Sukses

Misteri Pembunuhan Akseyna di Danau UI 4 Tahun Silam

Pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Akseyna Ahad Dori pada 26 Maret 2015 belum terungkap hingga kini.

Liputan6.com, Jakarta - Misteri kematian tidak wajar mahasiswa Universitas Indonesia Akseyna Ahad Dori pada 26 Maret 2015 belum terungkap hingga kini.

Mahasiswa berusia 19 tahun tersebut ditemukan mengambang di Danau Kenanga, kompleks Universitas Indonesia. 5 batu konblok ditemukan dalam tas ranselnya, diduga untuk menenggelamkan jasad Akseyna.

Dalam catatan Sejarah Hari Ini (Sahrini) Liputan6.com, jasad Akseyna yang mengambang ditemukan mahasiswa yang tengah berjalan di depi danau. Penemuan jasad pemuda berbaju hitam lengan panjang dan tas cokelat itu sontak menggemparkan warga kampus.

Akseyna Ahad Dori merupakan mahasiswa UI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) jurusan Biologi. Pemuda asal Yogyakarta ini merupakan mahasiswa S1 angkatan 2013.

Polisi kemudian bergerak menangani kasus tersebut. Kos-kosannya di wilayah Kukusan, Beji, Depok kemudian diperiksa.

Polresta Depok, Jawa Barat kemudian menduga, kematian Akseyna Ahad Dori sebagai bunuh diri karena depresi. Lantaran, pada Januari 2015 Akseyna sempat bercerita kepada ibunya bahwa dia merasa kecewa lantaran sebagai juara regional Olimpiade Biologi, tak diikutkan ke tingkat nasional.

Kapolres Depok Kombes Pol Ahmad Subarkah menyatakan, dugaan tersebut disimpulkan setelah memeriksa 15 saksi. Selain karena kotoran dan sperma yang keluar, adapula penemuan sepucuk surat yang ditemukan polisi di rumah kos Akseyna dengan tulisan, "Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything".

"Dari hasil autopsi, dipastikan korban tewas di air dalam keadaan hidup karena tubuh korban sudah dipenuhi air. Jika korban tewas di atas kemungkinan air tidak terlalu banyak juga, dan luka lebam sendiri bukanlah luka lebam akibat penganiayaan," ungkap Ahmad di Depok, Rabu 1 April 2015.

Orangtua Akseyna dan teman-temannya tak yakin kematian mahasiswa MIPA jurusan biologi itu, akibat bunuh diri. Karena meskipun pendiam, remaja berumur 19 tahun itu dikenal sebagai pribadi yang taat beribadah.

Kasus pembunuhan remaja kemudian diambil alih Bareskrim Polri, dengan menurunkan tim forensik untuk menyelidiki rumah kos. Dalam proses penyelidikan, kasus ini dilimpahkan ke Polda Metro Jaya.

Hasil penyelidikan Polda Metro Jaya usai gelar perkara bersama Polres Depok, dinyatakan bahwa Akseyna meninggal karena dibunuh.

"Dari hasil gelar perkara yang diduga kasus pidana, Dirkrimum dan Kapolres Depok telah menganalisa dan mendapat kesimpulan Akseyna Ahad Dori tidak bunuh diri," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Muhammad Iqbal di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis 28 Mei 2015.

Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti mengungkapkan, surat wasiat yang ditemukan rekan Akseyna, Jibril, di kamar kos korban terindikasi bukan tulisan tangan Akseyna sepenuhnya.

Beberapa bulan kasus ini berjalan, polisi belum menemukan siapa pembunuh Akseyna. Polisi pun membantah lambat menangani kasus ini.

Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Pol Heru Pranoto menyatakan, polisi mendalami kasus ini dengan uji alibi dari keterangan saksi satu persatu.

"Bukannya lambat. Sampai saat ini, kita masih menguji alibi keterangan satu persatu saksi, karena keterangan saksi berubah-ubah setiap pemeriksaan," kata Heru di Gedung Direskrimum Mapolda Metro Jaya, Rabu 13 Mei 2015.

