Sukses

Biar Aman, Kapan Waktu Tepat buat Cek Kondisi Ban?

Sebagai pemilik kendaraan, jangan pernah sekali-kali mengabaikan kondisi angin jika tidak ingin mengalami hal-hal yang tidak diinginkan.

Liputan6.com, Jakarta - Ban merupakan satu-satunya komponen di kendaraan yang bersentuhan langsung dengan permukaan jalan. Karena itu, komponen di kendaraan yang terbuat dari karet ini merupakan salah satu yang penting.

Oleh karena itu, jangan pernah sekali-kali mengabaikan kondisi angin jika tidak ingin mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, dan juga agar ban tetap awet sesuai umur pakainya. Lalu, kapan waktu yang tepat untuk mengecek kondisi ban?

Dijelaskan Zulpata Zaenal, Proving Ground Manager PT Bridgestone Tire Indonesia, pengecekan kondisi ban memang harus dilakukan secara rutin.

"Saran kami, selalu cek tekanan angin ban seminggu atau dua minggu sekali di pagi hari," jelas Zulpata saat berbincang dengan Liputan6.com melalui sambungan telepon, Selasa (17/10/2017).

Zulpata menambahkan, pemeriksaan kondisi ban memang harus dilakukan di pagi hari, saat kondisi ban masih dingin. Untuk mengisi tekanan angin juga, harus sesuai dengan rekomendasi pabrik mobil. "Agar ban awet, tidak cepat rusak, itu yang harus dilakukan," kata dia.

Sementara itu, ketika ban kekurangan angin dan masih tetap digunakan makan dinding ban bakal hancur. Hal tersebut karena dinding kelelahan, jadi karet hancur dan benang ban bakal putus.

"Kerusakan ban ketika kurang angin tergantung seberapa kempesnya. Kalau kurang angin sedikit, jaraknya masih bisa lama, tapi jika tekanan angin kurang banyak atau saat terkena paku atau ranjau, paling tidak sampai 100 meter," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Air Keras Bisa Rusak Ban?

Lalu, benarkah air keras bisa membuat kerusakan parah di ban?

Dijelaskan Zulpata Zaenal, Proving Ground Manager PT Bridgestone Tire Indonesia, air keras memang bisa merusak ban, tapi hanya bagian yang terkena air kerasnya saja. Namun, jika melihat gambar yang tersebar,dinding rusak tapi tapak ban masih mulus.

"Kalau lihat kerusakan, itu bukan karena cairan kimia. Kalau kerusakan ban tersebut, istilahnya bleeding CBU (Cord Broken Up), karena ban dijalankan terus-menerus dalam keadaan kurang angin," jelas Zulpata ketika dihubungi Liputan6.com, Selasa (17/10/2017).

Lanjut pria ini, ketika tekanan angin di ban kurang dan tetap jalan, maka dinding ban bakal kelelahan. Akibatnya, karet hangus dan benang ban bakal putus.

"Kalau misalkan ada botol diisi dengan air keras, pasti telapaknya juga kena, dan di gambar tapaknya sangat mulus. Air keras juga tidak bisa ditaruh di botol plastik biasa, harus botol kaca atau botol plastik khusus," tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini