Sukses

Detik-Detik Puluhan Warga Tunggang Langgang Hindari Longsor

Rekahan itu telah terisi air sawah yang menampung hujan seharian. Firasat buruk membuat ia bercepat memberi tahu keluarganya. Pasalnya, jika tanah itu lepas, rumah dan seisinya, termasuk nyawa keluarganya, dipertaruhkan.

Liputan6.com, Wonosobo - Intensitas hujan meningkat sejak Desember 2018 ini. Tak pelak, curahan hujan dari langit itu memicu banjir dan longsor di berbagai daerah Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Wonosobo.

Jumat, 14 Desember 2018, wilayah yang berada di dataran tinggi ini lebih dingin dari biasanya. Maklum, hujan nyaris tak berhenti sejak sehari sebelumnya.

Di Dusun Jetis Desa Pacarmulyo Kecamatan Leksono, Wonosobo, Edi Mulwantoro tengah keheranan. Jumat sore, ia melihat pepohonan, seperti pohon kelapa dan trembesi, yang mulanya berada di atas tebing, telah bergeser jauh ke bawah.

Beragam pepohonan yang berada di samping belakang rumahnya itu pun banyak yang miring. Rata-rata condong ke bawah.

Ia pun menduga tebing ini bergerak alias longsor. Apalagi, ditambah pertanda beberapa pohon yang sudah tumbang. Dia pun yakin, longsor besar akan terjadi tak lama lagi.

Untuk memastikan, ia naik ke atas tebing untuk mengecek keberadaan tanda-tanda longsor yang diketahuinya. Benar saja, di belakang rumahnya yang merupakan areal persawahan ada rekahan tanah yang cukup besar.

Rekahan itu telah terisi air sawah yang menampung hujan seharian. Firasat buruk membuat ia bergegas memberi tahu keluarganya. Pasalnya, jika tanah itu lepas, rumah dan seisinya, termasuk nyawa keluarganya, dipertaruhkan.

Jika sampai tanah itu lepas, rumah-rumah warga di bawahnya, termasuk milik Edi, akan tertimpa atau ikut terbawa arus longsor.

"Setelah cek di atas bengkah, saya langsung turun untuk mengevakuasi keluarga dan memberitahu warga," ucapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ketua RT Jadi Korban, Kerugian Lebih dari Rp 300 Juta

Warga Desa Pacarmulyo, terutama Dusun Jetis, lantas merapat ke lokasi bencana usai pengumuman bahaya longsor dari musala. Warga berusaha membuat saluran air agar tak membuat tanah yang sudah bergerak tak bertambah jenuh.

Saat itu, dampak longsor belum begitu parah. Aliran air bercampur lumpur cukup deras terjun ke selokan yang memotong badan jalan. Berbekal alat seadanya, warga bekerja bakti memperlancar aliran air berlumpur itu agar tak menumpuk dan membebani tebing.

Detik-detik menegangkan pun dimulai, ketika Ketua RT 2 RW 1 dusun Jetis, Romelan, yang ikut bekerja bakti berusaha mengevakuasi keluarga Edi yang masih berada di dalam rumah. Secara tak gerduga, lereng tebing yang saat itu ramai aktivitas warga kembali bergeser.

Mula-mula, gerakan tanah pelan, ditandai dengan lumpur yang turun serta pepohonan yang roboh. Warga pun tunggang langgang ke sisi tebing dan jalan yang aman ketika sekian detik kemudian, longsoran semakin cepat.

Nahas, Romelan yang posisinya berada di tengah tak sempat mengelak dari terjangan longsor yang begitu cepat. Ia pun tergulung lumpur hingga badannya tertimpa material longsor dan terantuk benda-benda keras.

Romelan beruntung. Ia masih diselamatkan warga yang bersicepat menolong ketika Romelan terlihat kesulitan membeaskan diri. Ia pun segera dievakuasi.

Sekujur tubuhnya terluka. Kepala dan hidungnya mengeluarkan darah segar. Lantas, Romelan segera dilarikan ke rumah sakit.

Edi bersyukur, keluarganya tak menjadi korban. Tetapi, tak urung ia pun menderita kerugian cukup besar. Rumah bagian sampingnya, termasuk garasi lenyap tersapu longsor dan membawanya ke aliran Sungai Serayu yang terletak di bawahnya.

Meski tak sampai menyebabkan korban jiwa warga mengalami kerugian lebih Rp 300 juta akibat longsor ini,.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.