Sukses

Cegah Emon Baru, Sukabumi Bikin Model Pendidikan Seks Usia Dini

Dinas Kesehatan Sukabumi akan bekerja sama dengan berbagai lembaga atau instansi terkiat.

Liputan6.com, Sukabumi - Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Jawa Barat, akan membuat model pendidikan seks untuk anak usia dini, menyusul kasus kekerasan seksual yang dilakukan Andri Sobari alias Emon di Sukabumi. Pendidikan ini menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami anak usia 2 sampai 5 tahun. 

Kepala Dinkes Kota Sukabumi Ritanenny mengatakan, pendidikan seks perlu diberikan sejak anak usia dini, atau sejak mereka bisa berkata dan berjalan. Kendati, harus disesuaikan tingkat daya serap anak.

"Apalagi usia anak 2 sampai 5 tahun tersebut merupakan masa berkembangan otak. Sehingga dengan ditanamkan pendidikan seks anak usia dini, bisa mencegah terjadinya kejahatan seksual yang dilakukan orang dewasa," kata Ritanenny, Sukabumi, Jawa Barat, Senin (12/5/2014).

Menurut Rita, hingga kini pendidikan seks anak usia dini belum ada. Sehingga pihaknya akan berkoordinasi dengan dinas dan lembaga lain yang memiliki disiplin ilmu yang tepat, guna membuat model pendidikan dan metode pembelajarannya.

Lembaga tersebut, lanjut Rita, seperti Dinas Pendidikan, Dinas Sosial dan lembaga di luar kedinasan seperti Pusat Pelayanan Terpadu Permberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).

Rita berharap, pendidikan seks anak usia dini dapat mencegah kejahatan seksual kepada anak, seperti yang dilakukan Emon baru-baru ini.

Metode Pencegahan

Sukabumi akan memasukan beberapa metode pencegahan yang harus dilakukan anak, jika akan menjadi korban kekerasan seksual seperti berteriak, menangis dan memberontak.

Setiap anak harus diajari sejak dini bahwa bagian tubuh yang sensitif seperti alat kelamin tidak boleh dipegang. Kecuali orangtuanya. Kemudian, jika ada yang memegang si anak harus segera melaporkan kepada kedua orangtuanya.

"Kejadian kekejahatan seksual kepada anak baru terungkap setelah si anak didesak orangtua. Maka dari itu diharapkan dengan adanya pendidikan seks usia dini, si anak berani melapor jika menjadi korban kekerasan seksual atau bisa melindungi dirinya," jelas Rita.

Sedangkan bagi para korban Emon, pihaknya sudah memberikan terapi berkelanjutan kepada seluruh anak dan orang tua dengan tujuan menghilangkan trauma kepada anak.

Seketaris Daerah Kota Sukabumi Hanafie Zein menambahkan, biaya terapi para korban Emon akan ditanggung pemerintah hingga sembuh. Sampai saat ini, ada dua korban yang masih trauma berat, bahkan enggan masuk sekolah.

Kejadian Luar Biasa

Jumlah korban kekerasan seksual yang dilakukan Andri Sobari alias Emon, sangat fantastis, yakni sekitar 114 anak. Ini membuat pemerintah daerah Sukabumi menetapkan kejadian luar biasa (KLB).

Ulah biadab Emon terkuak setelah seorang warga melaporkan perbuatan Emon ke Polres Sukabumi. Dari 1 laporan, korban Emon yang awalnya takut atau malu, akhirnya satu per satu melapor.

Korban Emon yang sebagian besar tinggal dekat rumahnya itu, umumnya berusia 6 hingga 13 tahun. Polisi juga menemukan nama-nama korban Emon di buku hariannya.

Di pemandian Santa Lio yang terbengkalai di Sukabumi, Jawa Barat, Emon 'memangsa' korban-korbannya. Terletak di Citamiang, Sukabumi dan berdiri awal tahun 80-an, Santa Lio pernah menjadi tempat rekreasi yang digemari. Namun setelah pamornya luntur, pemandian tersebut terbengkalai selama beberapa tahun.

Sejak beberapa bulan lalu, lokasi tersebut digunakan Emon untuk memuaskan nafsu bejatnya. Emon memberikan uang jajan untuk memikat korbannya. Emon mendapatkan uang dari sang ibu, meski dia sudah berusia 24 tahun. Sejak lulus SMK, ia hanya bekerja serabutan.

2 Bulan terakhir ia menjadi buruh cuci tempat penyimpanan agar-agar dengan upah Rp 200 ribu per minggu. Dengan penghasilan itu, Emon memperdaya anak-anak.

Kasus Emon meledak di saat kasus kekerasan seksual terhadap murid TK di Jakarta International School (JIS) tengah meresahkan masyarakat. 6 Petugas kebersihan di sekolah elit itu menjadi tersangka kasus pelecehan seksual, terhadap seorang murid TK yang korbannya diduga lebih dari 1 anak.

Sementara diduga masih ada pelaku lain yang belum tertangkap. Polisi pun terus mendalami kasus ini dengan memeriksa kepala sekolah dan para guru JIS.

Belakangan diketahui William James Vahey, buronan paedofilia Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat -- yang korbannya mencapai 90 anak di berbagai negara itu -- pernah bekerja di JIS selama 10 tahun. (Ant/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini