Sukses

Rendang, dari Perantau Minang Sampai Koki Kapal Perang

Rendang awalnya menjadi bekal para perantau Minang, sudah dikonsumsi sejak abad 16.

Liputan6.com, Padang - Rendang, makanan khas Minang, tak lekang olah zaman. Rendang bahkan diakui sebagai makanan terlezat di dunia. Para koki kapal perang dari berbagai negara pun merasakan sensasi memasak rendang alias merendang.

Puluhan koki kapal perang peserta Komodo Exercise 2016 sibuk menyiapkan rendang tuna yang disiapkan Pemerintah Kota Padang di kawasan Danau Cimpago, Purus, Pantai Padang, Rabu, 13 April 2016.

Berpakaian Angkatan Laut dengan celemek melingkar di pinggang, para koki dari berbagai negara sibuk mengaduk santan di atas tungku yang telah disiapkan. Wali Kota Padang Mahyeldi Ansyarullah pun ikut memainkan spatula membuat rendang.

Pemkot Padang menyiapkan sekitar 100 tungku dan 100 kilogram tuna filet serta bumbu masak rendang untuk diolah menjadi rendang. "Ini untuk memeriahkan Komodo 2016 sambil memperkenalkan masakan khas Padang ke peserta dari 32 negara," kata Mahyeldi.

Chief Petty Officer Jason mengapresiasi kegiatan ini dan mengagumi keindahan Pantai Padang. "Sangat, sangat indah. Very nice," ujar Jason.

Hikayat Rendang

September 2011 lalu, hasil survei CNNGo terkait 50 makanan terlezat dunia menasbihkan rendang di urutan teratas. Masakan khas Minang ini menjungkalkan sejumlah makanan Eropa dan Asia, seperti lasagna, sushi, ramen, dan masakan top lainnya.

Bagi masyarakat Minang, rendang dengan mudah dapat ditemui di sejumlah rumah makan Padang. Rendang merupakan makanan utama saat hari besar seperti saat Ramadan dan Idul Fitri. Di perayaan hari besar Islam, rendang bisa dengan mudah ditemui di setiap rumah.

Hikayat rendang bisa dijumpai dalam sastra Melayu klasik. Seperti dinukil dalam Hikayat Amir Hamzah, rendang telah dikonsumsi bangsa Melayu sejak 1550. Berikut kutipannya:

AHmz 10:4 ..... Buzurjumhur Hakim pun pergi pula ke kedai orang merendang daging kambing, lalu ia berkata: "Beri apalah daging kambing

AHmz 10:7 ... kambing rendang ini barang segumpal." Sahut orang merendang itu, "Berilah harganya dahulu."

Sampai ke Malaka

Sejarawan Universitas Andalas Gusti Asnan meyakini keberadaan rendang jauh lebih tua dari yang tertera dalam Hikayat Amir Hamzah. Hasil penelitiannya membuktikan makanan ini sampai ke Malaka lewat perantau Minang yang berniaga hingga ke Malaka.

Perantau ini memanfaatkan jalur sungai dari kawasan "darek" (darat) di Tanah Datar, 50 Kota, menuju Rokan hingga berlabuh di Malaka.

"Kuat dugaan, rendang telah ada jauh sebelum Hikayat Amir Hamzah karena literatur menunjukkan perantauan orang Minang ke Malaka dimulai pada awal abad ke-16," kata Prof. Gusti Asnan.
 
Gusti mengatakan, catatan Ruy de Brito menyebutkan orang Minang banyak sekali yang berdagang ke Malaka di abad tersebut. Buku terkait catatan jalur perantauan Malaya ini ditulis Ruy yang berkebangsaan Portugis ini pada tahun 1514.

Rendang bertahan lama, ini yang menjadi alasan para perantau Minang selalu dibekali dengan rendang. “Karena jalur perdagangan ini memakan waktu lama, masakan yang cocok dan tahan lama untuk menemani perjalanan para saudagar ini ya rendang,” ujar Gusti.

Menurut dia, hasil penelitian kuliner terungkap bahwa Rendang Guguak Asli di tahun '80-an membuktikan masakan ini bertahan selama 60 hari tanpa mengalami perubahan rasa. Sampainya masakan ini ke Malaka cukup masuk akal mengingat besarnya komunitas Minang di Negeri Sembilan.

Kolonel Stuers yang menuliskan tentang kuliner pada 1827 juga mengambarkan terkait rendang. “Stuers menuliskan masakan khas Minang yang terbuat dari daging, susu kelapa, cabai. Kuat dugaan saya, orang Minang-lah yang menciptakan rendang pada awalnya,” ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.