Sukses

Beda Jaringan Sabu 1 Ton Lebih Tangkapan TNI AL dan Polri di Batam

Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Eko Daniyanto menduga, dua sabu dalam jumlah besar itu berasal dari jaringan berbeda. Hal itu terlihat dari kualitas sabu dan gaya pengemasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam waktu berdekatan, otoritas Indonesia berhasil menggagalkan penyelundupan narkoba jenis sabu dengan jumlah fantastis di perairan Batam, Kepulauan Riau. Masing-masing sabu yang ditangkap memiliki berat lebih dari 1 ton.

Penyelundupan pertama digagalkan oleh TNI AL dengan barang bukti sabu mencapai 1,03 ton yang disita dari kapal nelayan asing, 7 Februari 2018. Beberapa hari kemudian atau pada 20 Februari 2018, Polri bersama Bea Cukai menggagalkan penyelundupan sabu seberat 1,6 ton di lokasi yang berdekatan.

Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Eko Daniyanto menduga, dua sabu dalam jumlah besar itu berasal dari jaringan berbeda. Hal itu terlihat dari kualitas sabu dan gaya pengemasannya.

"Packaging-nya saja beda. Kalau packaging-nya sama, ada kemungkinan (satu jaringan). Yang (ditangkap) TNI AL dia model kaya plastik putih bening, kotor lagi. Ini bersih, rapih, dikemas hijau muda, kemasan greentea," ujar Eko di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (29/3/2018).

Eko tidak menyebutkan dari jaringan mana sabu 1,03 ton yang ditangkap TNI AL. Saat ini, proses penegakan hukumnya ditangani oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).

Sementara sabu 1,6 ton yang ditangkap Polri diketahui dibuat di Myanmar. Hanya saja Eko tak mengungkapkan jaringan mana yang menyelundupkan sabu kemasan greentea itu.

"(Dibuat) di sebuah pulau tak bertuan. Tapi di sana pun sindikatnya beda-beda. Kita tunggu pengendali dan bos di sana ditangkap polisi China," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perketat Patroli Laut

Pengungkapan penyelundupan sabu dengan jumlah fantastis dalam waktu dan lokasi berdekatan menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu target pasar empuk. Karena itu aparat gabungan memperketat patroli laut. 

"Polri sedang fokus pada dua jalur, baik jalur pantai barat Aceh maupun jalur Anambas. Tidak menutup kemungkinan juga jalur timur," ujar Eko.

Analisa yang dilakukan Bareskrim Polri beberapa bulan terakhir mendapati temuan bahwa pantai barat dan perairan yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan rawan dijadikan jalur penyelundupan narkoba. Karena itu, patroli di wilayah tersebut diperketat.

"Yang penting TNI AL sudah punya waktu patroli kemana saja, Bea Cukai kemana saja, ada Polair, ada Bakamla. Kita bagi habis saja (patrolinya)," ucap dia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.