Heru mengatakan, hasil uji alibi akan dihadapkan dengan 2 hipotesa, bunuh diri atau korban pembunuhan. Hasil pemaparan uji alibi dan hipotesa yang memiliki kecenderungan akan dijadikan kesimpulan penyebab tenggelamnya Akseyna.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Analisis Kematian Akseyna

Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti membeberkan analisis mengenai dugaan pembunuhan mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Indonesia (UI) Akseyna Ahad Dori. Dia menduga, pelaku membawa tubuh Akseyna yang pingsan dengan cara menyeretnya ke tepi danau.

Setelah itu, pemuda yang akrab disapa Ace ini ditenggelamkan dengan cara memasukkan batu ke dalam tas yang diikatkan ke tubuhnya sebagai pemberat.

"Ada sepatu korban saat ia ditemukan. Bagian ujung belakang sepatunya robek dua-duanya, kiri dan kanan. Kemungkinan analisa kami korban diseret masuk ke dalam danau," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Kamis 4 Juni 2015.

Selain itu, ditemukannya sejumlah luka lebam di bagian wajah Ace mengindikasikan dia dianiaya hingga tidak sadarkan diri, sebelum akhirnya diseret dan ditenggelamkan.

"Ada luka yaitu bibir lebam, telinga dan kepala juga lebam yang mengindikasikan terjadi penganiayaan sebelum pembunuhan terjadi," sambung Krishna.

Krishna menambahkan, malam saat Akseyna ditenggelamkan, situasi danau UI tidak ramai oleh pemancing seperti hari-hari biasa. Ini karena Kota Depok diguyur hujan deras sepanjang malam. Kondisi sepi tersebut dimanfaatkan pelaku untuk menghabisi nyawa pemuda asal Yogyakarta itu.

Krishna menjelaskan, kedalaman Danau Kenangan UI hanya 1,65 meter dari permukaan sehingga tidak logis jika Akseyna sengaja menenggelamkan diri di tempat dangkal. Seandainya benar ia berniat bunuh diri, ia masih memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri jika berubah pikiran.

Dia mengatakan, kepolisian membentuk tim gabungan menangani perkara ini. Danau Kenanga yang menjadi lokasi penemuan jasad Akseyna kembali didatangi Tim Polda Metro Jaya dan Polres Depok untuk melakukan olah TKP.

Tim identifikasi Polresta Bekasi yang memiliki alat serta keterampilan canggih juga didatangkan. Kamar kos Akseyna juga kembali didatangi.

Tulisan tangan Akseyna di sejumlah buku milik korban juga diperiksa kembali dan diambil sebagai bukti. Karena berdasar penelitian grafolog, tulisan di surat wasiat korban bukan tulisan tangan Akseyna.

Paku yang tertanam di tembok kamar juga tak luput dari perhatian polisi, karena di paku itulah seorang teman korban menemukan surat wasiat yang diduga ditulis Akseyna. Polisi juga memeriksa kamar kos teman korban Jibril yang pertama kali menyerahkan surat wasiat itu kepada ayah korban.

Dalam penyelidikannya, polisi menemukan kejanggalan pada keterangan para saksi. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Krishna Murti mengatakan, kejanggalan keterangan didapat dari hasil gelar perkara yang dilakukan petugas.

"Selama ini terpisah-pisah interogasinya. Baru menemukan alur konstruksi kronologi yang seharusnya, dan alurnya janggal. Kemudian didiskusikan kejanggalan itu," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Minggu 28 Juni 2015.

Kejanggalan itu, kata Krishna, lebih disebabkan keterangan saksi yang tidak konsisten dan berubah-ubah. Untuk itu, dia berencana meminta keterangan kembali dari para saksi kunci.

Dalam kasus ini, polisi sempat membidik 1 orang sebagai potential suspect atau berpotensi terlibat dalam kasus kematian Akseyna. 

Sulitnya Ungkap Kasus Akseyna

Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengaku kasus pembunuhan yang paling sulit diungkap sepanjang tahun 2015 adalah kasus mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Akseyna Ahad Dori.

"Saya akui pembunuhan Akseyna sebagai yang paling sulit untuk diungkap," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu 30 Desember 2015.

Ada beberapa alasan yang diungkapkan Krishna terkait sulitnya mengungkap siapa pelaku, motif dan latar belakang dari pembunuhan itu.

Pertama, soal keterlambatan Polsek Beji dalam memasang garis polisi di sekitar tempat kejadian perkara (TKP). Termasuk, soal kesimpulan awal yang menyebutkan bahwa korban meninggal karena bunuh diri.

