Sukses

Singgung Budaya Baca Buku di Indonesia, Sandiaga Uno: Pemimpin yang Baik Harus Banyak Baca

Pameran buku seperti IIBF menurut Sandiaga Uno termasuk penting karena diyakini bisa semakin menumbuhkan minat baca masyarakat di tengah kemajuan teknologi seperti sekarang ini.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dan meramaikan “Indonesia International Book Fair (IIBF) 2024”. Pameran buku yang diinisiasi Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan akan berlangsung di Hall Cendrawasih JCC Jakarta, pada 25--29 September 2024.

Sandiaga Uno mengatakan, kehadiran IIBF tahun ini menjadi hub industri kreatif berbasis konten. Nantinya akan ada business matchmaking antara penerbit, OTT, produser film dan musik, serta agensi intellectual property.

"Sebagai penggemar buku saya sangat mendukung Indonesia International Book Fair. Karena kalau kita lihat kan mothers all of sports itu athletics. Tapi kalau mother of creative industry adalah book industry,” ujar Menparekraf Sandiaga dalam The Weekly Brief With Sandi Uno di Jakarta, Senin, 24 September 2024.

Pria yang akrab disapa Sandi ini menambahkan, acara pameran buku ini termasuk penting karena diyakini bisa semakin menumbuhkan minat baca masyarakat di tengah kemajuan teknologi seperti sekarang ini. Menurut Sandi, budaya baca teurtama baca buku masih dijumpai di negara-negara maju. Ia pun berharap budaya serupa tetap terpelihara di Indonesia.

Dengan tingginya minat baca di Indonesia bisa memandakan bahwa bangsa Indonesia sudah semakin maju dan semakin pintar. Hal itu juga perlu dicontohkan para peminpin agar bisa ditirukan masyarakat atau warganya. Untuk itu, ia berharap pemimpin di Indonesia bisa memberi contoh dan menumbuhkan minat membaca buku.

"Ada istilah a good leader is a good reader, pemimpin yang baik itu harus banyak baca, banyak baca buku," kata Sandi.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Arys Hilman Nugraha, minat baca orang Indonesia sebenarnya termasuk tinggi, tapi yang jadi masalah akses untuk mendapatkan buku atau bahan bacaan lainnya masih sangat sulit.

"Di beberapa daerah, akses untuk mendapatkan buku sangat sulit, bahkan di kota-kota besar pun semakin sulit karena jumlah toko buku juga sudah berkurang. Ini masih jadi pekerjaan besar buat kita. Nah, salah satu akses untuk mendapatkan bahan bacaan adalah lewat pameran buku seperti di IIBF ini," jelas Arys Hilman.

 

2 dari 4 halaman

Antusiasme IIBF 2024 Meningkat

Ia menambahkan, antusiasme masyarakat dalam IIBF 2024 sangat besar dibandingkan tahun sebelumnya. Para peserta nantinya juga akan datang dari 15 negara, termasuk 125 penerbit, 23 universitas, 45 literary agent dan IP holder, serta perwakilan kementerian dan lembaga riset internasional.

"Ini (IIBF) bukan sekadar sebuah pameran buku, ini adalah destinasi. Destinasi ini adalah tujuan wisata untuk bisa bertemu dengan apa yang selama ini mungkin dikagumi, seperti para penulis," ujar Arys.

Menparekraf menimpali, subsektor penerbitan menempati posisi ke-empat dari 17 subsektor ekonomi kreatif di bawah Kemenparekraf/Baparekraf. Tercatat kontribusi terhadap PDB mencapai Rp69 triliun per tahun.

"Jadi saya mengajak semua masyarakat untuk menghadiri Indonesia International Book Fair 2024. Mudah-mudahan sukses dan bisa terus menginspirasi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045," timpal Sandi.

Ketua Panitia IIBF 2024, Wedha Stratesti Yudha, menjelaskan kehadiran IIBF memiliki dua tujuan utama yakni mempromosikan gerakan membaca sehingga meningkatkan minat baca masyarakat serta menjadi poros industri kreatif terutama di Indonesia yang menjadi tujuan besar IIBF.

Untuk itu, dalam penyelenggaraan ke-44, IIBF tahun ini menampilkan kegiatan ekonomi berbasis IP, termasuk Indonesia Rights Fair, Book to Screen, dan seminar hak kekayaan intelektual, dengan tagline "Celebrate Reading and Beyond!".

 

3 dari 4 halaman

Proyeksi Pengunjung IIBF 2024

"Adanya IIBF juga akan mempermudah akses masyarakat kepada buku. Sehingga dengan adanya pameran ini diharapkan dapat menjangkau masyarakat luas," kata Wedha. Ia memproyeksikan pengunjung yang hadir pada IIBF 2024 bisa mencapai sebanyak 300 ribu orang terdiri atas pembaca, penerbit, kalangan profesional, serta para pelaku ekraf. Dimana transaksi yang terjadi untuk pembelian buku ditaksir mencapai sekitar Rp3 miliar.

"Tetapi karena untuk business to business yang profesional, pertukaran IP, dan juga konten kita ke bahasa lain, ke negara lain itu kalau diproyeksikan bisa sampai Rp103 miliar," ujar Wedha.

Tumbuhnya manusia yang literat menjadi kunci utama kemajuan untuk mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045. Manusia yang literat dicirikan oleh tanda-tanda, antara lain iklim pengetahuan yang ditunjukan dengan tingginya minat baca, perilaku inovatif, dan kreativitas yang terus tumbuh.

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Kota Banjarbaru Sri Lailana mengatakan di tengah upayanya menciptakan masyarakat literat, ada tantangan yang lebih besar yakni media sosial.

4 dari 4 halaman

Media Sosial dan Minat Baca Buku

Kecanduan generasi muda bermain media sosial cukup menghawatirkan karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial dari pada membaca buku," ungkap Sri ketika membuka safari literasi Duta Baca Berdaya Dengan Buku di Kota Banjarbaru, Kamis, 5 Agustus 2024, dikutip dari kanal Regional Liputan6.com.

Sri mengaku tidak masalah jika generasi muda memanfaatkan media sosial, namun perlu diimbangi dengan membaca buku-buku yang berkualitas sehingga rasa ingin tahu, berpikir dan nalar kritis seseorang tetap ada.

Sementara itu, jurnalis Rendi Tisna mengatakan, setiap daerah memiliki kekhasan yang menarik, mulai dari kekayaan sumber daya alam, kuliner, budaya, atau apa saja. Potensi daerah di Kota Banjarbaru ini bisa dikupas tuntas melalui tulisan.

"Tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai. Apalagi jika ditunjang hasil riset yang mampu menguatkan tulisan. Perlu konsistensi dalam menulis. Tidak bisa setengah-setengah," tuturnya.

Bahkan, Pustakawan Utama Perpusnas Abdullah Sanneng menantang keaktifan menulis masyarakat Banjarbaru untuk menelurkan karya satu buku yang berisikan kekayaan alam dan budaya daerahnya. Tidak mungkin mengandalkan orang di luar Banjarbaru karena mereka belum tentu paham kondisi potensi alam dan kultur masyarakatnya.

 

Video Terkini