Sukses

Viral Warung Seblak Buka Lowongan untuk 20 Orang, Pemiliknya Kaget Didatangi Ratusan Pelamar

Para pelamar kerja berbaris rapi memanjang sampai ke belakang. Rasanya tak ada yang mengira bahwa sebuah warung seblak bisa memperoleh pelamar sebanyak itu.

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, mendapatkan pekerjaan di Indonesia kabarnya bisa menjadi tantangan besar. Salah satu bukti sulitnya mencari kerja terlihat pada sebuah video viral tentang warung seblak di Ciamis, Jawa Barat, membuka lowongan pekerjaan.

Momen unik ini dibagikan oleh akun TikTok @bangsatria_98 pada 18 Mei 2024. Pemilik akun TikTok yang dituliskan bernama Satria ini adalah pemilik dari bisnis seblak tersebut. Ia mengaku membutuhkan 20 orang karyawan untuk bekerja di tempat usahanya.

Namun, ia sungguh tidak menyangka bahwa rekrutmen terbuka itu langsung diserbu oleh banyak pelamar. Dalam video tersebut terlihat mungkin ada ratusan pelamar yang mengantre. Banyak yang memakai pakaian putih hitam sambil membawa map cokelat yang berisikan berkas-berkas untuk melamar pekerjaan di warung seblak itu.

Para pelamar kerja berbaris rapi memanjang sampai ke belakang. Rasanya tak ada yang mengira bahwa sebuah warung seblak bisa memperoleh pelamar sebanyak ini..

"Ini butuh 20 orang makanya berani buka walk in interview," kata pemilik warung seblak tersebut dalam unggahannya. Tidak disebutkan dengan jelas proses seleksi yang dilakukan. Tapi dalam video tampak pelamar dipanggil satu persatu untuk memasuki sebuah ruangan.

Mereka juga diberikan air minum dan makanan ringan sambil mengisi form pendaftaran dan menunggu giliran diwawancara.  Untuk diketahui, usaha kuliner seperti warung seblak masuk dalam kategori UMKM sehingga tidak terhitung sebagai perusahaan. Jadi secara jaminan kerja, UMKM tentu tidak sebaik karyawan perusahaan. Bahkan melamsir kanal Bisnis Liputan6.com, karyawan yang kerja di UMKM dapat dikategorikan sebagai pekerja informal.

Video yang menunjukkan membludaknya pelamar di warung seblak itu menjadi viral dan mengundang perhatian warganet. Unggahan yang viral itu juga dibagikan ulang di sejumlah akun media sosial lainnya.

Tak sedikit yang mengingatkan agar anak muda yang sudah bekerja untuk kembali berpikir ulang jika ingin resign atau keluar dari kerjanya saat ini, hingga menyentil para politisi termasuk presiden dan wakil presiden terpilih untuk bisa memberikan solusi ketika sudah dilantik. Sampai berita ini ditulis, unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 1,4 juta kali dan mendapatkan lebih dari 1.400 komentar.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Banyak Orang yang Masih Butuh Pekerjaan

 

"Ya Allah teman kita gen z ternyata banyak banget di luar sana yang butuh kerja," komentar seorang warganet.

"Barusan ada niat buat resign dari PT. Tapi setelah liat video ini ternyata banyak banget yang belum kerja. Kurang bersyukurlah aku," sahut warganet lain.

"Ya Allah ternyata banyak banget ya orang-orang yang masih butuh pekerjaan. Karena memang nyari kerja itu susah. Semoga mereka semua siapapun itu termasuk bang satria selalu dilimpahkan rezeki," kata yang lain.

"Pikir 1.000 kali kalau ada yang pengen resign," ujar warganet lainnya.

"Yang janjiin 10 juta lapangan kerja kemana nih?" sindir warganet lain.

Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita, menanggapi data BPS 2023 yang mencatat hampir 10 juta Gen Z tak punya kegiatan alias menganggur. BPS memasukan mereka ke dalam kategori "youth not in education, employment, and training" (NEET).

