Sukses

Ketua Umum PPP: Kita Tak akan Lakukan Propaganda Palsu untuk Menangkan Ganjar-Mahfud

Plt Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhamad Mardiono menjelaskan, rapat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud hari ini, Rabu (22/11/2023), untuk membahas strategi kampanye.

Liputan6.com, Jakarta Plt Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhamad Mardiono menjelaskan, rapat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud hari ini, Rabu (22/11/2023), untuk membahas strategi kampanye.

"Ya yang pasti kita akan semakin mematangkan dalam rangka kita memasuki waktu kampanye. Kampanye sudah tinggal beberapa hari lagi ya, tanggal 28, kita ingin memastikan bahwa mesin politik kita dalam rangka untuk menghadapi kampanye ini sudah berjalan dengan baik, sistematis," kata Muhamad Mardiono saat diwawancarai di Gedung High End, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (22/11/2023).

Saat ditanya apakah rapat kali ini membahas elektabilitas Ganjar yang merosot lantaran sering mengkritik pemerintah, Mardiono hanya menegaskan, pihaknya tidak akan menggunakan propaganda-propaganda palsu untuk memenangkan Ganjar Pranowo-Mahfud Md di pilpres 2024.

"Kita akan bekerja memang bersama dengan rakyat sehingga apa sekarang ini isu-isu yang dibutuhkan oleh rakyat, ya kita tidak akan menggunakan propaganda-propaganda yang sifatnya itu adalah palsu. Tetapi apa yang terjadi saat ini, itulah yang akan kita sampaikan ke rakyat. Itulah tujuan kita di dalam meraih kemenangan," tegas Mardiono.

Dia menegaskan, partai pengusung Ganjar-Mahfud menginginkan agar penyelenggaraan pemilu 2024 berjalan dengan jujur dan adil. Tidak ada kecurangan dan propaganda-propaganda palsu.

"Jadi kita enggak mau dengan propaganda-propaganda palsu, apalagi juga kita menyampaikan janji-janji yang palsu, itu kita akan terhindar dari hal-hal itu. Kita akan mencoba berkontestasi secara fair, terbuka, jujur. Tentu untuk meraih kemenangan itu ya kita harus mempersiapkan diri secara sistematis itu yang pasti," ujar Mardiono.

Sebelumnya, Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi lantaran elektabilitas Ganjar-Mahfud menurun.

"Untuk TPN dan partai-partai yang mendukung Mas Ganjar itu akan menjadi evaluasi bagi kami dan tantangan untuk bisa ke depannya memperbaiki hal-hal yang membuat posisi dari calon presiden Mas Ganjar dan Pak Mahfud itu mungkin melakukan hal-hal atau suatu pernyataan yang memang harus dievaluasi," kata Puan saat diwawancarai di Gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (21/11/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Elektabilitas Ganjar-Mahfud Terus Menurun

Dalam survei terbarunya, LSI Denny JA menyatakan elektabilitas Ganjar-Mahfud mengalami penurunan dalam tiga bulan terakhir ini.

Ganjar-Mahfud pada September memperoleh 36,3 persen dan menurun menurut data LSI Denny JA per Oktober (35,3 persen) dan November (28,6 persen).

Sementara itu, kandidat Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) pada Pilpres 2024 RI mengalami peningkatan dalam tiga bulan terakhir ini.

AMIN pada September mendapatkan 15 persen, lalu meningkat saat Oktober dengan 17,2 persen dan November 20,3 persen.

Kemudian, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka juga memiliki elektabilitas yang stabil dalam tiga bulan terakhir.

Survei LSI Denny JA per September 2024 menyatakan elektabilitas Prabowo-Gibran 39,3 persen, lalu menurun pada Oktober dengan 36,8 persen, kemudian meningkat lagi saat November yang tercatat 40,3 persen

Saat ditanya apakah merosotnya elektabilitas Ganjar-Mahfud karena sering mengkritik pemerintahaan saat ini, Puan mengatakan apapun yang disampaikan Ganjar ada datanya.

"Tapi kami meyakini bahwa apa pun yang disampaikan itu sudah ada datanya," tegas dia.

3 dari 4 halaman

Ganjar Kritik Penegakan Hukum di Indonesia

Sebelumnya, calon presiden (capres) 2024 nomor urut 3, Ganjar Pranowo menghadiri acara Sarasehan Nasional Alumni Universitas Negeri Makassar pada Sabtu (18/11/2023)

Dikutip dari keterangan tertulis, Ganjar Pranowo mendapat pertanyaan dari Prof Zainal Arifin Mochtar tentang kondisi penegakan hukum, pemberantasan korupsi, HAM hingga demokrasi yang saat ini melenceng, serta bagaimana mengembalikannya.

"Dengan kondisi begini, membuat arus baliknya bagaimana? misalkan kalau kita melihat KPK berantakan betul, MK, orang bilang Mahkamah Keluarga, membuat arus baliknya. Kira-kira, Mas Ganjar membayangkan sebagai seorang presiden, mau membalikkan ke arus yang baik itu bagaimana?" kata Zainal.

Ganjar menjawab dengan menceritakan alasannya memakai kemeja warna hitam di beberapa kesempatan.

"Bagaimana kemudian kenapa saya memakai kemeja warna hitam," tutur Ganjar.

Capres yang diusung PDIP itu kemudian melanjutkan bahwa situasi hukum saat ini harus dikembalikan arahnya, sehingga kepercayaan publik bisa pulih. Salah satunya dengan penegakan hukum yang berkeadilan, dengan melibatkan dukungan dari berbagai elemen masyarakat, seperti agamawan, ilmuwan, budayawan, dan media.

"Ketika kewenangan itu ada, dan diberikan kepada seorang pemimpin, pemimpinnya yang kemudian membikin arusnya itu dibalik," terangnya.

4 dari 4 halaman

Ganjar Beri Nilai 5 Penegakan Hukum di Indonesia

Ganjar menyatakan perlunya perubahan regulasi jika dibutuhkan untuk memastikan efektivitas upaya pemulihan kepercayaan publik. Ganjar juga menyoroti pentingnya melibatkan semua pihak terkait, termasuk media, dalam membangun arus balik yang positif.

"Dukungan kedua adalah kolaborasinya dengan kondisi sosiologis yang terjadi di masyarakat, agamawan, ilmuan, budayawan, media. Ketika kegelisahaan itu semuanya muncul, rasanya ini yang mesti diakomodasi, untuk kemudian membalikan situasi itu. Dan ketika regulasinya tidak mencukupi, ya diubah regulasinya," jelas Ganjar Pranowo.

Bahkan, Ganjar juga ikut mengkritisi dan memberi penilaian buruk terkait penegakan hukum, HAM, pemberantasan korupsi, dan demokrasi saat ini, yang menurutnya mengalami kemunduran.

"Ya dengan kasus ini (MK) jeblok. (Nilainya) 5," ucap Ganjar.

Pernyataan itu diperkuat dengan data yang dipaparkannya, yakni persepsi penegakan hukum saat ini hanya 30,7 persen. Untuk memperbaiki, Ganjar menyatakan yang harus dilakukan ialah supremasi hukum untuk melindungi seluruh warga.

"Sementara untuk indeks hukum dan HAM pada 2017-2022 memiliki skor 6,2. Sehingga yang harus dilakukan ialah memperkuat lembaga HAM, perkuat pendidikan HAM pada publik," ujar Ganjar.

 

Reporter: Alma Fikhasari

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.