Sukses

4 Fakta Awan Cumulonimbus Berbentuk Gelombang Tsunami di Langit Makassar

Foto-foto awan cumulonimbus berbentuk tsunami tersebut pertama kali diunggah akun media sosial Instagram @makassar_iinfo.

Liputan6.com, Makassar - Awan cumulonimbus berbentuk gelombang tsunami muncul di langit Kota Makassar, Sulawesi Selatan mewarnai hari pertama tahun 2019. Awan tebal tersebut menghiasi langit di kawasan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Selasa, 1 Januari 2019.

Foto-foto awan cumulonimbus berbentuk tsunami tersebut pertama kali diunggah akun media sosial Instagram @makassar_iinfo. Foto dan video yang diunggah tersebut langsung mengundang komentar peselancar dunia maya.

Seorang petugas salah satu maskapai penerbangan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Muhammad Fajrin mengatakan, fenomena awan unik tersebut berlangsung selama 15 menit.

"Awalnya muncul dari pukul 08.00 wita. Yah kurang lebih 15 menit berlangsungnya," kata Fajrin via pesan singkat.

Berikut 4 fakta munculnya awan cumulonimbus yang menyerupai gelombang tsunami dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Berlangsung 15 Menit

Muhammad Fajrin, seorang petugas salah satu maskapai penerbangan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan mengatakan, fenomena awan unik tersebut berlangsung selama 15 menit.

"Awalnya muncul dari pukul 08.00 Wita. Yah kurang lebih 15 menit berlangsungnya," kata Fajrin via pesan singkat.

 

3 dari 5 halaman

2. Mendung dan Cuaca Gelap

Menurut seorang petugas salah satu maskapai penerbangan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Muhammad Fajrin, kemunculan fenomena bentuk awan tersebut, tak hanya menggegerkan masyarakat pengguna jasa Bandara, melainkan para petugas Bandara pun tertarik untuk mengabadikan momen langkah di awal tahun 2019 itu.

"Awalnya hanya mendung biasa dan cuacanya gelap sekali. Tidak lama berselang, angin cukup kencang dan terbentuk awan ombak yang jalan, itu terjadi sekitar 10 sampai 15 menit sebelum awannya terbongkar," kata Fajrin.

Fenomena bentuk awan yang menyerupai gelombang tsunami itu, kata dia, hanya menghasilkan hujan gerimis.

"Saya melihat proses terjadinya awan membentuk ombak itu karena dorongan angin," tutur Fajrin.

 

4 dari 5 halaman

3. Lazim Terjadi

Menanggapi fenomena awan tsunami tersebut, Forecaster on Duty Stasiun Meteorologi Raden Inten, Rahmat, saat dihubungi Liputan6.com mengatakan, bentuk awan tersebut sangat lazim terjadi.

"Itu awan kombinasi dari berbagai awan, awan cumulonimbus, awan rendah stratus, dan awan menengah dan tinggi," ungkap Rahmat.

Namun demikian, Rahmat menjelaskan, awan ini membawa potensi hujan lebat yang disertai angin kencang.

Bentuk awan yang menyerupai gelombang tsunami ini juga pernah terjadi di beberapa negara, salah satunya di Sydney, Australia pada 2015. Awan tsunami tersebut diabadikan fotografer Reuters di Pantai Bondi.

Meski bentuknya menyeramkan, namun awan ini dianggap tidak berbahaya lantaran hanya fenomena yang terjadi karena udara lembab bercampur dengan angin yang dingin.

"Kami sendiri belum menemukan literatur tentang awan berkaitan dengan gempa," ungkap Rahmat menambahkan.

 

5 dari 5 halaman

4. Peristiwa Alam

Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar Dwi Lestari Sanur menjelaskan, fenomena awan yang menyerupai gelombang tsunami di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar tersebut merupakan peristiwa alam yang dikenal dengan nama cell awan cumulonimbus.

Cell awan cumulonimbus yang cukup besar, kata Dwi, biasanya menimbulkan hujan deras disertai kilat atau petir juga angin kencang.

"Untuk periode luruhnya awan tersebut tergantung besarnya bisa hingga 1-2 jam," kata Dwi via pesan singkat.

Menurutnya, dari hasil prakiraan BMKG, fenomena bentuk awan yang menyerupai gelombang ombak tinggi tersebut, saat ini pertumbuhannya juga berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Sulsel.

"Khususnya pesisir barat dan selatan," Dwi menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.