Sukses

Pesona Pagi di Kota Gurindam Negeri Pantun

Tak perlu ragu main ke Tanjung Pinang. Ada banyak pemandangan anti-mainstream alias berbeda di ibu kota Provinsi Kepulauan Riau itu.

Liputan6.com, Tanjung Pinang - "Tanjung Pinang bukan Pangkal Pinang. Tanjung Pinang, Kota Gurindam Negeri Pantun." Slogan itu selalu digembar-gemborkan warga Tanjung Pinang, Kepulauan Riau hingga mengular ke setiap agen jasa pariwisata.

Bukan tanpa alasan. Bisa dibilang, warga Tanjung Pinang cukup gerah dengan masyarakat Indonesia yang masih salah paham bahwa Tanjung Pinang itu Pangkal Pinang.

Pangkal Pinang merupakan salah satu nama kota yang terletak di Kepulauan Bangka Belitung. Sementara Tanjung Pinang adalah ibu kota dari Provinsi Kepulauan Riau. Jadi ingat, jangan salah lagi.

Tak perlu ragu main ke Tanjung Pinang. Ada banyak pemandangan anti-mainstream alias berbeda di sana. Selain struktur alam yang memanjakan mata, bangunan yang sarat budaya dan sejarah pun turut melengkapi stok pemandangan latar foto para pelancong, terutama saat pagi dan sore hari.

Salah satu yang menjadi keunggulan pariwisata Tanjung Pinang adalah objek wisata religi dengan sejumlah titik destinasi. Inilah yang menjadi daya tarik banyak wisatawan asing untuk singgah.

Apalagi, Tanjung Pinang memiliki pelabuhan sendiri yang menjadi akses internasional ke Malaysia dan Singapura. Jadi sangat mudah warga kedua negara itu untuk singgah, berikut turis dari Filipina, Thailand, hingga China.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masjid Unik

Yang paling terkenal adalah Masjid Raya Sultan Riau yang berada di Pulau Penyengat. Untuk melihat uniknya masjid tersebut, kita perlu menyeberang dari Pelabuhan Tanjung Pinang menuju Dermaga Pulau Penyengat. Menggunakan kapal kayu motor, cuma butuh Rp 7.000 sekali jalan dengan memakan waktu tempuh 15 menit saja.

Sampai di Pulau Penyengat, para wisatawan akan langsung disambut oleh kendaraan unik, yakni becak motor atau bentor. Jika ingin berkeliling, sang pengemudi akan mematok harga Rp 30 ribu untuk sekali jalan dengan berhenti di tujuh destinasi wisata pulau tersebut.

Mulai dari Masjid Raya Sultan Riau, Makam Raja Abdurrahman, Istana Kantor, Balai Adat Melayu, Makam Raja Ja'far, Makam Raja Aji, dan Makam Engku Putri.

Namun jika bermaksud ke masjidnya saja, cukuplah dengan berjalan kaki sedikit. Sebab, keluar dari dermaga, Masjid Raya Sultan Riau langsung berada di depan mata. Ciri khasnya adalah warna kuning yang mencolok dan akan memaksa Anda untuk berfoto di sana.

Memasuki gerbang, pelancong akan menemukan dua pendopo yang berada sejajar di kanan dan kiri halaman masjid. Tempat itu memang diperuntukkan sebagai lokasi istirahat jemaah dan pengunjung. Saat Ramadan sendiri, warga biasa datang dan berbuka puasa bersama di pendopo tersebut.

Alquran Kuno

Melangkah ke dalam melewati pintu utama, ada sangkar kaca yang di dalamnya terdapat Alquran berusia sekitar 150 tahun. Kitab itu ditulis tangan oleh Abdurrahman Stambul, putra Riau asli Pulau Penyengat. Gaya penulisannya disebut khat Istanbul Turki yang hasilnya dinilai lebih bagus daripada mesin cetak.

Salah satu keunggulan pariwisata Tanjung Pinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, adalah objek wisata religi dengan sejumlah titik destinasi. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Masjid Raya Sultan Riau merupakan salah satu masjid unik. Sebab, salah satu campuran bahan bangunan yang digunakan adalah putih telur. Alhasil, Masjid Raya Sultan Riau dijadikan situs cagar budaya oleh pemerintah. Sudah tentu ada cerita sejarah di baliknya.

Pengurus Masjid Raya Sultan Riau yakni Hambali berkisah, masjid itu awalnya dibangun pada 1803 Masehi oleh Sultan Mahmud Syah dengan kondisi sederhana. Mengingat semakin ramainya jemaah, akhirnya ada renovasi yang digagas oleh Yang Dipertuan Muda Riau VII Raja Abdul Rahman pada 1832 Masehi.

