Sukses

Muncul Gerakan 'Anak Abah Tusuk 3 Paslon', Anies: Hak Konstitusi

Anies menilai, gerakan 'Anak Abah Tusuk 3 Paslon' menjelang Pilkada Jakarta merupakan hak konstitusi warga.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan merespons, adanya gerakan 'Anak Abah Tusuk 3 Paslon' di tengah persaingan tiga bakal pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta.

Anies menilai, gerakan yang muncul di media sosial itu merupakan hak konstitusi warga Indonesia dan perlu dihargai.

"Sebenarnya semua adalah hak konstitusi, jadi kita hormati, kita hargai setiap pilihan," kata Anies dikutip dari YouTube Liputan6, Selasa (10/9/2024).

Menurut Anies, gerakan 'Anak Abah Tusuk 3 Paslon' muncul sebagai respons atas kondisi yang terjadi saat ini, khususnya menjelang Pilkada Jakarta 2024.

"Ini semua adalah ungkapan rasa, pikiran, atas kondisi sekarang yang terjadi, jadi kita hormati itu, kita hargai sebagai bagian dari kebebasan berekspresi," ucap Anies.

Sebelumnya, bakal calon Gubernur Jakarta Pramono Anung bicara mengenai munculnya gerakan 'Anak Abah Tusuk tiga pasangan calon' di Pilgub Jakarta 2024. Diduga gerakan itu muncul sebagai bentuk kekecewaan pendukung Anies Baswedan lantaran jagoannya tidak maju di Pilkada Jakarta.

Namun, Pramono malah yakin tingkat golput di Pilgub akarta akan menurun tajam. Menurut politius PDIP ini, kemarahan publik hanya sementara saja.

"Dan pilihan untuk golput, saya yakin seyakin-yakinnya ini akan menurun tajam. Jadi kemarahan publik ini hanya temporary," kata Pramono di The Acre Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 7 September 2024.

Pramono ingin menghadirkan politik riang gembira untuk warga Jakarta. Terlebih, ketua tim pemenangan pasangan ini adalah komedian Cak Lontong sebagai bentuk kegembiraan.

"Pemilihan Cak Lontong ini kan bagian dari branding karena kami berkeinginan politik gembira ria. Menampilkan cak Lontong, dan yang bisa diterima semua masyarakat, kelompok, dan lainnya," tuturnya.

Sekretaris Kabinet ini menekankan kepada Doel agar tampil apa adanya di publik. Tidak perlu pakai gimmick yang berlebihan. Sebab, realita persoalan di Jakarta begitu banyak.

"Apalagi saya sudah sampai ke bang Doel, pokoknya kita mau tampil di mana aja, apa adanya. Enggak usah pakai yang terlalu gimmick, yang terlalu bersolek, Enggak usah," ujar Pramono.

2 dari 2 halaman

Jeda dari Politik, Anies Keliling Kampus Ajak Mahasiswa Kawal Demokrasi

Pasca kegagalan mencalonkan diri sebagai calon Gubernur di Pilkada Serentak 2024 Jakarta, Anies Baswedan memutuskan berkeliling kampus menyapa mahasiswa. Baginya, masa depan demokrasi Indonesia ada di tangan mahasiswa dan merekalah yang mengawal.

Pada Senin (9/9/2024), Anies hadir di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sebagai pembicara dalam dialog ‘Demokrasi Dalam Genggaman, Kepemimpinan Anak Muda di Era Digital’.

"Terima kasih atas undangannya sehingga saya bisa pulang kembali ke almamater kebanggaan. Ini merupakan dialog tentang peran generasi muda memanfaatkan era digital dalam mengawal demokrasi," katanya.

Undangan berdialog dengan mahasiswa di banyak kampus bagi Anies sangat penting, karena di genggaman tangan-tangan anak muda dan melalui alat komunikasi sebagai alat perjuangannya, masa depan demokrasi Indonesia ditentukan.

"Lewat dunia digital, kalian telah menunjukkan peran nyata menjaga konstitusi, memperkuat demokrasi dan mengamankan cita-cita reformasi," katanya.

Ia memaparkan, ada delapan kekuatan yang dimiliki anak muda melawan kebohongan dan mengawal demokrasi saat ini.

"Pertama, mereka memiliki jangkauan yang sangat luas. Kedua mereka memiliki kegeraman atas praktek-praktek menyimpang di mana-mana, yang berada dekat mereka. Itu tidak bisa diterima. Ketiga, mereka memiliki daya melipatgandakan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain," jelasnya.

Kekuatan keempat, mereka tidak peduli pada posisi atau jabatan, karena mereka bisa muncul dengan ide-ide baru yang menarik dan bisa mempengaruhi orang lain. Kelima, mereka memiliki kekuatan memperbesar aktivisme di dunia nyata dengan dunia maya.

Keenam, mereka mendapatkan kemudahan membangun jejaring luas. Meskipun tidak saling kenal, kesamaan pandangan menyatukan mereka.