Sukses

Fakta-Fakta Kelompok Anarko Sindikalisme, Penyusup saat Aksi Hari Buruh

Pihak kepolisian pun melakukan penyelidikan terhadap kelompok Anarko Sindikalisme yang melakukan vandalisme saat Hari Buruh.

Liputan6.com, Jakarta - Aksi peringatan Hari Buruh atau May Day pada 1 Mei 2019 ternodai dengan menyusupnya kelompok Anarko Sindikalisme. Mereka turun mengikuti aksi dengan menggunakan pakaian hitam-hitam.

Tak tinggal diam, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko bahkan telah menginstruksikan aparat kepolisian untuk mencari dalang di balik aksi sekelompok pemuda berbaju hitam-hitam di sela peringatan May Day atau Hari Buruh di Bandung dan Jakarta itu.

Pasalnya, tidak hanya sekadar ikut aksi, kelompok Anarko Sindikalisme ini melakukan tindakan-tindakan vandalisme. Moeldoko menduga, tindakan vandalisme yang terjadi di Bandung dan Jakarta saat Hari Buruh terstruktur.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga menyoroti keberadaan kelompok tersebut. Menurut Tito, kelompok Anarko Sindikalisme berpandangan bahwa buruh merupakan pekerja yang tidak dapat diatur oleh perusahaan dan lainnya. Andil mereka sangatlah dibutuhkan bahkan untuk negara sekalipun dan untuk itu mestilah mendapat kebebasan.

Oleh karena itu, pihak kepolisian melakukan penyelidikan terhadap kelompok Anarko Sindikalisme yang melakukan vandalisme saat Hari Buruh.

Berikut deretan fakta kelompok Anarko Sindikalisme ikut turun saat aksi Hari Buruh atau May Day dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Menyusup di Aksi Surabaya

Peringatan Hari Buruh Internasional pada Rabu, 1 Mei 2019 mengungkap sebuah gerakan masif yang dikenal dengan Anarko Sindikalisme.

Tidak hanya di Bandung, massa berpakaian serba hitam ini juga tampak dalam aksi May Day di depan Gedung Negara Grahadi di jalan Gubernur Suryo Surabaya, Jawa Timur.

Aksi para buruh yang tadinya berlangsung damai menjadi kisruh ketika puluhan massa yang membawa bendera warna merah hitam dan menggunakan jaket hoodie warna hitam, menutupi wajahnya serta membawa poster bergambar Marsinah menyusup masuk dalam barisan para buruh.

Melihat kemunculan kelompok massa ini, polisi berseragam dan berpakaian preman langsung membubarkan paksa kumpulan massa setelah memberi peringatan tapi tak diindahkan. Apalagi, kelompok massa tersebut tidak mau melepaskan penutup wajahnya.

"Kalian ini dari mana, kok pakai penutup wajah? Ayo dibuka," tanya Kasat Binmas Polrestabes Surabaya, Kompol Moh Fathoni melalui pengeras suara kepada kelompok massa yang berada di luar barisan.

Fathoni juga meminta massa berjaket hoodie itu bubar dengan tertib, karena tidak mengantongi izin. "Ayo bubar baik-baik, kalian ini jangan cuma ikut-ikutan, kalian ini dari mana?" tegas Fathoni.

Puluhan massa di luar massa buruh ini bergeming. Mereka malah menggelar aksi duduk dan diam. Tak ayal, polisi pun membubarkan puluhan massa tersebut secara paksa.

Situasi makin memanas saat aksi pembubaran oleh polisi ini, tiba-tiba muncul seseorang yang juga berpakaian serba hitam berteriak melarang awak media mengambil gambar. "Siapa yang tidak boleh mengambil gambar, apa yang tidak boleh difoto," teriak salah satu wartawan.

Polisi yang berpakaian bebas melerai kericuhan tersebut dan menghampiri salah satu pemuda yang melarang wartawan meliput itu. Keduanya terlibat percekcokan. Selanjutnya, datang satu lagi pemuda yang mencoba melerai polisi dan pemuda itu. Alhasil, kedua mahasiswa itu berhasil dipisahkan dari kelompoknya.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera yang terlihat dalam aksi pengamanan Hari Buruh Internasional mengatakan bahwa diduga kelompok anarki tersebut berafiliasi dengan kelompok luar negeri. Namanya, Anarko Sindikalisme atau Anarko Sindikalis.

