Sukses

Panglima TNI: Peluru yang Ditembakkan Memantul

Menurut Panglima TNI, peluru itu memantul saat ditembakkan prajurit Marinir yang terdesak karena dikejar warga. Sementara di Pasuruan, warga Kecamatan Lekok akhirnya membuka blokade jalan setelah dibujuk bupati setempat.

Liputan6.com, Jakarta: Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto menyatakan, peluru yang ditembakkan prajurit Marinir sehingga menewaskan sedikitnya empat warga di Pasuruan, Jawa Timur, adalah peluru pantul. Peluru itu memantul saat ditembakkan prajurit yang terdesak karena dikejar warga. "Kalau mendengar laporan, mereka (warga) juga ada yang melempar batu. Ada yang kena, ada beberapa prajurit yang kena. Dan ada beberapa (warga) yang membawa senjata tajam," kata Suyanto di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (30/5) malam [baca: Warga Pasuruan dan TNI Bentrok].

Menurut Suyanto, jumlah personel yang sekitar delapan sampai sembilan itu jelas tak sebanding dengan massa. Para prajurit itu akhirnya terpaksa menembakkan peluru ke tanah. "Supaya mereka (warga) paham bahwa itu (senjata) memang ada pelurunya dan ada kepulan debunya di situ," ungkap Panglima TNI. Lebih jauh Suyanto mengatakan, pihaknya tidak yakin bila para prajurit itu menembak secara sengaja. "Misalnya ada anak-anak, ada ibu-ibu," ucap Suyanto. Dengan demikian, Panglima TNI menekankan, ada kemungkinan para korban yang berjatuhan itu akibat peluru yang memantul.

Sementara di Surabaya, Mayor Jenderal Marinir Safzen Noerdin menegaskan, penembakan yang dilakukan anak buahnya adalah untuk membela diri. Ini lantaran terdesak massa yang beringas dan membawa senjata tajam [baca: Korban Tewas Bentrokan TNI-Warga Menjadi Empat].

Walau demikian, Komandan Korps Marinir itu menyatakan, pihak TNI Angkatan Laut tetap bertanggung jawab atas kematian sejumlah korban. Atas nama TNI AL dan Korps Marinir, ia pun menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga korban meninggal dan cedera. "Kami sangat menyesali kejadian ini," kata Safzen Noerdin di hadapan sejumlah wartawan di Surabaya. Untuk itu, pihaknya akan menanggung seluruh biaya pengobatan dan pemakaman.

Tanggung jawab pihak TNI AL tak hanya sampai di situ. Menurut Mayjen Noerdin, Komandan Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) TNI AL Grati Kabupaten Pasuruan, Kamis ini akan dicopot. Beberapa saat sebelumnya, Noerdin mengungkapkan, jumlah personel yang berpatroli hari itu ada 13 dengan pimpinannya Letnan Marinir Budi Santoso. Belasan personel itu kemudian akan diperiksa di Polisi Militer.

Pascabentrokan antara anggota Marinir dan warga, jalur Pasuruan-Banyuwangi sempat diblokade sekitar delapan jam. Setelah Bupati Pasuruan Jusbakir Aljufri datang ke lokasi, warga Alas Telogo (bukan Telogo Alas seperti ditulis sebelumnya--Red.), Kecamatan Lekok, akhirnya membuka jalur pantai utara Jawa (Pantura) Pasuruan-Banyuwangi. Jalur itu dibuka kembali setelah Bupati Pasuruan berjanji akan menghentikan penggarapan proyek [baca: Warga Memblokade Jalan Pasuruan-Probolinggo].

Seperti diberitakan sebelumnya, dengan menggunakan sebatang pohon, warga Alas Telogo yang marah ketika mengetahui ada empat rekannya meninggal tertembak langsung menutup paksa jalur Pantura ruas Pasuruan-Banyuwangi. Aksi blokade itu tak pelak menimbulkan kemacetan sepanjang lima kilometer. Sejumlah polisi pun berjaga-jaga di lokasi kejadian. Namun tak urung, penutupan jalur tersebut dikeluhkan para penumpang bus dan pengguna jalan lainnya.

Warga menuntut agar Bupati Jusbakir segera menghentikan kegiatan penggarapan lahan yang dilakukan sebuah perusahaan di atas lahan yang kini dianggap masih menjadi sengketa. Setelah ada jaminan jika aktivitas di lahan sengketa akan dihentikan, mereka akhirnya membuka blokade. Dan jalur Pasuruan-Banyuwangi kembali normal sejak Rabu malam.

Berbeda dengan versi TNI, dua korban yang terluka tembak dan dalam perawatan di Rumah Sakit dokter Sudarsono, Pasuruan, mengatakan saat tertembak mereka tidak dalam posisi menyerang. Bahkan, mereka tak membawa senjata tajam. "Ada tembakan, melayu, lari. Lari itu dikejar tiga TNI. Menembak ndak kena. Marinir nembak lagi, kena kaki," ungkap Kasari, salah satu korban cedera.

Lain lagi penuturan Rohman, satu di antara korban bentrokan. Menurut dia, ada sekitar sepuluh tentara berpakaian loreng Marinir yang menembak. Bunyi tembakannya pun terdengar beberapa kali. "Dar...dar...dar, gitu," ucap lelaki yang kini terbaring di rumah sakit.

Sementara keluarga korban penembakan di lahan sengketa, Alas Telogo di Pasuruan, tampak histeris sesaat mereka menyaksikan jasad anggota keluarganya di Rumah Sakit dokter Saiful Anwar, Kota Malang.

Tak ada lagi yang bisa dilakukan wanita bernama Tuani itu, selain terus menangis meratapi kepergian Rohman, suaminya. Rohman adalah satu dari empat korban warga Desa Alas Telogo, Kecamatan Lekok, Pasuruan, yang meninggal dalam insiden penembakan oleh pasukan TNI AL. Rohman dipastikan meninggal dunia saat akan diturunkan dari ambulans di instalasi rawat darurat Rumah Sakit Saiful Anwar. Korban menderita luka parah di bagian kepalanya.

Selain Rohman ada tiga jenazah warga yang berada di kamar jenazah RS Saiful Anwar. Salah satunya, Siti Khodijah, wanita berusia 20 tahun yang tengah hamil lima bulan. Sementara itu, korban Choirul Anwar, bocah berusia tiga tahun hingga kini masih dalam kondisi kritis. Korban menderita luka tembak serius di dada kirinya. Saat peristiwa terjadi, Anwar dalam gendongan ibunya yang juga tewas tertembak di tempat kejadian.

Tadi malam, empat jenazah korban sudah dibawa kembali ke Pasuruan untuk dimakamkan. Sementara di Rumah Sakit dokter Sudarsono, Pasuruan, dua warga yang mengalami luka tembak masih menjalani perawatan. Sedangkan dua korban lainnya yang terserempet peluru di kepala dan luka di kaki sudah diizinkan meninggalkan rumah sakit. Ini mengingat kondisi keduanya tak terlampau mengkhawatirkan.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.