Sukses

Keindahan Ini Bakal Lenyap Jika Zumi Zola Belah Gunung Kerinci

Pembelahan Gunung Kerinci itu disebut untuk membuat jalur evakuasi, padahal sudah tersedia jalan yang ada bisa digunakan jalur evakuasi.

Liputan6.com, Jambi - Rencana belah hutan Gubernur Jambi Zumi Zola menuai kritikan dari pengelola Balai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Kasi Perencanaan Wilayah I Balai TNKS, Agusman menyebut pembelahan kawasan hutan justru mengancam habitat dilindungi yang ada di kawasan TNKS.

Ia menyebutkan jalur evakuasi sudah tersedia dengan jalan yang tersedia tanpa harus membelah lebatnya hutan TNKS.

"Yang saat ini belum ada adalah titik-titik atau lokasi berkumpul warga sebelum bencana atau seperti saat status waspada level dua, tiga atau status awas. Jadi, bukan jalur evakuasinya," ujar Agusman saat dihubungi Liputan6.com dari Jambi, Selasa malam, 26 April 2016.


Dengan dibukanya jalur membelah hutan TNKS, Agusman khawatir justru akan menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem TNKS baik sebagai kawasan penyangga maupun habitat flora dan fauna dilindungi. Dengan adanya jalan bisa memudahkan oknum pemburu atau perambah masuk ke dalam TNKS.

"Habitat satwa juga menjadi terkotak-kotak, tidak bebas," kata Agusman.

Gubernur Jambi Zumi Zola baru-baru ini menyatakan akan membelah kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat di Kabupaten Kerinci. Ia beralasan daerah Kerinci butuh jalur evakuasi bencana apabila terjadi letusan Gunung Kerinci.

Dari keterangan Zumi Zola, setidaknya ada dua titik kawasan TNKS yang akan dibelah dengan total kurang lebih 45 kilometer. Pertama jalur evakuasi di Kecamatan Gunung Tujuh sepanjang 15 kilometer dan Kecamatan Kayu Aro sepanjang 30 kilometer. Biaya pembebasan lahan sudah dianggarkan di APBD senilai Rp 50 Miliar.

"Ini menunggu izin dari Kementrian Lingkungan Hidup, setelah izin turun akan ada tim pemantau," kata Zola saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Kerinci belum lama ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jalur Evakuasi Hanya Alibi?


Agusman menjelaskan, rencana untuk membelah lebatnya hutan TNKS sudah banyak diusulkan sejumlah kepala daerah mulai dari gubernur hingga bupati. Tak hanya di Jambi, rencana yang sama juga diusulkan daerah yang termasuk wilayah TNKS seperti Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.

"Dari 2005 sudah muncul usulan tersebut, namun tidak disetujui kementerian," ujar Agusman.

Agusman menyebutkan, sejak 2005 itu, total ada 31 ruas jalan yang diusulkan dibuka dengan membelah TNKS. Namun, hanya ada empat jalur yang akhirnya disetujui. Usulan empat jalur yang disetujui itu awalnya adalah untuk jalur ekonomi.

"Jadi sekarang alasannya lain yakni sebagai jalur evakuasi. Namun, sebenarnya yang akan dibuka lokasinya sama," kata Agusman.

Ia menilai langkah Zumi Zola yang ingin membelah TNKS sah-sah saja selagi sesuai prosedur yakni mengajukan izin kepada Kementerian Lingkungan Hidup. "Tentunya izin resmi, tertulis, bukan lisan. Kami (Balai TNKS) sebagai unit pelaksana di daerah tunduk pada keputusan menteri," ujar Agusman.

Taman Nasional Kerinci Seblat adalah taman nasional terbesar di Sumatera dengan luas mencapai 13.750 kilometer persegi. Kawasan habitat badak dan harimau Sumatera ini membentang di 4 provinsi yakni Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Taman nasional itu terdiri dari Pegunungan Bukit Barisan yang memiliki wilayah dataran tertinggi di Sumatera yakni Gunung Kerinci (3.805 m). Taman nasional itu juga terdiri dari mata air-mata air panas, sungai-sungai beraliran deras, gua-gua, air terjun-air terjun dan danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara, Gunung Tujuh.

Lebatnya TNKS dikenal kaya akan flora dan fauna. Terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan-tumbuh termasuk bunga terbesar di dunia Rafflesia arnoldi hingga bunga tertinggi di dunia, Titan Arum. Selain badak dan harimau Sumatera, di taman nasional ini terdapat juga gajah Sumatera, macan dahan, tapir melayu, beruang madu, dan sekitar 370 spesies burung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.