Sukses

Di Balik Alasan Penghasilan Masyarakat Tarakan yang ‘Menipis’ karena Ikan Tipis

Pembuatan ikan tipis kering dikerjakan berpuluh tahun lalu oleh warga pendatang (keturunan Sulawesi Selatan) yang tinggal di Juata Laut, Tarakan. Mereka yang membuat ikan tipis adalah nelayan dan warga setempat.

Liputan6.com, Jakarta Bagi masyarakat di luar Kalimantan, mungkin asing ketika mendengar kalimat ikan tipis. Ya, ikan tipis merupakan salah satu makanan olahan khas masyarakat Tarakan di Kalimantan Timur. 

Disebut ikan tipis karena ikan pepija yang ditangkap, dibelah dua dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Ikan tipis menjadi salah satu mata pencaharian warga Tarakan karena ikan jenis itu banyak ditemukan di perairan Pulau Tarakan. 

Sebelum membahas lebih jauh tentang pengaruh ikan tipis terhadap penghasilan masyarakat Tarakan, mari sedikit mengulas tentang olahan ini. 

Diketahui, pembuatan ikan tipis kering dikerjakan berpuluh tahun lalu oleh warga pendatang (keturunan Sulawesi Selatan) yang tinggal di Juata Laut, Tarakan. Mereka yang membuat ikan tipis adalah nelayan dan warga setempat. 

Biasanya, nelayan menyisihkan sebagian tangkapan ikan pepija segar, untuk dibeli dan diolah oleh warga setempat. Salah satu warga yang membeli ikan segar dari nelayan adalah Rohani. 

"Saya sudah 10 tahun bikin ikan kering ini," kata wanita berusia 45 tahun itu. 

Ya, ibu tiga anak mengatakan bahwa dia telah membuat ikan tipis kering sejak menetap pada 1998. Saat itu, dia pindah dari Palopo, Sulsel untuk mengikuti suaminya yang menjadi nelayan.

Begini Proses Pembuatan Ikan Tipis

Warga yang tinggal di Kelurahan Juata Laut, Kecamatan Tarakan Utara, Kota Tarakan, Kalimantan Timur, biasa membuat ikan tipis kering di lapangan sepak bola. 

Ikan segar yang ditangkap sebelumnya, dibelah dua kemudian dicuci dengan air tawar. Selanjutnya, ikan dilumuri bumbu atau ditaburi garam. 

Bumbu tersebut merupakan campuran dari gula merah, bawang putih, ketumbar, dan merica yang dihaluskan. Kemudian, ikan berbumbu tersebut diletakkan di tempat penjemuran yang terbuat dari kawat yang mirip pengayak pasir, sepanjang dua meter dengan lebar 1,5 meter. 

Untuk lamanya penjemuran di bawah panas matahari terik, diperkirakan dilakukan selama seharian penuh. Ketika dijemur, ikan tersebut akan berubah warna menjadi kuning kecokelatan. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Permainan Harga Jual

Ikan tipis kering yang sudah diproses alias dijemur, kemudian dijual dalam plastik 500-1000 gram. Banyak orang menyukai ikan tipis kering ini karena rasanya menyerupai dendeng dan terasa gurih dan asin. 

Sebelum dimakan, ikan digoreng 15 detik. Mungkin karena amat tipis, makanan itu bisa menggantikan kerupuk. Namun sayangnya, di balik banyaknya orang yang menyukai ikan tipis kering, ada kendala di belakangnya. 

Diketahui, ikan tipis kering dijual oleh sekitar 150 keluarga yang menjadi pengusaha mikro di Tarakan. Meski banyak dicari, namun ternyata ikan yang dijual ternyata tak mencapai cuan yang signifikan. 

Itu karena bobot ikan segar yang dibeli dari nelayan menyusut 50% ketika ikan tersebut dikeringkan. Misalnya sekitar 2,5 kg ikan segar akan menjadi 1,25 kg bila sudah dikeringkan.

Selain itu, masalah juga kerap muncul karena faktor tangkapan nelayan. Ya, saat tangkapan berlimpah, ikan dijual Rp20 ribu per keranjang atau setara dengan 2,5 kg. 

Namun ketika tangkapan sedikit harga ikan melambung tinggi menjadi Rp40 ribu per keranjang. Padahal ikan tipis kering dijual antara Rp15-30 ribu per kg. 

Sayangnya harga ikan tipis kering mencapai titik rendah ketika minimnya pesanan. Namun sebaliknya, saat pesanan banyak, banyak pedagang yang justru berani membeli dengan harga tinggi. 

"Masalahnya, pembeli suka sekali memainkan harga," ujar salah satu pelaku usaha mikro bernama Rosmiah (43) yang mengaku kesulitan menghitung pendapatan pembuat ikan tipis kering dalam sebulan.

Lantaran kondisi tersebut, kemungkinan pembuat ikan tipis mengalami kerugian menjadi lebih besar. Kondisi itu terjadi ketika ikan tidak bisa terjual dalam dua bulan. 

Padahal, ikan dalam kemasan hanya tahan sekitar dua bulan. Selepas waktu tersebut ikan akan rusak karena berjamur dan berbau tengik sehingga tak layak dikonsumsi.

 

3 dari 3 halaman

Butuh Bantuan Koperasi

Beberapa alasan di atas tentunya merugikan banyak pihak. Mulai dari pembuat yang menolak membeli ikan segar dari nelayan ketika harga tidak rasional. 

Hingga nelayan kehilangan penghasilan dan pembuat yang tidak mendapat bahan baku. Oleh karena itu, sering terjadi posisi tawar, agar keduanya mendapat harga pantas.

Untuk menengahi kondisi tersebut, para pembuat ikan tipis kering berharap adanya koperasi. Tujuannya agar posisi tawar dengan nelayan dan pembeli jadi lebih kuat. 

Keberadaan koperasi dinilai memungkinkan pembuat mencari jalur pemasaran sendiri tanpa bergantung pada pedagang pasar. Selain itu, melalui koperasi, pembuat juga bisa menolak menjual kepada pedagang. 

Terkadang pedagang ingin membeli dengan harga amat rendah, tetapi saat menjual kepada konsumen dengan harga hingga berkali-kali lipat. 

"Kondisi tersebut membuat kami ini jadi nggak ada untungnya," kata Rosmiah.

Namun, lanjut Rosmiah ketika kondisi itu terjadi, jika ada koperasi, dapat membantu menjual langsung kepada masyarakat di Tarakan atau di luar daerah. 

"Saya yakin koperasi bisa membuat lebih baik," katanya. 

Untuk diketahui, perikanan merupakan sektor penting bagi perekonomian daerah. Kota Tarakan dalam Angka 2008 menunjukkan bahwa selama tujuh tahun ini perikanan merupakan penyumbang PDRB urutan ketiga. 

Perikanan yang digabung dalam pertanian menyumbang rata-rata Rp254 miliar dari Rp 3.800 miliar PDRB setahun.

Potensi besar itu terutama dari perikanan tangkap. Rata-rata hasil tangkapan ikan laut 3.500 ton dari potensi 5.000 ton setahun. Produksi ikan kering 607 ton setahun. 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.