Sukses

Alami Krisis, Harga Chip Semikonduktor untuk Otomotif Melambung Tinggi

Pemerintah saat ini tengah mempercepat pembangunan ekosistem industri semikonduktor guna memenuhi kebutuhan pasar domestik

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah saat ini tengah mempercepat pembangunan ekosistem industri semikonduktor guna memenuhi kebutuhan pasar domestik. Khusus di industri otomotif, kekurangan komponen penunjang produksi kendaraan ini memang mulai berangsur membaik, namun kondisi tersebut masih akan berlanjut hingga beberapa tahun ke depan.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier mengatakan, pembangunan ekosistem industri semikonduktor juga sejalan dengan target Making Indonesia 4.0.

"Karena itu, kami kerahkan kemampuan bangsa dari ahli elektronik hingga mikroelektronik,” ujar Taufik, dalam pernyataan resminya, ditulis Senin (12/12/2022).

Taufiek mengungkapkan, Indonesia pernah memiliki pabrik semikonduktor pada tahun 1986 silam. Bahkan, mampu ekspor dalam bentuk chip semikonduktor yang nilainya mencapai Rp 135 juta pada masa itu.

“Oleh karenanya, upaya membangun kembali industri semikonduktor di era kecerdasan buatan atau artificial intelligence ini menjadi peluang yang sangat besar. Sebab, butuh peta jalan 10-20 tahun ke depan tentang industri semikonduktor yang bisa mengisi kebutuhan dalam negeri,” paparnya.

Menurut Taufiek, Kemenperin sedang menyiapkan pusat desain semikonduktor di Bandung, Jawa Barat. “Seluruh universitas dan akademisi akan masuk dalam skema ekosistem tersebut,” ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga melambung tinggi

Sementara itu, Presiden Direktur PT Astra Visteon Indonesia, Prihantanto Agung mengibaratkan sektor industri semikonduktor seperti kecil-kecil cabai rawit. Barangnya kecil tetapi menentukan dalam proses produksi otomotif.

“Barangnya kecil harganya cuma US$ 0,1 namun bisa membuat kami jualan mobil yang harganya ratusan juta,” ujarnya.

Selama pandemi, lanjut Prihantanto, rantai pasok semikonduktor global terputus dan berdampak bagi sektor otomotif di Indonesia. “Ini memukul industri kami,” tuturnya.

Harga semikonduktor yang semula sekitar US$ 0,1 melonjak berkali lipat hingga menyentuh US$ 9 sampai 25.

Bagi industri otomotif produk otomotif tidak akan jalan tanpa semikonduktor. “Terpaksa kami beli. Kalau tidak, industri mobil bisa mati," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.