"Dibangun dengan pasir, kapur, tanah liat, tanpa ada konstruksi besi dan dicampur putih telur. Kondisinya dulu masjid dibangun secara gotong royong masyarakat Pulau Penyengat dan sekitarnya. Nah, kuningnya itu dimakan pekerja, putihnya dijadikan perekat," tutur Hambali saat berbincang dengan Liputan6.com di Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Selasa, 16 Mei 2017.

Menurut Hambali, masjid tersebut menjadi favorit wisata religi umat Islam baik lokal maupun asing. Sebab, ada keyakinan yang dipercaya segelintir jemaah soal adanya keistimewaan dari masjid itu.

"Ya betul. Kan masjid ini dibangun ulama-ulama. Jadi ada auranya dan menjadi daya tarik jadinya. Salat di masjid ini rasanya seperti salat di Masjid Raudah Masjid Nabi. Itu kata yang pernah haji dan umrah," ujar dia.

Arsitek Taj Mahal

Desain masjid yang memiliki tujuh pintu dan enam jendela itu sendiri ditangani oleh arsitek dari India yang juga menangani pembangunan salah satu keajaiban dunia, yakni Taj Mahal. Tujuh pintu yang ada dimaknai seperti surat pembuka Alquran dengan tujuh ayat di dalamnya.

"Ruang di dalam sini ada lima disekat, menandakan salat lima waktu. Kubah ada 13 ditambah empat menara tempat mengumandangkan azan jadi 17. Menandakan jumlah rakaat salat itu," Hambali menjelaskan.

Salah satu keunggulan pariwisata Tanjung Pinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, adalah objek wisata religi dengan sejumlah titik destinasi. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Hambali menyampaikan bahwa situs sejarah yang ada di Pulau Penyengat sangat berkaitan satu dengan lainnya. Jadi jika berkunjung ke sana, ada baiknya sekalian menyambangi lokasi lainnya agar lebih memperdalam pengetahuan, sekaligus berziarah ke makam para tokoh pelaku sejarah terdahulu.

3 dari 3 halaman

Wihara Patung Seribu Wajah

Tidak hanya situs sejarah umat Islam, ada pula wihara unik di Kota Tanjung Pinang. Tempat ibadah umat Buddha itu memiliki daya tarik khusus dengan adanya patung seribu wajah yang masing-masing berbeda ekspresi.

Sebenarnya, jumlah patungnya hanya ada 500. Itu merupakan aturan dari sejarah Buddha dan jumlahnya tidak boleh lebih. Namun, julukan Patung Seribu Wajah Lohan atau orang suci itu muncul secara spontan.

Pengunjung yang masuk ke lokasi dengan nama Wihara Ksitigarbha Bodhisattva itu akan bereaksi mengatakan seribu wajah karena saking banyaknya patung yang dilihat.

Untuk menuju ke sana, wisatawan akan dipandu oleh papan penunjuk jalan. Mereka akan melewati permukiman penduduk dan rumput ilalang yang lebat dan tinggi. Semakin mendekati lokasi, kendaraan yang digunakan akan menghadapi tanjakan tajam.

Saat sampai, pelancong akan langsung disambut oleh patung berukuran raksasa. Untuk masuk, wisatawan dapat melewati kanan dan kiri patung untuk menuju lorong yang mengarahkan langsung ke ratusan patung batu yang ada.

Salah satu keunggulan pariwisata Tanjung Pinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, adalah objek wisata religi dengan sejumlah titik destinasi. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Beragam ekspresi ditunjukkan patung-patung yang hanya dilengkapi oleh keterangan berbahasa Mandarin itu. Ada senang, sedih, marah, raut wajah lucu, datar, dan lainnya. Tidak hanya wajahnya saja yang berbeda-beda, gaya tiap patung pun tak ada yang sama.

Wihara itu sendiri baru diresmikan oleh Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun pada 10 Februari 2017. Adapun penyelesaian rumah ibadah dengan ratusan patung yang langsung didatangkan dari China itu memakan sampai dengan 14 tahun lamanya.

Berbagai keunikan destinasi wisata yang ada di Tanjung Pinang sangat layak untuk dieksplorasi. Tempat menginap di sana juga cukup menjamur. Mulai dari penginapan sederhana dengan kocek minim hingga hotel bintang empat pun ada.

Jadi jangan ragu main ke Tanjung Pinang. Kota Gurindam Negeri Pantun!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.