"Pembubaran ini bukan hanya terkait masalah mengantongi izin atau tidak. Tapi mereka merupakan kelompok anarki dengan bendera A dilingkari hitam (Anarko Sindikalisme)," tutur Barung.

Selain ditengarai akan melakukan tindakan anarki, massa yang menutupi wajahnya dengan kain hitam tersebut juga merupakan kelompok afiliasi luar negeri. "Itu adalah kelompok luar negeri yang menginginkan adanya kerusuhan dan memang tidak tunduk pada pemerintah," kata Barung.

Berselang beberapa jam kemudain, kelompok Anarko Sindikalis ini kembali datang dan berhasil menyusup masuk ke dalam barisan Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI). Mereka kembali terlibat percekcokan dengan wartawan yang berusaha mewawancarainya.

"Saya tadi mau menanyakan mereka dari kelompok mana dan tujuan serta tuntutan dalam aksi Hari Buruh ini apa. Tiba - tiba datang satu temannya yang mengatakan jangan mau diwawancara karena freaming media dan pergi begitu saja," kata salah satu wartawan.

 

3 dari 6 halaman

2. Instruksi Moeldoko

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko telah menginstruksikan aparat kepolisian untuk mencari dalang di balik aksi sekelompok pemuda berbaju hitam-hitam di sela peringatan May Day atau Hari Buruh di Bandung dan Jakarta.

Mereka dikenal dengan nama Anarko Sindikalisme.

"Saya sudah perintahkan untuk mendalami. Kita ingin tahu siapa otak di balik itu semua dan apa tujuannya. Namanya mengerikan, Anarko, anarkis," ujar Moeldoko di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis, 2 Mei 2019.

Moeldoko mengatakan telah memanggil Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Komjen Idham Azis pada Kamis siang.

Mantan Panglima TNI ini meminta penjelasan mengenai eksistensi Anarko. Berdasarkan laporan Kabareskrim Polri Komjen Idham Azis, Anarko sudah eksis sejak 3 tahun lalu.

"Mereka sudah eksis kurang lebih 3 tahun lalu. Sudah sering melakukan pelanggaran vandalisme," jelas Moeldoko.

Moeldoko menduga tindakan vandalisme yang terjadi di Bandung dan Jakarta saat Hari Buruh terstruktur. Namun, dia enggan berspekulasi lebih jauh mengenai aktor intelektual di balik aksi tersebut.

"Iya, sepertinya begitu (terstruktur). Saya harus mengenali lebih jauh. Kalau ada upaya tertentu dari pihak tertentu ingin memaksakan niat tertentu, dalam sebuah event tertentu, maka ini bisa juga menjadi amunisi bagi mereka,” ucap dia.

 

4 dari 6 halaman

3. Dipantau Polri

Kapolri Jendral Tito Karnavian menyoroti kelompok Anarko Sindikalisme yang turut meramaikan peringatan Hari Buruh atau May Day. Aksinya yang kontroversial dan bahkan menjurus tindak pidana dapat mengganggu ketertiban umum.

"Kami juga ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan buruh seluruh di Indonesia relatif aman. Tapi ada satu kelompok yang namanya Anarcho Syndicalism dengan grup A. Ini bukan kelompok fenomena lokal tapi fenomena internasional," tutur Tito di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis, 2 Mei 2019.

Menurut Tito, kelompok Anarko Sindikalisme berpandangan bahwa buruh merupakan pekerja yang tidak dapat diatur oleh perusahaan dan lainnya. Andil mereka sangatlah dibutuhkan bahkan untuk negara sekalipun dan untuk itu mestilah mendapat kebebasan.

"Pekerja itu lepas dari aturan-aturan, mereka menentukan sendiri, makanya disebut Anarcho Syndicalism. Ini sudah lama berkembang. Di Rusia, di Eropa, di Amerika Selatan, termasuk di Asia. Di Indonesia baru berkembang beberapa tahun terakhir ini," jelas dia.

 

5 dari 6 halaman

4. Akan Dibina

Pihak kepolisian melakukan penyelidikan terhadap kelompok Anarko Sindikalisme yang melakukan vandalisme saat Hari Buruh Internasional di sejumlah kota besar di Indonesia.

