Sukses

Cerita Megawati Saat Bung Karno Minta Dicarikan Kuda Jinak

Cerita Megawati saat Bung Karno meminta dicarikan kuda jinak didapat dari ibundanya, Fatmawati Soekarno.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak kisah menarik yang dialami Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri saat mengenang kembali sosok ayahandanya, yaitu Presiden Pertama RI, Soekarno atau Bung Karno semasa hidupnya. 

Salah satu ceritanya yang didengar dari Sang Ibunda, Fatmawati. Saat itu Soekarno sebagai Presiden, meminta untuk dicarikan kuda yang jinak.

"Saya dengar ceritanya dari ibu saya, waktu itu sangat panik. Karena seperti apa yang dikatakan, (Bung Karno, Red) tidak tahu bagaimana menunggang kuda," kata Megawati saat berpidato pada peresmian patung Bung Karno di halaman depan Kantor Kementerian Pertahanan di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Minggu, 9 Januari 2023. 

"Saya tidak dapat membayangkan mendengar cerita ibu saya itu, bagaimana seorang panglima tertinggi kudanya itu jinak. Tentunya, seharusnya (kudanya) garang ya," ujar Megawati sambil tersenyum dilansir Antara. 

Dia mengatakan, setelah Bung Karno akhirnya bisa menunggang kuda, maka sang ayah akhirnya melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan prajurit TNI.

Momen tersebut terjadi dalam sebuah peringatan ulang tahun angkatan perang republik.

"Disebut Angkatan Perang pada waktu itu dan sekarang menjadi Tentara Nasional Indonesia," kata Megawati. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menhan Prabowo: Bung Karno Harus Berlatih Naik Kuda 3 Hari

Dalam peresmian patung Bung Karno tersebut, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo bercerita Bung Karno harus berlatih naik kuda selama tiga hari.

Menurut dia, kejadian itu ketika pimpinan angkatan perang RI saat itu meminta kesediaan beliau menghadiri upacara peringatan hari ulang tahun pertama di tahun 1946.

Saat meresmikan patung Bung Karno di Kantor Kementerian Pertahanan, Megawati hadir bersama anggota keluarganya, yaitu putranya Prananda Prabowo bersama istri Nancy Prananda, dan Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

Sedangkan Menhan Prabowo Subianto hadir dengan didampingi jajaran pejabat di Kemhan.

Selain itu, sejumlah pejabat negara ikut hadir. Antara lain Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Trenggono, Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa, Kepala BIN Budi Gunawan, serta para wakil kepala staf angkatan.

3 dari 3 halaman

Megawati Soekarnoputri dan Awal Karier Politiknya

Di sisi lain, saat membangun karier politinya di PDIP, jalan berliku telah dilalui Megawati. Semua berawal saat dirinnya pertama kali menjadi anggota dewan pada 1987.

 

Pada 1986, Soeharto memberikan status Pahlawan Proklamasi kepada Soekarno dalam sebuah upacara yang dihadiri Megawati. Pengakuan Soeharto ini memungkinkan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), sebuah partai yang didukung pemerintah, untuk mengkampanyekan nostalgia Soekarno menjelang pemilihan legislatif 1987.

Selama ini Megawati melihat dirinya sebagai ibu rumah tangga. Tetapi pada tahun 1987 ia bergabung dengan PDI dan mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). PDI menerima Megawati untuk mendongkrak citranya sendiri.

Hasilnya, Megawati dengan cepat melesat menjadi populer, statusnya sebagai putri Soekarno mengimbangi kurangnya keterampilan berpidato. Meski PDI berada di urutan terakhir dalam pemilu, Megawati terpilih menjadi anggota DPR. Seperti semua anggota DPR, ia juga menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Meski Megawati tidak terpilih kembali, tetapi tetap menjadi anggota PDI. Pada Desember 1993, PDI mengadakan kongres nasional. Seperti yang selalu terjadi ketika partai-partai oposisi Orde Baru mengadakan kongres, pemerintah aktif ikut campur.

Menjelang Kongres, tiga orang bersaing untuk menjadi ketua PDI. Petahana, Soerjadi, menjadi kritis terhadap pemerintah. Kedua, Budi Harjono sosok ramah pemerintah yang didukung penguasa. Yang ketiga adalah Megawati. Pencalonannya mendapat dukungan luar biasa sehingga pemilihannya di Kongres menjadi formalitas.

Ketika kongres berkumpul, pemerintah terhenti dan menunda upaya untuk mengadakan pemilihan. Kongres menghadapi tenggat waktu ketika izin mereka untuk berkumpul akan habis.

Saat jam-jam berlalu hingga akhir kongres, pasukan mulai berkumpul. Dengan waktu tinggal dua jam lagi, Megawati mengadakan konferensi pers, menyatakan bahwa karena dia menikmati dukungan mayoritas anggota PDI, sekarang menjadi ketua de facto.

Meskipun relatif kurang pengalaman politik, dia populer karena statusnya sebagai putri Soekarno dan karena dipandang bebas dari korupsi dengan kualitas pribadi yang mengagumkan. Di bawah kepemimpinannya, PDI memperoleh banyak pengikut di kalangan kaum miskin perkotaan dan kelas menengah perkotaan dan pedesaan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.