Sukses

Siap-Siap, Jalur Provinsi Banjarnegara-Karangkobar Lumpuh 3 Hari

Longsor jalur Banjarnegara-Karangkobar di Paweden meliputi area sepanjang 217 meter, lebar 70 meter dan ketinggian delapan meter, atau sekitar 1,4 hektare.

Liputan6.com, Banjarnegara - Tim Gabungan penanganan longsor belum berhasil membuka akses antara Kota Banjarnegara menuju Kecamatan Karangkobar yang lumpuh total akibat dua longsor besar di ruas jalur provinsi ini.

Dua titik longsor itu terjadi di Desa Paweden Kecamatan Banjarmangu dan Desa Slatri Kecamatan Karangkobar, Jumat dinihari, 9 Februari 2018.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Jawa Tengah mulai Sabtu, 10 Februari 2018, mulai mengerahkan alat berat dan ratusan orang untuk membersihkan material. Namun, lantaran volume material longsor yang besar, jalan masih tertutup total.

Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) BPBD Banjarnegara, Arif Rachman tak berani memprediksi kapan jalur Banjarnegara-Karangkobar ini bisa diakses. Pasalnya, penanganan bencana longsor amat tergantung pada cuaca di lokasi.

Arif menjelaskan volume material yang menutup jalan di titik Paweden Kecamatan Banjarmangu amat besar. Dimensi longsor meliputi area sepanjang 217 meter, lebar 70 meter dan tinggi delapan meter, atau sekitar 1,4 hektare.

Hasil kajian Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banjarnegara area longsoran berupa material tanah disertai batu, pohon pinus, salak dan pohon albasia. Jalan yang tertutup material longsor sekitar panjang 200 meter, tinggi dua meter dengan volume 300 meter kubik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bahaya Gerakan Tanah di Paweden

Potensi longsor susulan masih tinggi karena curah hujan yang meningkat akhir-akhir ini. Selain itu kondisi geologi di wilayah Banjarnegara adalah material rombakan yang mudah longsor.

Hingga Jumat sore, gerakan tanah masih berlangsung, meski tak turun hujan. Pantauan pada Sabtu, gerakan tanah telah berhenti. Namun, dikhawatirkan, jika turun hujan saat pengerjaan, tanah kembali bergerak.

Menilik besarnya volume material dan kerusakan akibat longsor, diperkirakan jalur ini baru bisa diakses dua atau tiga hari ke depan.

"Kalau hujan, kami menghentikan pekerjaan. Takutnya terjadi longsor susulan yang bisa membahayakan jiwa," ucapnya, saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu.

Di titik Paweden, Dinas Bina Marga mengerahkan dua eskavator untuk menyingkirkan material. Ratusan orang yang terdiri dari warga, petugas BPBD, TNI, Polri, dan relawan juga berjibaku menyingkirkan material.

Namun, tingkat kemajuannya tak terlampau signifikan. Sebab itu, BPBD berencana menambah tiga unit eskavator untuk mempercepat penanganan longsor.

3 dari 3 halaman

Titik Slatri Karangkobar Berhasil Dibuka

Berbeda dengan longsor di Paweden, longsor di jalur yang sama di Desa Slatri Kecamatan Karangkobar telah berhasil dibuka pada Sabtu siang. Seratusan warga dan relawan sejak sabtu pagi membersihkan material longsor yang menimbun jalan raya.

Pembersihan material longsor berupa tanah, bebatuan dan bangkai pepohonan itu dilakukan secara manual menggunakan alat tradisional, semisal cangkul dan sekop. Pasalnya, alat berat tak bisa melintas oleh longsor Paweden.

Pada mulanya, titik jalan itu tertimpa material longsor tebing setinggi sekitar 15 meter pada Jumat dini hari (9/2/2018). Jalan sempat tertimbun longsoran sepanjang sekitar 20 meter dengan ketebalan 1 hingga 3 meter. Beruntung, saat kejadian lalu lintas sedang sepi sehingga tak timbul korban jiwa.

Kepala Desa Slatri Irawan Sri Utomo mengatakan longsor dipicu jebolnya saluran irigasi di atas mahkota longsor saat hujan lebat. Pada mahkota longsor, air masih mengucur deras hingga mengikis tanah tebing yang menjadi alirannya.

"Air dari saluran itu merembes ke tanah bersama air hujan sehingga tebing tak mampu menahan beban air," ucap Irawan.

Dia mengklaim, Pemerintah Desa Slatri sebelumnya telah mengusulkan pipanisasi di tebing yang kini longsor ke Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Banjarnegara sejak 2014 silam. Sebab, saat itu potensi longsor di sepanjang tebing sudah terlihat. Air dari saluran yang terletak di atas tebing sejauh dua kilometer sering meluap dan menambah beban tebing.

"Kami lihat tebing sudah retak-retak," dia menambahkan.

Meski sudah berhasil dibuka, potensi longsor pun masih mengancam, sepanjang belum dibangun saluran air atau pipanisasi di bagian atas tebing. Dia juga berharap agar Dinas Bina Marga Jawa Tengah membangun talud pengaman di tebing sisi jalan agar lebih kuat menahan gerakan tanah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.