Sukses

Kisah Miris Keluarga yang Tinggal Rumah Ambruk di Banten Jelang Idul Fitri

Jelang Idul Fitri, keluarga Lia Marliani di Kampung Kadu Banen, Desa Kabayan, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten, hanya bisa mengelus dada.

Liputan6.com, Pandeglang - Jelang Idul Fitri, keluarga Lia Marliani di Kampung Kadu Banen, Desa Kabayan, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten, hanya bisa mengelus dada. Ramadan ini, Lia dan keluarga hanya mengandalkan zakat fitrah dan sumbangan warga untuk sekedar makan.

Saat pandemi Corona melanda Tanah Air, Lia dan suaminya, Riki, tidak lagi bisa berjualan. Apalagi jelang Idul Fitri ini.

Roda perekonomian mereka terhenti karena sepinya pembeli nasi uduk.

Beruntung, tetangga dan saudara mereka perduli dengan memberikan bantuan, baik dalam bentuk sembako ataupun makanan matang untuk keluarga Lia dan Riki.

Riki sendiri sudah tidak bekerja sejak 2018, karena kontraknya tidak diperpanjang oleh sebuah SPBU di dekat rumahnya.

"Enggak kerja sudah dua tahun, (terus buka usaha nasi uduk) ngewarung. Abis kontrak 2018, kerjanya di SPBU. Kalau makan ada dari saudara pada ngasih, kebetulan bulan puasa pada ngasih zakat uang. Kalau dari yang lain enggak ada penghasilan," tutur Lia.

Dia mengaku tidak mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) maupun Bantuan Langsung Tunai (BLT). Padahal, rumah mereka hanya berjarak 1 kilometer dari Pendopo Bupati Pandeglang.

"Karena covid saya enggak dagang, suami enggak kerja. Saya harapnya dapet bantuan covid juga, soalnya kan saya juga enggak dapat PKH, BLT juga," kata Lia menuturkan asanya jelang Idul Fitri.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Pada 2018, kontrak suaminya tak lagi diperpanjang. Pada tahun yang sama pula, keluarga tersebut mengalami musibah.

Saat itu, terjadi angin kencang di Pandeglang. Fenomena alam ini membuat pohon kelengkeng yang berada di belakang rumahnya rubuh dan menimpa 'istana' keluarga dengan empat anak tersebut.

Kini, tembok bata rumahnya hanya tersisa sekitar 50 sentimeter. Sisanya, dia menggunakan anyaman bambu.

Bahkan, satu sisi rumahnya hanya ditutupi oleh kain dan spanduk bekas.

Sebagian besar atap rumahnya pun hilang lantaran bencana 2018 tersebut. Alhasil, jika hujan turun, Lia dan Riki pasti sibuk karena bocoran air hujan. Namun, karena tiada atap, seluruh isi rumah pun basah.

"Kena angin 2018, kena bencana, pohon kelengkeng di belakang rumah rubuh kena rumah. Belum bisa ngebetulin karena kepentok sama biaya anak sekolah. Jadi didiemin aja. Keropos kali yah, rubuh makanya. (Kalau hujan) kebanjiran, panas kepanasan, basah semua kasur. Untuk sementara atapnya pakai terpal dulu supaya air hujan tidak terlalu masuk," kata Lia saat ditemui di kediamannya, Jumat (22/5/2020).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.