Sukses

Miras Lokal Semarang Antar Pria Ini Jadi Guru Besar Ternak Unggas

Miras lokal Semarang itu bernama congyang yang awalnya digunakan sebagai jamu.

Liputan6.com, Semarang Jika Medan punya tuak, Semarang punya minuman keras (miras) tradisional bernama congyang. Miras itu pula yang mengantarkan seorang pria warga Jalan Gondang Timur Bulusan, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, menjadi profesor.

Saat pertama dibuat, congyang dimaksudkan sebagai jamu. Bahan utamanya adalah beras dan aneka buah yang difermentasi.

Produk lokal ini pun sudah terkena cukai sebagai produk jamu. Dengan kandungan alkohol 19,5 persen, congyang dikategorikan sebagai miras tipe B.

Kisah Luthfi Djauhari Mahfudz meraih gelar profesor dimulai saat dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian itu gelisah dan merasa tertantang untuk meningkatkan produktivitas telur ternak. Ia lalu meneliti sejumlah limbah.

"Kami teliti ampas produksi congyang yang diambil dari dari tempat sampah. Ternyata mengandung zat aktif, gold factor, dan antioksidan," kata Luthfi saat konferensi pers pengukuhannya sebagai guru besar. 

Menurut dia, gold factor dalam congyang mampu meningkatkan pertumbuhan unggas. Antioksidan berguna memacu produksi telur. Limbah itu setelah diteliti dan dimurnikan sehingga kandungan asam yang ada turun. 

Seluruh risetnya itu kemudian disampaikan dalam pidato pengukuhan Guru Besar di Undip, Selasa, 29 November 2016. Penelitian berjudul Pemanfaatan Limbah untuk Pakan Unggas Dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan Industri Perunggasan itulah yang mengantarkannya meraih gelar profesor.

Tak hanya congyang, Luthfi juga meneliti limbah makanan yang lain. Salah satunya adalah daun mengkudu yang ternyata mampu menjaga kesehatan unggas dan mempertahankan produksi. 

"Misalnya, ampas wortel bermanfaat bagi ayam yang produktivitasnya menurun. Kami coba berikan pada ayam-ayam yang tua. Ternyata mampu mempertahankan produksi telur. Warna telurnya pun oranye. Berarti kualitas baik," kata Luthfi. 

Berkat congyang dan sisa makanan itu, Luthfi kini dikukuhkan sebagai Guru Besar ke-105 yang aktif di Undip dan ke-20 di Fakultas Peternakan dan Pertanian.

Luthfi dikukuhkan secara resmi sebagai Guru Besar bidang Ilmu Ternak Unggas pada Fakultas Peternakan dan Pertanian Undip oleh Ketua Senat Akademik Undip Prof Sunarso.

"Untuk mendapatkan gelar tertinggi Guru Besar Ini, tidak mudah. Butuh waktu yang lama, bahkan ada yang menempuhnya dalam waktu 10 tahun. Jadi, pencapaian Prof Luthfi sangat luar biasa," kata Sunarso.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.