Sukses

BNPT: Waspadai Radikalisasi Online yang Menyasar Remaja, Anak, dan Perempuan

Kepala BNPT RI Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengingatkan perlunya kewaspadaan bersama terkait masih adanya fenomena radikalisasi online yang membuka jalan untuk aksi 'lone wolf' yang menyasar remaja, anak, dan perempuan.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengingatkan perlunya kewaspadaan bersama terkait masih adanya fenomena radikalisasi online yang membuka jalan untuk aksi 'lone wolf'. Menurut dia, pola tersebut kerap kali menyasar remaja, anak, dan perempuan.

"Kemajuan teknologi informasi, mendorong semakin masifnya online radicalization yang melahirkan self radicalization dan juga lone wolf. Berdasarkan hasil penelitian I-Khub Outlook BNPT 2023, menunjukkan bahwa tiga kelompok rentan yaitu remaja, anak dan perempuan, menjadi sasaran utama pola ini. Ini kita harus waspadai bersama," ujar Rycko pada kegiatan silaturahmi dengan masyarakat dan pelajar Indonesia di Melbourne, Australia yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Minggu (17/9/2023).

Dalam lawatannya tersebut, Rycko beserta jajaran diterima oleh Konsul Jenderal RI Kuncoro Waseso di Kantor Konsulat Jenderal RI, Melbourne.

Menurut Kepala BNPT RI Ke- 6 ini, fenomena tersebut dapat ditangani dengan terus membangun kesadaran publik secara bersama-sama melalui kontra radikalisasi di dunia digital.

"Tujuannya agar publik memiliki ketahanan diri sehingga terhindar dari ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ideologi bangsa," ucap Rycko.

Meski ditengah fenomena tersebut, Rycko menilai adanya peningkatan tren toleransi di tengah masyarakat Indonesia yang juga disebabkan penurunan jumlah kelompok intoleran pasif sesuai dengan data Setara Institute pada 2023.

"Angka ini (nilai toleransi) meningkat disebabkan karena menyusutnya kelompok intoleran pasif yang pada tahun 2016 sebesar 35,7% menjadi 22,4% di tahun 2023," papar dia.

Mantan Kapolda Jawa Tengah ini terus mengingatkan seluruh lapisan masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan-perubahan strategi yang dilakukan oleh kelompok radikal intoleran.

"Khususnya generasi muda agar dapat membangun Indonesia yang aman, damai, dan harmoni," jelas Rycko.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BNPT Inisiasi Program Desa Siap Siaga dan Sekolah Damai Guna Lindungi Masyarakat dari Paham Radikalisme

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) menginisiasi hadirnya sejumlah program untuk melindungi masyarakat dari paham radikalisme. Program tersebut di antaranya adalah Desa Siap Siaga dan Sekolah Damai.

Kepala BNPT RI Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel menjelaskan, Desa Siap Siaga adalah program dari BNPT RI yang bertujuan untuk menciptakan desa toleran dan mampu mencegah masuknya ideologi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.

"Kolaborasi aktif pada Desa Siap Siaga ini akan dilakukan tidak hanya dengan masyarakatnya saja, akan tetapi semua instrumen termasuk perangkat desa setempat. Perangkat desa serta seluruh masyarakat desanya," ujar Rycko melalui keterangan tertulis, Kamis 7 September 2023.

Menurut dia, terdapat 3 kriteria desa yang akan menjadi agen perdamaian dan penanggulangan terorisme bersama dengan pemerintah melalui BNPT. Pertama, kata Rycko, adalah desa tersebut harus mampu menjaga moderasi beragama di lingkungan masyarakatnya.

"Kemudian, kriteria kedua adalah desa tersebut harus mampu menjaga kerukunan dan harmonisasi antara sesama masyarakatnya dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kategori desa tersebut siap memastikan menolak semua praktik kekerasan, radikalisme dan sejenisnya," papar dia.

Sedangkan Sekolah Damai BNPT, lanjut Rycko, adalah program yang bertujuan menciptakan lingkungan sekolah damai dan toleran dalam keberagaman.

 

3 dari 3 halaman

Upaya Pemerintah Cegah Radikalisme dan Terorisme

Rycko mengatakan, program tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mencegah terjadinya radikalisme dan terorisme di kalangan pelajar, yang melibatkan berbagai pihak, seperti guru, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar untuk berkolaborasi.

"Pembangunan Sekolah Damai dalam rangka membangun ketahanan sekolah yang toleran, moderasi beragama dan memiliki ketahanan terhadap masuknya ideologi radikalisme, ekstremisme dan terorisme," jelas Rycko.

Sebelumnya, BNPT RI secara resmi telah mengukuhkan pilot project program Desa Siapsiaga di Desa Pelamunan di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Masyarakat Desa Pelamunan sudah dikategorikan tanggap dalam menangkal dan mencegah potensi radikalisme dan siap dalam menghadapi ancaman ideologi kekerasan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.