"Akan kami selidiki apa sebenarnya motif dan konsep dan siapa yang di belakang ini," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol M Iqbal di Gedung Mabes Polri, Jakarta, Kamis, 2 Mei 2019.

Iqbal mengatakan, sampai saat ini, Polrestabes Bandung telah mengumpulkan barang bukti berupa minuman keras, tombak, puluhan kendaraan bermotor yang dicoret-coret serta fasilitas umum yang rusak.

Apabila setelah penyelidikan, para pelaku vandalisme yang telah ditangkap itu terbukti melakukan perbuatan melawan hukum, Iqbal menekankan kepolisian akan mengambil tindakan tegas.

Namun, jika diketahui pemuda-pemuda yang melakukan vandalisme hanya korban yang dihasut, akan dilakukan pembinaan agar tidak mengulangi hal serupa.

"Kalau sudah ada penyelidikan dan tak ada bukti perbuatan melanggar hukum akan kami bina karena mayoritas ini adalah anak-anak kita, masih muda, tampangnya juga bersih-bersih," ujar Iqbal seperti dilansir dari Antara.

Dia menyayangkan adanya fenomena yang berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir itu justru mencederai perayaan Hari Buruh Internasional yang berjalan damai dan tertib.

Menurut Iqbal, Anarko Sindikalisme merupakan kelompok yang memanfaatkan Hari Buruh karena doktrin yang dipercaya buruh tidak boleh diatur oleh negara mau pun perusahaan, melainkan hanya buruh sendiri yang dapat mengatur dirinya.

"Indonesia ini negara hukum, ada UU yang mengatur, ada serikat pekerja, ada UU Ketenagakerjaan, bahkan ada departemen yg mengatur itu. Nah ini tidak boleh mereka masuk," tutur M. Iqbal.

 

6 dari 6 halaman

5. Anarko Sindikalisme adalah Sebuah Paham

Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2019 di Bandung dan Jakarta diwarnai aksi vandalisme yang dilakukan oleh massa berkostum hitam-hitam. Tak butuh waktu lama, polisi mengindikasikan, aksi merusak itu dilakukan kelompok Anarko Sindikalisme.

Lalu, seperti apa sebenarnya kelompok Anarko Sindikalisme ini ?

Anarko Sindikalisme awalnya merupakan paham yang mengingnkan serikat buruh menjadi kekuatan yang potensial untuk menuju kepada revolusi sosial, menggantikan kapitalisme dan negara dengan tatanan masyarakat baru yang mandiri dan demokratis oleh kelas pekerja.

Paham ini merupakan turunan dari paham anarkis, gagasan yang tidak menghendaki akan keberadaan institusi kekuasaan.

Sering juga menegasikan nilai-nilai mapan yang sudah dianggap wajar oleh masyarakat. Aliran pemikiran ini bahkan lebih jauh sampai tidak menghendaki adanya legitimasi terhadap kekuasaan, termasuk terhadap negara.

Dari paham anarkis itu, berkembang menjadi beberapa turunan, seperti Anarkisme-kolektif, Anarkisme komunis, Anarko Sindikalisme, Anarkisme individualis, serta varian lainnya seperti Pasca-anarkisme, Anarki pasca-kiri, Anarka-Feminisme, Eko-Anarkisme, dan Anarkisme insureksioner. Namun yang paling terkenal adalah Anarko-Sindikalisme.

Anarko Sindikalisme sendiri lebih menekankan pada gerakan buruh (labour movement). Sindikalisme sendiri berakar dari bahasa Prancis yang berarti “trade unionism”.

Varian ini menganggap bahwa serikat-serikat buruh (labor unions) mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk mewujudkan suatu perubahan sosial secara revolusioner, mengganti kapitalisme serta menghapuskan otoritas negara dan diganti dengan masyarakat demokratis yang dikendalikan oleh para pekerja.

Anarko sindikalisme juga menolak sistem gaji dan hak milik (kepemilikan) dalam pengertian produksi.

Prinsip-prinsip dasar yang membedakan anarko-sindikalisme dengan kelompok lainnya dalam anarkisme adalah: (1) Solidaritas pekerja (Workers Solidarity); (2) Aksi langsung (direct action); dan (3) Manajemen-mandiri buruh (Workers self-management).

 

* Ikuti perkembangan Real Count Pilpres 2019 yang dihitung KPU di tautan ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.