Sukses

Cekungan Kalibening Banjarnegara Rawan Gempa, Bekas Danau Purba?

Liputan6.com, Banjarnegara - Gempa susulan sebesar 3,4 skala Ritcher (SR) kembali mengoyak Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, Sabtu (21/4/2018) sekitar pukul 18.19 WIB. Gempa tektonik kecil ini juga berdampak cukup besar.

Rumah yang telah rusak pada gempa utama Rabu pekan lalu, bertambah rusak. Akibatnya, enam orang dilarikan ke puskesmas lantaran luka terkena reruntuhan rumah dan shock akibat trauma gempa yang berkepanjangan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Banjarnegara mencatat, sejak gempa 4,4 SR, secara berturut-turut hingga Minggu sore, 22 April 2018, terjadi 13 gempa susulan. Terbesar terjadi pada Sabtu, sebesar 3,4 SR.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah kenapa dampak gempar 4,4 dan 3,4 SR menyebabkan guncangan (shock) yang hebat di Kalibening. Benarkah hanya lantaran gempa-gempa itu berkedalaman hiposenter dangkal?

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyo Aji, menerangkan Kalibening berada di lembah luas yang dikelilingi pegunungan-pegunungan tinggi. Bentuknya mengingatkan pada mangkuk atau cekungan.

Diduga, pada jutaan tahun lampau, cekungan Kalibening, Banjarnegara, adalah danau raksasa purba. Danau itu lantas tertimbun oleh material vulkanik selama jutaan tahun.

Berkahnya, Kalibening memiliki tanah yang gembur dan subur. Namun, kelemahannya, saat terjadi gempa, tanah tak cukup solid menahan guncangan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sesar Lokal Kalibening-Wanayasa

Struktur tanah Kalibening yang gembur di tengah cekungan bisa dianalogikan layaknya pasir yang berada di wadah cekung, mangkuk, atau tampah. Ke mana pun wadah digerakkan, maka, pasir-pasir itu akan melompat dan bergeser hebat.

"Diduga bekas danau purba. Tetapi jutaan tahun lalu," dia menjelaskan kepada Liputan6.com, Minggu malam, 22 April 2018.

Tanah subur Kalibening memantik ribuan warga berdiam dan bertani. Kini, Kalibening telah tumbuh berkembang menjadi kota kecamatan. Namun, pada Rabu, 316 rumah rusak akibat gempa.

Akan tetapi, soal danau purba ini, Setyo berujar masih perlu penelitian mendalam. Pasalnya, baru kali ini BMKG meneliti struktur tanah di Kalibening. Perlu pengeboran untuk mengetahui material yang membentuk daratan Kalibening agar memperoleh data yang presisi.

Tanpa disadari, Kalibening juga berada di atas patahan atau sesar lokal Kalibening-Wanayasa yang kerap bertumbuk dan menyebabkan gempa. Sebab itu, kekuatan gempa kecil pun memicu guncangan yang hebat di atasnya.

Episentrum gempa yang dekat dan dangkal menyebabkan guncangan sangat besar, namun lokal. Terbukti, wilayah kecamatan yang berdekatan, Pandanarum, di sebelah bawah sama sekali tak terdampak.

3 dari 4 halaman

BMKG Pasang 5 Sensor Pencatat Gempa

Episentrum gempa berada di bawah tiga desa paling terdampak, yakni Kertosari, Kasinoman, dan Plorengan.

Sebab itu, kekuatan gempa yang biasanya berbanding lurus dengan goncangan (shock) tak terjadi di Banjarnegara. Di mana skala gempanya kecil tapi menimbulkan guncangan yang hebat.

Kendati demikian, Setyo mengimbau agar warga tetap tenang. Sebanyak 13 gempa yang terjadi pascagempa utama memiliki tren menurun kekuatannya. Antara gempa susulan satu hingga tujuh, kekuatan gempa hanya berkisar dua koma sekian SR.

Namun, anomali terjadi pada gempa kedelapan, yakni 3,4 SR. Namun, setelah itu, kekuatan gempa terus menurun hingga hanya berkekuatan 1,4 SR pada gempa ke-13. Gempa sekecil itu nyaris tak terasa.

“Kalau pun terasa tidak menimbulkan dampak apa pun,” Setyo menerangkan.

BMKG juga telah memasang alat untuk memonitor gempa susulan. Pada Kamis (19/4/2018), tiga Digital Portable Seismograf (sensitive seismic sensor) dipasang di Kalibening. Pada Sabtu, dipasang lagi alat yang sama dari BMKG Yogyakarta dan Jakarta dengan formasi mengelilingi cekungan Kalibening.

4 dari 4 halaman

Saran BMKG untuk Warga Terdampak Gempa Banjarnegara

Saat ini total jumlah portable digital seismograf yang dioperasikan BMKG untuk monitoring gempa susulan sebanyak lima unit membentuk jaringan Kalibening Temporary Seismic Network yang sebarannya mengelilingi cekungan Kalibening.

"Karena semakin banyak sensor seismik yang dioperasikan akan semakin meningkatkan akurasi parameter gempa susulan," kata Setyo.

Semakin melemahnya kekuatan gempa susulan, maka sangat kecil potensi terjadinya gempa susulan yang lebih kuat lagi pada lokasi episenter yang sama. Bahkan dapat disimpulkan kondisi seismisitas daerah terdampak cenderung semakin stabil.

Warga masyarakat yang rumahnya tak rusak pun diimbau agar kembali ke rumah masing-masing dan beraktivitas seperti biasa. Sebaliknya, bagi warga yang rumahnya rusak diminta untuk tetap berada di pengungsian hingga muncul kebijakan pemerintah selanjutnya.

"Kesimpulan lainnya, gempa berdaya rusak hebat karena struktur bangunan tak tahan gempa. Bangunan dibuat sekedarnya, tanpa pertimbangan kegempaan," dia menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini