besar di hutan.

Liputan6.com, Bone Bolango - Sebagian masyarakat Kecamatan Bulango Ulu, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Gorontalo, masih mempercayai hal-hal mistis, seperti penyebab dari banjir lima tahunan yang terjadi di wilayah itu. Pasalnya, banjir ini bukan disebabkan karena penggundulan hutan.

Sebagian masyarakat Kecamatan Bulango Ulu mempercayai bahwa banjir bandang lima tahunan akibat meluapnya Sungai Bulango itu merupakan doa seekor ular besar di hutan.

Menurut kepercayaan mereka, konon katanya di hutan belantara yang tidak jauh dari kecamatan itu tinggal ular-ular besar yang sudah tua, sehingga tidak bisa lagi bergerak. Ular tersebut menurut mereka sudah tidak bisa mencari makan sendiri, bahkan tinggal menunggu mangsa yang lewat saja.

"Dari dulu ini memang kepercayaan kami sejak nenek moyang dulu, mereka menceritakan bahwa banjir lima tahunan yang terjadi akibat meluapnya Sungai Bulango ini merupakan doa ular-ular yang ada di hutan belantara," ujar Hahmud M Harun, warga Kecamatan Bulango Ulu, kepada Liputan6.com.

Bapak yang berumur 75 tahun ini menambahkan, nenek moyangnya dulu bencerita ular-ular ini berdoa agar ada hujan bisa membawa mereka ke laut.

"Namun, karena mereka sudah mulai kesulitan makanan, menurut orang-orang tua saya dulu, ular itu kemudian berdoa untuk meminta hujan supaya mereka hanyut ke laut, karena di laut banyak makanan yang bisa dimangsa oleh mereka," katanya.

Hahmud mengakui dirinya belum melihat sosok ular-ular itu. Hanya saja, sampai dengan saat ini pasti setiap 5 atau 6 tahun terjadi banjir bandang. "Hujan lebat selama satu minggu tidak pernah berhenti hingga meluapnya sungai Bulango, jadi saya berpikir bahwa ini mungkin yang diceritakan orang tua dulu ada benarnya," kata dia.

Namun, di sisi lain, tidak semua percaya dengan cerita tersebut. Diduga banjir bandang ini terjadi karena rusaknya ekosistem akibat ulah manusia. "Jadi hanya sebagian saya yang mempercayai hal ini, mitos atau tidak itu saya tidak tahu, tetapi secara pribadi saya ada benarnya juga dan banyak sebagian orang mempercayai itu," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.