Sukses

Petani Keramba Jaring Apung Waduk Jangari Panen Ikan Lebih Dini

Petani keramba jaring apung di Waduk Jangari memilih panen ikan lebih awal walau berat ikan belum memenuhi standar.

Liputan6.com, Bogor - Fenomena upwelling menjadi momok yang menakutkan bagi para petani keramba jaring apung (KJA) di Waduk Jangari, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sudah tiga hari terakhir ini, jumlah ikan yang mati di keramba jaring apung hampir mencapai 100 ton karena fenomena tersebut.

Upwelling adalah arus balik dari dasar air naik ke atas dan membawa kotoran atau pakan ikan. Akibat fenomena tahunan itu, ikan mengalami kekurangan oksigen hingga mabuk, bahkan mati.

Matinya ikan tersebut menyebabkan petani merugi. Untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar, petani memutuskan panen ikan sebelum waktunya. Salah seorang nelayan di antaranya adalah Aep Saepudin.

"Sudah pasti harganya menjadi murah, tapi daripada mati, lebih baik dijual," kata Aep, Jumat, 29 September 2017.

Subag TU Balai Pengembangan Perikanan Perairan Umum (BP3U), Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Cianjur, Heni Sarni mengaku sudah menganjurkan kepada para petani ikan untuk sementara waktu tidak memberi pakan ikan dan segera melonggarkan jaring di keramba apung.

Selain itu, lanjut Heni, memasang blower agar ikan yang ada di dalam keramba apung tidak kekurangan oksigen saat terjadinya fenomena upwelling. "Sebagian besar petani mengikuti anjuran kami. Yang menjual lebih awal hanya sebagian kecil saja," kata dia.

Heni menyebutkan, selama tiga hari ini ikan yang mati akibat dampak upwelling mencapai 90 ton lebih. Ikan-ikan yang mati berada di Blok Maleber, Blok Jati Nenggang, Blok Babakan Garut, Blok Calincing, dan Blok Ciputri.

"Jumlahnya hampir mencapai 100 ton," kata dia.

Saat ini, pihaknya akan terus memantau fenomena tersebut dan mengantisipasi agar kerugian yang dialami para petani tidak semakin besar. "Kami juga sedang lakukan penelitian untuk mencari kemungkinan penyebab lain. Karena selain upwelling, ada kemungkinan ikan mati juga disebabkan oleh limbah," kata Heni.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.