Sukses

Sambal Lokan, Warisan Kuliner Turun Temurun yang Laris Manis Saat Ramadan

Proses pembuatan sambal lokan cukup rumit dan menggunakan cara tradisional. Maka itu, rasanya bisa terjaga stabil sehingga peminatnya membludak saat Ramadan.

Liputan6.com, Mukomuko - Keberadaan sambal lokan sebagai kuliner warisan turun-temurun di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, ternyata tidak hanya diminati masyarakat setempat tetapi juga warga luar daerah, terutama saat Ramadan.

Seorang pemilik usaha sambal lokan di Kabupaten Mukomuko, Oswari mengatakan, sambal lokan atau dalam bahasa daerah itu samba lokan diminati oleh warga dari sejumlah provinsi yang ada di Indonesia.

"Pembeli sambal lokan ini berasal dari berbagai provinsi, yakni dari Kota Bengkulu, Jakarta, Palu, Lampung, Surabaya, Padang dan berbagai provinsi lain," ujarnya di Mukomuko, Kamis, 24 Mei 2018, dilansir Antara.

Ia menyatakan, meskipun pengirimannya membutuhkan waktu dua hingga tiga hari perjalanan darat, sambal lokan ini tidak rusak karena bisa bertahan selama 10 hari di luar kulkas. Sementara bila disimpan di dalam kulkas, menu berbahan dasar kerang ini bisa bertahan selama lebih dari 10 hari.

Ia mengatakan, pada hari biasa, tempat usahanya itu rutin memproduksi sebanyak 20 kilogram makanan yang rasanya mirip rendang itu. Saat bulan puasa sekarang ini tempat usahanya memproduksi sebanyak 40 kilogram per hari, atau meningkat 100 persen.

Harga sambal lokan itu sejak dua tahun terakhir ini sebesar Rp 140.000 per kilogram, atau mengalami kenaikan Rp 20.000 per kg. Kenaikan harga jual sambal dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Meski begitu, minat warga atas sambal lokan tidak berkurang signifikan. Apalagi, rasa makanan tradisional itu dari dulu sampai sekarang dijaga agar tetap sama.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Diolah Secara Tradisional

Rasa sambal lokan itu tetap sama karena cara pengolahan dan memasak kuliner warisan turun-temurun tersebut tidak berubah dari dulu hingga sekarang menggunakan cara tradisional, yakni menggunakan kayu bakar.

Proses pembuatannya tergolong rumit. Lokan atau kerang kecil yang masih hidup direndam selama 24 jam untuk menghilangkan lumpur dan pasir.

Setelah lokan direbus, kemudian dipisahkan kulit dengan isi. Lalu, isinya dicuci dengan air bersih selama empat kali pencucian. Selanjutnya lokan yang sudah bersih dikukus, kemudian dikeringkan selama tiga jam.

Sedangkan bumbu yang digunakan untuk memasaknya, cabai, santan murni, garam, penyedap rasa, rempah-rempah, bawang merah, bawang putih, gula aren, daun salam, daun serai, daun kunyit, dan daun jeruk purut.

Sambal lokan hanya bisa ditemui di Kabupaten Mukomuko karena kerang lokannya hanya terdapat di daerah itu.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.