Sukses

Menguak Hikayat Asli Ninja dari Para Ahli dan Keluarganya

Ada penafsiran yang salah mengenai sosok ninja oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia.

Liputan6.com, Purwokerto - Novelis Eiji Yoshikawa mengisahkan sekelumit cerita para Shinobi, atau ninja, pada zaman Sengoku (negara-negara berperang) di Kekaisaran Jepang dalam novel sejarah Taiko. Mereka adalah kaki tangan, telinga, dan mata para Daimyo.

Dari mata dan telinga Ninja ini, Daimyo atau penguasa daerah, mengetahui perkembangan negara tetangga, baik sekutu maupun lawannya. Secara ringkas, ninja digambarkan sebagai unit khusus bawahan para penguasa perang yang beroperasi secara senyap.

Istilah Ninja sebenarnya tak asing untuk masyarakat Indonesia. Tetapi, bukan deskripsi ninja versi Eiji Yoshikawa.

Kebanyakan mengenal ninja lewat film. Ninja dideskripsikan sebagai makhluk nan mematikan dan tak memiliki belas kasihan.

Ia divisualkan dengan pakaian hitam-hitam. Hanya dua matanya yang tampak memancarkan kesan seram. Ninja pun nyaris selalu dilengkapi dengan senjata lempar shuriken, senjata logam tajam berbentuk bintang.

Profesor Katsuya Yoshimaru dari Universitas Mie Jepang mengatakan, ada penafsiran yang salah mengenai sosok Ninja pada masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Pangkal soalnya, mereka mengenal ninja bukan dari tinjauan sejarah, melainkan teater, film, dan novel.

Sesuai fakta sejarah, ninja tak seperti yang dibayangkan. Soal atribut misalnya, ninja tak mesti berpakaian hitam-hitam.

"Shinobi tidak memakai baju hitam. Pakaian yang dikenakan Ninja justru layaknya penduduk biasa," katanya, saat berkunjung ke Fakultas Budaya Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jumat, 13 Juli 2018.

Bentuk shuriken yang sebenarnya pun bukan menyerupai bintang seperti digamparkan selama ini, melainkan berbentuk panjang seperti bar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mata-mata Para Daimyo

Menurut dia, sosok ninja berpakaian hitam dan melempar Shuriken lahir dari cerita dalam sandiwara teater yang muncul sejak pertengahan abad ke-18 dan mencapai puncak popularitas pada abad 19, seturut masa akhir Zaman Keshogunan Edo.

Ini tidak lepas dari peran Shinobi yang bergerak sebagai informan atau mata-mata, sebagaimana digambarkan oleh Eiji Yoshikawa dalam Novel Taiko.

Penulis buku Ninja Bungei Kenkyu Dokuhon (Ninja Literary Research) ini juga menjelaskan, Shinobi adalah sekumpulan orang yang bertugas sebagai mata-mata serta pengacau saat kondisi perang pada abad ke-14 hingga awal abad ke 17 di Jepang.

Sebaliknya, saat kondisi masyarakat telah damai dan kondusif, Shinobi bergerak sebagai informan dengan kemampuan penyamaran yang dimilikinya. "Tujuannya menyamar. Pakaiannya biasanya coklat, atau biru tua seperti warga biasa," dia menerangkan.

Keterangan Katsuya ini dibenarkan oleh dua ahli ninja lainnya, yakni Profesor Yuji Yamada, Master Jinichi Kawakami dari Universitas Mie, Jepang, yang merupakan Direktur Kehormatan Ninja Museum Igaryu, serta Kepala Keluarga ke-21 Klan Ninja Koka. Keduanya juga membantah gambaran ninja seperti yang selama ini berkembang di masyarakat.

Katsuya mengungkapkan, sebagian besar Shinobi berasal dari daerah Iga dan Kooga. Sebab itu, Shinobi yang terkenal disebut Iga-mono dan Kooga-mono.

3 dari 3 halaman

2 Versi Cerita Ninja

Sejak memasuki zaman Edo, saat suasana masyarakat sudah kondusif, Shinobi menjadi kaki tangan Daimyo, penguasa daerah. Kegiatannya pun jarang terlihat meski perannya masih ada.

Terdapat dua versi cerita Ninja yang terkenal di zaman Edo (1603-1868). Versi pertama menceritakan Ninja yang bergerak untuk mencuri sesuatu berharga menggunakan Ninjutsu. Di antaranya adalah cerita terkenal tentang tokoh Tobi Kato.

Juga kisah mengenai Ishikawa Gaemon yang berhasil menyelinap ke kamar tidur Toyotomi Hideyoshi, sang Taiko, satu di antara tiga pemersatu Jepang bersama Oda Nobunaga dan Tokugawa Ieyasu.

Versi kedua adalah cerita tentang Ninja yang berusaha mengambil alih kekuasaan atau memberontak menggunakan Ninjutsu.

"Cerita tentang ninja yang sesuai fakta sejarah tetap ada, semisal ninja yang bergerak sebagai informan, mata-mata atau pengacau. Tapi ceritanya pendek dan tidak banyak," dia mengungkapkan.

Sampai zaman Edo, ninja masih dianggap sebagai tokoh antagonis yang menggunakan ilmu misterius, sebuah pandangan yang diwariskan, bahkan hingga saat ini.

Tetapi, penggambaran Ninja sebagai sosok jahat di Jepang perlahan luntur setelah populer cerita anak-anak mengenai Ninja Sarutobi Sasuke populer pada masa awal abad ke-20. Berbeda dengan penggambaran ninja yang jahat, Sarutobi Sasuke adalah Ninja yang digambarkan bak pahlawan.

Ia setia pada tuannya, membasmi penjahat, serta menolong orang yang kesulitan. Sejak cerita mengenai Sarutobi Sasuke populer, tokoh ninja sebagai pahlawan keadilan semakin banyak bermunculan dalam novel maupun sandiwara film.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.