Sukses

Hendropriyono: Pancasila Lahir dari Kesepakatan Ulama-Nasionalis, Harus Dijaga

Hendropriyono menyampaikan, generasi muda saat ini memerlukan wawasan kebangsaan yang mendalam, demi menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono menyatakan, generasi muda perlu wawasan kebangsaan mendalam untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Menurutnya, jangan sampai warisan para ulama-nasionalis terdahulu dihapuskan oleh kemunculan ideologi baru yang dipaksakan.

"Prinsip-prinsip nilai-nilai fundamental yang harus kita pegang teguh dalam kehidupan kita berbangsa bernegara yaitu Pancadila. Pancasila lahir dari kesepakatan terutama para ulama-nasionalis, yang lahir dari pemikiran Bung Karno," tutur Hendropriyono dalam forum webinar, Minggu (6/12/2020).

"Itu warisan. Yang berubah adalah bagaimana implemetasi dari warisan itu. Warisan kan tidak mungkin kita rusak atau ubah. Kalau kita ubah asal itu untuk kemaslahatan kita pun bukan dihancurkan," lanjutnya.

Menurut Hendropriyono, tantangan dan ancaman yang mengganggu persatuan kesatuan bangsa saat ini adalah pemikiran yang berorientasi dalam penghapusan ideologi negara Indonesia.

"Dengan keadaan yang berkembang saat ini, dari masa ke masa memang mungkin patut membuat kesepatakan-kesepakatan baru, tapi strategi saja, bukan ideologi yang sejak dulu dirumuskan ulama-ulama terdahulu. Jadi tujuan kita mengembalikan missorientasi dari masyarakat kita supaya kembali pada prinsip para pendahulu kita," jelas dia.

Terlebih di masa sekarang dengan segala kecanggihan teknologi dan internet, para pengguna sosial media hingga influenser harus sadar pentingnya wawasan kebangsaan. Sebab kini, satu orang saja pun dapat mempengaruhi kelompok besar masyarakat.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wawasan Kebangsaan

"Zaman dulu perlu banyak orang, tapi sekarang ini netizen satu orang saja bisa mempengaruhi pikiran banyak orang. Kadang-kadang satu orang pikirannya ngaco tapi pada ikut. Nah, dia lah ini harusnya berwawasan kebangsaan, sehingga bersama-sama memikirkan strategi bagaimana kita menggunakan warisan ulama nasionalis ini. Bukan dirubah," ujar Hendropriyono.

"Ini kaum netizen harus sadar, jangan sampai kita lumat seperti Libya dan Suriah. Itu bisa saja terjadi, namun kita tidak bisa ramalkan kapan terjadinya. Sekarang ini kita harus sadar untuk mencegahnya. Gunakan prinsip-prinsip dasar ulama-ulama nasionalis," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.