Sukses

Mengenal Taaruf Sebelum Menikah ala Masjid Salman ITB

Calon yang berniat menikah harus mengisi form CV yang tersedia dalam web.

Liputan6.com, Bandung - Di tengah isu jasa nikah siri, Masjid Salman ITB menawarkan cara berbeda untuk bisa menghindari dosa zina, yakni memfasilitasi proses taaruf.

Berbeda dengan pacaran, proses taaruf memiliki niat untuk menikah dan wajib melibatkan orang ketiga, seperti orang-orang terdekat sebagai saksi, termasuk ketika keduanya bertemu.

Syarat itu bertujuan untuk mengantisipasi timbulnya fitnah. Dalam waktu singkat, sang calon bisa mendapatkan informasi kebaikan dan keburukan serta harapan dari orang-orang terdekat yang tertera dalam CV.

Lewat CV itu, calon bisa mempertimbangkan apakah akan menikah atau tidak dalam waktu yang telah ditentukan.

Staf Bidang Dakwah Masjid Salman ITB Ade Mastur menuturkan, program taaruf diawali dengan pelaksanaan sekolah pranikah yang telah berjalan hingga angkatan 28. Sekolah pranikah itu membahas pernikahan menurut Islam mulai dari dari persiapan, masalah dalam pernikahan hingga solusinya.

"Taaruf itu salah satu kelanjutan dari itu (sekolah pranikah). Ada beberapa jemaah yang ingin dan kita fasilitasi. Kita ingin tuntas tidak hanya materi saja. Karena yang ikut banyak yang belum menikah, jadi ini salah satu bentuk ikhtiarnya," kata Ade saat ditemui di Masjid Salman ITB, Jalan Ganeca, Kota Bandung, Senin, 5 September 2016.

Ade menjelaskan proses taaruf tidak hanya sebatas diikuti peserta sekolah pranikah, tapi masyarakat umum pun bisa mengikuti program tersebut. "Syaratnya nanti kita kasih form CV di web. Mereka isi biodata lengkap dengan menggunakan tulisan tangan," ucap dia.

Berikutnya, salah satu pelaksana akan melakukan pengecekan dan akan menentukan pasangan yang akan dipertemukan.

"Kita ada lulusan psikologi jadi bisa dilihat kecocokannya. Nanti kalau cocok akan kita hubungi dulu dan menanyakan kembali kriterianya. Kalau oke, nanti akan kita pertemukan beserta saksi, bisa dari orangtua dan akan ditanya kembali maksud calon menikah seperti apa dan kita tanya lagi, kalau cocok ya sudah jadi," dia menjelaskan.

Ade mengaku tidak mengetahui secara pasti kapan program tersebut mulai digagas. Namun, ia mengatakan program tersebut awalnya terpisah dari bidang dakwah.

"Masuknya ke bidang kemuslimahan, kemudian baru bergabung dengan bidang dakwah," ucap Ade.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.