Sukses

3 Mahasiswa Tewas Saat Diksar Mapala, Rektor UII Letakkan Jabatan

Harsoyo mengatakan, Mapala UII sudah berumur 42 tahun, tapi baru kali ini terjadi aksi kekerasan sehingga menewaskan mahasiswa.

Liputan6.com, Yogyakarta - Tiga mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta tewas saat mengikuti pendidikan dasar (diksar) Mapala di lereng Gunung Lawu, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kematian mahasiswa tersebut membuat Rektor UII Harsoyo mundur dari jabatannya.

Hal ini diungkapkan Harsoyo usai rapat dengan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, pihak yayasan, dan Kopertis Wilayah V.

Harsoyo mengatakan, Mapala UII sudah berumur 42 tahun, tapi baru kali ini terjadi aksi kekerasan hingga menewaskan mahasiswa.

Menurut dia, alasan utama yang membuatnya mengambil keputusan mundur adalah karena sudah ada hilangnya nyawa. Dengan demikian, ini adalah bentuk pertanggungjawaban moral dirinya.

"Kami seluruh Civitas Akademica shock dengan kejadian ini. Karena kejadian fatal belum pernah terjadi, yaitu meninggal. Sebagai tanggung jawab moral menjadi pimpinan yaitu Rektor bukan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, tapi tanggung jawab penuh rektor," ucap Harsoyo di Yogyakarta, Kamis (26/1/2017).

"Kami sudah konsultasi dengan yayasan. Kami sudah mengatakan di depan Bapak Menteri (Mohamad Nasir), saya mengundurkan diri dari Rektor UII sebagai tanggung jawab moral," ia menambahkan.

Harsoyo menegaskan, kesalahan ini bukan pada anak buah, melainkan ada pada pemimpin. Dengan demikian, ia mengambil tanggung jawab itu sebagai pemimpin. Namun begitu, masih ada beberapa hal yang masih akan ditanganinya dalam kasus ini.

"Proses administrasi harus dilakukan. Kalau hanya pergi, saya tidak tanggung jawab, maka ada beberapa yang masih saya tangani. Bukan tidak ingin pergi, tapi pertanggungjawaban moral harus saya selesaikan," ujar dia.

Harsoyo pun meminta maaf kepada dunia pendidikan karena ada kasus kekerasan yang terjadi di dalam dunia pendidikan Indonesia. Sebab, kasus ini tidak boleh terjadi lagi, baik verbal dan fisik dalam pendidikan.

"Tidak ada yang mengharapkan ini. Saya mohon maaf sekali lagi kepada mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan," Harsoyo memungkasi.

Sebelumnya, Muhammad Fadhli, mahasiswa Teknik Elektro UII, tewas dalam perjalanan menuju RSUD Karanganyar pada Jumat, 20 Januari 2017. Kemudian, Syait Asyam, mahasiswa Teknik Industri UII, meninggal pada Minggu, 23 Januari 2017.

Terakhir, Ilham Nur Padmy Listiaadin dari Fakultas Hukum UII. Mahasiswa UII itu meninggal setelah dirawat di RS Bethesda Yogyakarta pada Senin, 23 Januari 2017, pukul 23.20 WIB.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Apresiasi dari Menristekdikti

Meski terbilang cepat, Rektor UII Harsoyo sudah teguh untuk mundur dari Civitas Akademica UII. Harsoyo mundur sebagai bentuk tanggung jawab atas tewasnya tiga mahasiswa UII usai mengikuti Diksar Mapala Unisi UII.

Sikap Rektor UII itu diapresiasi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Nasir. Menurut dia, sikap itu menunjukkan tanggung jawab moral dari rektor UII. Namun, ia berpesan agar Rektor UII dapat menyelesaikan kasus ini.

"Saya apresiasi sebagai bentuk tanggung jawab. Namun tidak berarti berhenti tentang urusan ini. kasus ini harus selesai dulu. Urusannya harus selesai," kata dia di kantor Kopertis Wilayah V Yogyakarta, Kamis (26/1/2017).

Nasir meminta semua pihak dapat mengambil hikmah atas kasus Mapala UII. Kasus serupa bisa saja terjadi lagi di kampus yang lain, sehingga ia meminta kasus ini menjadi kasus terakhir yang membuat pimpinannya mundur dari jabatannya.

"Kalau di perguruan tinggi yang lain terjadi seperti ini, maka ini menjadi contoh. Perguruan tinggi swasta dan yang lain. Saya respons positif kepada Pak Rektor yang hari ini menyatakan mundur dari rektor di UII," ujar Nasir.

Pihaknya melalui koordinator perguruan tinggi swasta akan mengumpulkan para pembantu rektor III yang ada di wilayah V. Pengumpulan para pembantu rektor III untuk kembali menegaskan bahwa kekerasan bentuk verbal maupun fisik tidak boleh terjadi di dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi.

"Rektor dan pembantu rektor III pada penerimaan mahasiswa baru akan kita ingatkan kembali," ujar Nasir.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.