"Artinya, angka NEET pada Gen Z ini memang cukup tinggi, sekitar 13 persenan dari total Gen Z Indonesia," kata Ronny kepada tim Bisnis Liputan6.com, Rabu, 22 Mei 2024.

Menurutnya, tingginya angka NEET pada Gen Z tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor utama. Pertama, karena rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga daya serap ekonomi atas tenaga kerja baru yang tumbuh, utamanya tentu

 

3 dari 4 halaman

Setiap Tahun Angkatan Kerja Baru Bertambah

 

"Artinya, angka NEET pada Gen Z ini memang cukup tinggi, sekitar 13 persenan dari total Gen Z Indonesia," kata Ronny kepada tim Bisnis Liputan6.com, Rabu, 22 Mei 2024.

Menurutnya, tingginya angka NEET pada Gen Z tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor utama. Pertama, karena rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga daya serap ekonomi atas tenaga kerja baru yang tumbuh, utamanya tentu  Gen Z juga cukup rendah.

Sebagaimana diketahui, setiap tahun angkatan kerja baru bertambah, yang tentunya datang dari Gen Z, sebagai generasi angkatan kerja termuda. Alhasil jika perekonomian nasional menyerab tenaga kerja jauh di bawah tingkat pertumbuhan angkatan kerja baru, maka otomatis peluang angkatan kerja baru menjadi pengangguran semakin tinggi.

Kedua, selain pertumbuhan ekonomi yang kurang tinggi, tingkat Incremental Labour Output Ratio (ILOR) kita juga cukup rendah. Penyerapan tenaga kerja per 1 persen pertumbuhan semakin hari semakin menurun, terutama karena investasi baru banyak terjadi di sektor non tradeble dan karena disrupsi teknologi.

Ketiga, karakter Gen Z sudah tidak sama lagi dengan generasi sebelumnya. Sehingga cara pandang mereka terhadap dunia kerja juga berbeda. Maka sebagian lapangan pekerjaan konvensional yang tersedia terkadang tidak sesuai dengan karakter gen Z.

"Sementara itu, investasi di sektor teknologi dan start up yang cenderung lebih sesuai dengan karakter Gen Z tidak terlalu ekspansif, bahkan belakangan banyak yang gulung tikar. Sehingga menambah potensi pengangguran pada segmen generasi Z," ujarnya.

4 dari 4 halaman

Gen Z Cenderung Sangat Konsumtif

 

Keempat, pemerintah belum terlalu optimal mendorong akselerasi investasi di sektor-sektor yang sesuai dengan karakter gen z ini, seperti sektor ekonomi digital, ekonomi kreatif, tourism, dan sejenisnya.

"Pemerintah masih fokus mendorong sektor konvensional yang dianggap strategis dalam memberikan kontribusi kepada pertumbuhan," katanya.  Kelima, di sisi lain, biaya pendidikan semakin hari semakin mahal, yang membuat Gen Z juga akhirnya tidak terlalu tertarik untuk menjajaki jenjang pendidikan ke level selanjutnya.

Keenam, biaya untuk memulai usaha baru atau menjadi enterpreneur juga tidak murah, apalagi Gen Z cenderung sangat konsumtif, sehingga rerata kurang mampu mengumpulkan tabungan untuk dijadikan modal usaha baru.  "Ketujuh, besarnya jumlah NEET di kalangan Gen Z membuktikan bahwa program kartu prakerja gagal," pungkasnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengingatkan imbas negatif bonus demografi. Salah satunya sulit mencari pekerjaan.Jokowi mencontohkan salah satu negara di Afrika, di mana lulusan S2 lebih banyak yang menganggur. Atas permasalahan tersebut, dia meminta harus ada perencanaan, strategi dan visi taktis.

Karena berkompetisi dengan negara lain. Menurutnya, tidak ada perlu istilah absurd, seperti pengembangan atau penguatan. Terpenting, tujuan Indonesia Emas tercapai.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini