Sukses

Nenek Misterius dan Kakek Baik Hati Berbaju Putih di Gunung Ciremai

Gunung tertinggi di Jawa Barat menyuguhkan pengalaman berbeda dalam setiap pendakiannya ketika melewati jalur yang berbeda bagi para petualang

Liputan6.com, Cirebon - Kawasan Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat merupakan salah satu pegunungan yang banyak dikunjungi. Gunung tertinggi di Jawa Barat itu kerap menjadi salah satu tujuan para pendaki.

Umumnya, ramai pendaki Gunung Ciremai pada momen peringatan hari kemerdekaan RI 17 Agustus. Selain tertinggi di Jawa Barat, banyak momen yang selalu diingat dalam setiap pendakian di Gunung Ciremai ini.

Ketua Komunitas Hantu Gunung 1911 (HG 1911) Wahyu Septaji mengatakan, Gunung Ciremai menjadi salah satu pegunungan yang banyak diburu para pendaki.

Memiliki tiga jalur pendakian yakni Palutungan di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, Cibunar di Kabupaten Kuningan, dan Apuy di Kabupaten Majalengka.

"Ketiga jalur ini memiliki sensasi pendakian yang berbeda dan punya kesan tersendiri," ujar dia, Rabu, 16 Januari 2019.

Dia mengatakan, ketiga jalur pendakian Gunung Ciremai tersebut menyuguhkan sensasi dan pengalaman mendaki yang berbeda. Seperti di Jalur Palutungan, waktu tempuh normal ke puncak Gunung Ciremai melalui jalur ini sampai 10 jam.

Di jalur Palutungan, para pendaki akan melalui medan yang landai dan berliku. Terdapat delapan pos yang tersedia di jalur ini.

"Dari delapan pos tersebut, beberapa pos yang menurut kami terbilang curam seperti Pos Arban, Tanjakan Asoy, Pesanggrahan," kata dia.

Sepanjang pendakian, para pendaki juga dapat menikmati suasana hutan pinus. Beberapa satwa endemik seperti lutung, monyet, dan babi hutan juga akan muncul.

Tak hanya itu, sejumlah pengalaman mistis juga akan dirasakan pendaki. Dia mengaku pernah melihat sosok nenek tua di kawasan Cigowong ketinggian 1500 MDPL.

"Tapi pas berkedip sedikit hilang, lokasi di dekat mata air dan orang-orang sekitar meyakini itu adalah adik dari Nini Pelet. Hampir semua pendaki tahu cerita tentang nenek-nenek tua itu," kata dia.

Sensasi berbeda jika pendaki melewati jalur Cibunar yang berada di kawasan Gedung Perjanjian Linggar Jati Kabupaten Kuningan. Di jalur tersebut dianggap ekstrem sebab medan yang sulit cenderung menanjak.

Meski jarak tempuh mencapai puncak normalnya hanya 8 jam, jalur tersebut kerap dianggap sangat melelahkan. Sepanjang perjalanan, pendaki menapaki jalur tanjakan hingga 60 derajat.

"Ada sembilan pos di jalur ini suasana alamnya juga sama kita lihat pohon pinus karena Ciremai kan masuk hutan heterogen," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jalur Ekstrem

Dia mengatakan, umumnya jalur Cibunar dilintasi oleh para pendaki yang berpengalaman dan ingin mendapat sensasi baru setiap mendaki gunung.

Tak hanya itu, pendaki yang melintas di Jalur Cibunar juga kerap mendapat pengalaman mistis. Seperti mendengar suara kuda berjalan jika pendaki bermalam di kawasan Kuburan Kuda.

"Padahal tidak ada kudanya pas dilihat keluar tenda. Selain itu kami juga pernah bertemu kakek tua pakai baju putih saat itu teman saya sedang tersesat dan si kakek itu memberi petunjuk jalan," kata Wahyu.

Salah seorang pendaki asal Cirebon Toni Kusuma Jati mengatakan, jalur Cibunar sangat berbahaya apabila tidak didampingi pendaki yang berpengalaman.

Tidak sedikit pendaki pemula kelelahan dan cedera ketika di jalur ekstrem sehingga gagal mencapai puncak. Dia mengatakan, di jalur Cibunar pendaki dituntut memiliki kondisi fisik prima.

"Hati-hati juga kalau turun di jalur Cibunar karena kaki akan rentan cedera," kata dia.

Sementara itu, jalur Apuy Kabupaten Majalengka Jawa Barat dikenal sebagai jalur cepat menuju puncak. Waktu tempuh normal ke Puncak Gunung Ciremai melalui Apuy hanya enam jam.

Dia mengatakan, jalur tersebut terbilang cepat karena pendaki mulai menapaki jalur di ketingian 1500 mdpl. Setengah dari ketinggian Gunung Ciremai 3078 Mdpl.

"Ketika kita sampai di pos pertama jalur Apuy ketinggian sudah 1500 jadi kita tinggal naik setengahnya lagi jadi kita tinggal tek tok saja tidak perlu menginap," kata Toni.

Jalur Apuy tersebut biasa digunakan untuk yang tidak membutuhkan waktu lama menginap di hutan. Medan di jalur Apuy sendiri terbilang landai dan sedikit curam.

Menurut Toni, sekilas medan jalan di jalur Apuy tersebut merupakan perpaduan dari dua jalur yakni Palutungan dan Cibunar. Di jalur tersebut minim tanjakan curam, tetapi pendaki tetap diimbau waspada karena banyak persimpangan jalan.

"Banyak jalan baru di jalur ini tandanya ada pohon yang menutupi jalan lama hati-hati salah jalan. Beberapa tanjakan juga ada yang curam," kata dia.

Yang berbeda dari dua jalur lain adalah pendaki akan ditemani seekor burung penunjuk arah saat sudah melewati pos 5. Dia mengatakan, sebagian pendaki yang melewati jalur Apuy ingin mengejar fenomena matahari terbit.

"Kalau tidak hafal jalur bisa tersesat pas menuju puncak termasuk saya juga pernah. Untung ada burung penunjuk arah," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.