Erupsi Gunung Kelud pada Kamis 13 Februari 2014 malam menyebabkan hujan abu vulkanik di Solo Jawa Tengah. Akibatnya sarana transportasi menjadi terhambat.
Sejumlah bus yang dijadwalkan tiba di Terminal Tirtonadi Solo terlambat 2 jam lebih, karena terkendala kabut tebal abu vulkanik yang menyelimuti sejumlah wilayah di Kota Solo.
Seperti dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu (15/2/2014), aktivitas di terminal itu masih terlihat lengang dan sepi, padahal di hari-hari biasa keramaian dan antrean bus antar kota tampak memadati kawasan itu. Hal ini terjadi karena ratusan armada bus hingga saat ini belum tiba, dan dipastikan banyak yang mengalami keterlambatan datang ke terminal Solo.
Ketelambatan bus yang tiba di Terminal Solo ini belum dapat diprediksi hingga kapan, mengingat cuaca yang belum menentu termasuk hujan debu vulkanik yang masih saja terjadi.
Dampak bencana debu vulkanik juga dirasakan ratusan pedagang di pasar tradisional Pasar Legi Kota Solo Jawa Tengah. Banyak pedagang merugi akibat debu vulkanik.
Suasana pasar yang biasa ramai kini tampak sepi, hanya ada beberapa puluh pedagang saja yang masih berharap akan datangnya warga yang mau membeli sayur mayur serta kebutuhan sehari-hari.
Sayur mayur serta dagangan yang dibawa hari ini nyaris tidak laku sama sekali akibat tidak adanya pembeli yang datang ke pasar karena hujan debu vulkanik. Sayuran mereka juga bahkan ada yang terkena debu vulkanik karena dipajang di meja.
"Langganan ndak ada yang keluar," ujar pedagang bernama Siti Nurjanah sedih.
Hal serupa terlihat di sebelah utara pasar yang biasa menjadi tempat mangkal para pedagang daging dan ikan. Tempat yang biasa ramai ini, kini sepi tanpa ada transaksi sedikit pun.
Akibat hujan debu ini, para pedagang terancam rugi, karena sayur mayur, ikan dan daging tidak dapat disimpan lebih lama.
Abu vulkanik di Solo tak hanya menutupi jalan raya. Tetapi kendaraan seperti mobil, sepeda, sepeda motor, bus dan becak. "Abu masih menutupi jalan raya setebal 1 hingga 1,5 cm," ujar reporter Liputan 6 SCTV, Desa Apridini. (Tnt/Riz)
Baca juga:
Sejumlah bus yang dijadwalkan tiba di Terminal Tirtonadi Solo terlambat 2 jam lebih, karena terkendala kabut tebal abu vulkanik yang menyelimuti sejumlah wilayah di Kota Solo.
Seperti dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu (15/2/2014), aktivitas di terminal itu masih terlihat lengang dan sepi, padahal di hari-hari biasa keramaian dan antrean bus antar kota tampak memadati kawasan itu. Hal ini terjadi karena ratusan armada bus hingga saat ini belum tiba, dan dipastikan banyak yang mengalami keterlambatan datang ke terminal Solo.
Ketelambatan bus yang tiba di Terminal Solo ini belum dapat diprediksi hingga kapan, mengingat cuaca yang belum menentu termasuk hujan debu vulkanik yang masih saja terjadi.
Dampak bencana debu vulkanik juga dirasakan ratusan pedagang di pasar tradisional Pasar Legi Kota Solo Jawa Tengah. Banyak pedagang merugi akibat debu vulkanik.
Suasana pasar yang biasa ramai kini tampak sepi, hanya ada beberapa puluh pedagang saja yang masih berharap akan datangnya warga yang mau membeli sayur mayur serta kebutuhan sehari-hari.
Sayur mayur serta dagangan yang dibawa hari ini nyaris tidak laku sama sekali akibat tidak adanya pembeli yang datang ke pasar karena hujan debu vulkanik. Sayuran mereka juga bahkan ada yang terkena debu vulkanik karena dipajang di meja.
"Langganan ndak ada yang keluar," ujar pedagang bernama Siti Nurjanah sedih.
Hal serupa terlihat di sebelah utara pasar yang biasa menjadi tempat mangkal para pedagang daging dan ikan. Tempat yang biasa ramai ini, kini sepi tanpa ada transaksi sedikit pun.
Akibat hujan debu ini, para pedagang terancam rugi, karena sayur mayur, ikan dan daging tidak dapat disimpan lebih lama.
Abu vulkanik di Solo tak hanya menutupi jalan raya. Tetapi kendaraan seperti mobil, sepeda, sepeda motor, bus dan becak. "Abu masih menutupi jalan raya setebal 1 hingga 1,5 cm," ujar reporter Liputan 6 SCTV, Desa Apridini. (Tnt/Riz)
Baca juga:
Muntahan Abu Gunung Kelud Sudah Sampai Bogor
Yogya & Magelang Masih Diselimuti Abu Kelud, Jarak Pandang Tipis
[VIDEO] Alat Pemantau Gunung Kelud Rusak, Petugas Andalkan Mata
Advertisement