"Lokasi sekitar Danau Kenanga, tempat ditemukannya jenazah Akseyna sudah rusak karena dikerumuni warga. Karena awalnya disimpulkan bunuh diri, maka TKP tidak diperlakukan dengan baik. Ini jelas menyusahkan untuk penyelidikan lebih lanjut," ujar Krishna.

Kedua, jasad Akseyna yang langsung dievakuasi jelas membuat banyak hal-hal kecil yang sebenarnya bisa membantu penyelidikan jadi hilang.

Ketiga, dia mengaku tidak 100 persen menguasai kasus ini karena saat peristiwa terjadi, ia belum menjabat sebagai Direskrimum. "Saya saat itu baru 2 bulan menjabat sehingga tak tahu persis seperti apa kasus itu di awal," tandas Krishna.

3 dari 3 halaman

Harapan Keluarga

Ayah Akseyna Kolonel (Sus) Mardoto berharap kasus pembunuhan putranya bisa terungkap. Dia meminta sampai kapanpun kasus anaknya tetap diselidiki dan tidak boleh ditutup.

"Saya menuntut negara bertanggung jawab atas kasus (tewasnya) anak saya. Negara bertugas memberikan keamanan, dalam hal ini kepolisian," kata ayahanda Akseyna, Kolonel (Sus) Mardoto kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis 11 Februari 2016.

Mardoto memaklumi proses penyidikan tak bisa diberi tenggang waktu karena upaya mengumpulkan bukti tidak mudah. 

Sementara itu, barang-barang Akseyna yang hampir 2 tahun teronggok di kamar kos akhirnya diambil pihak keluarga pada Sabtu 25 Maret 2017. Alasannya supaya dapat dimanfaatkan kembali.

Menurut kakak Akseyna, dengan diambilnya barang-barang milik Akseyna Ahad Dori, bukan berarti keluarga menyerah. Dia berharap, polisi segera mengungkap kasus tersebut.

Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F Kurniawan mengaku menghadapi beberapa kendala dalam menyingkap tabir misteri kematian Akseyna. Kendati, kasus tersebut tetap menjadi atensi dirinya sejak menjabat sebagai Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya.

"Itu PR bagi saya. Pertama saya menjabat kan concern saya ke Akseyna. Tetapi ada beberapa benturan, misalkan dari olah TKP awal, kemudian pemeriksaan saksi yang sudah lama," ujar Hendy di Mapolda Metro Jaya, Senin 27 Maret 2017.

Polisi kesulitan mencari jejak pelaku saat olah TKP dilakukan 2015 lalu. Menurut Hendy, TKP kos Akseyna sudah tidak murni lagi. Apalagi beberapa orang diketahui telah memasuki kos tersebut lantaran Akseyna semula sempat diduga tewas bunuh diri.

Hendy menjelaskan, pengungkapan perkara ini dibangun dari beberapa asumsi, seperti asumsi pelaku, modus operandi, waktu dan sebagainya. Asumsi tersebut kemudian dikaitkan dengan alat-alat bukti untuk mendukung pembuktian.

Di tengah penantian proses penyidikan yang dilakukan polisi, pihak keluarga dikejutkan dengan akun Twitter Akseyna yang mendadak hidup kembali. Cuitan berbunyi 'Akuu' itu muncul dari akun @Akseyna pada pukul 03.04 WIB.

"Ini kok ada tweet atas nama Akseyna on ya. Tapi sekarang sudah dihapus sepertinya. Itu tweet tadi pagi," ujar ayah Akseyna, Kolonel Mardoto Selasa 14 November 2017.

Perwira TNI AU itu sudah melaporkan kasus munculnya cuitan akun @Akseyna itu ke polisi pada Selasa 14 November 2017.

Hingga 2018, kasus ini juga belum menemukan titik temu. Kapolda Metro Jaya saat itu, Irjen Idham Azis mengatakan, penyidik masih terus berupaya mengungkap hal ini hingga sekarang.

"Penyidik masih bekerja," ujarnya Senin 26 Maret 2018.

Mulai dari Kapolda Metro Jaya dijabat Unggung Cahyono, Tito Karnavian, Moechgiyarto, M Iriawan, hingga Idham Azis, hingga kini pengusutan kasus pembunuhan tersebut belum juga terungkap.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.