Sukses

Waspada Karhutla Saat Musim Kemarau, BMKG: Langkah Pencegahan Lebih Efektif Dibanding Pemadaman

BMKG memastikan, pihaknya akan terus mendeteksi serta mengeluarkan peringatan dini jika ada titik panas atau hotspot yang muncul dan berpotensi menyebabkan karhutla.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan pemerintah daerah mengantisipasi adanya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat musim kemarau.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan upaya pencegahan dan siaga penanggulangan kebakaran hutan serta lahan, harus lebih ditekankan untuk mengantisipasi peningkatan potensi karhutla, terutama wilayah rawan karhutla.

"Upaya pencegahan harus lebih ditekankan dibandingkan pemadaman karena langkah ini lebih efektif untuk menghindari dampak yang luas," kata Dwikorita dilansir dari Antara, Rabu (7/6/2023).

Dwikorita memastikan pihaknya akan terus mendeteksi dan mengeluarkan peringatan dini jika ada titik panas atau hotspot yang muncul.

"BMKG sendiri terus melakukan pemantauan untuk mendeteksi titik panas atau hotspot menggunakan satelit. Jika BMKG mendeteksi potensi karhutla, maka secara resmi BMKG akan mengeluarkan peringatan dini," ucap Dwikorita.

Ia menambahkan, pengetahuan dan pemahaman masyarakat perlu terus ditingkatkan dalam memahami pengelolaan hutan dan lahan, potensi ekonomi lokal, dan pengolahan hasil produksi hutan dan lahan menjadi bernilai tambah.

Selain karhutla, Dwikorita juga menyampaikan optimalisasi penggunaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air, seperti waduk, sebagai salah satu langkah strategis untuk mengantisipasi dampak musim kemarau.

"Langkah tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko kekurangan air, baik bagi kebutuhan masyarakat maupun untuk kebutuhan pertanian," ujar dia.

Menurut Dwikorita, langkah-langkah strategis perlu dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi dampak lanjutan atas musim kemarau, utamanya sektor-sektor yang terdampak, seperti pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang mengandalkan air.

"Situasi saat ini perlu diantisipasi agar tidak berdampak pada gagal panen yang dapat berujung pada krisis pangan," tuturnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau di Indonesia

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perubahan Iklim BMKG, Fachri Rajab mengatakan, puncak musim kemarau di Indonesia diprakirakan terjadi pada Juli, Agustus, dan September 2023, yaitu 83 persen atau 582 zona musim (ZOM).

"Dibandingkan dengan normal, puncak musim kemarau 2023 diprakirakan sama pada 390 ZOM (55,8 persen), maju pada 174 ZOM (24,9 persen), dan mundur sebanyak pada 135 ZOM (19,3 persen)," kata Fachri.

Ia menyampaikan, prediksi hujan bulanan periode Juni-Oktober 2023 dapat mencapai kondisi bawah normal atau lebih kering dari rata-ratanya.

Wilayah yang diprediksi mengalami hujan dengan kategori bawah normal pada Juni 2023, meliputi sebagian Aceh, sebagian Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Barat, sebagian Sulawesi Tenggara, Sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan sebagian Papua.

Pada Juli, Agustus, dan September 2023 yang diprediksi sebagai periode puncak musim kemarau, curah hujan bawah normal diprediksi terjadi di wilayah yang lebih luas, meliputi sebagian besar Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Bali, NTB, sebagian NTT, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Sulawesi Utara, Maluku Utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan sebagian Papua.

Bahkan, beberapa daerah akan mengalami curah hujan yang rendah yaitu kurang dari 20 mm/bulan, meliputi Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, dan NTT.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini