Sukses

Seruan Boikot Zara Ramai di Media Sosial, Foto Iklan Terbarunya Dianggap Mengejek Korban Genosida di Palestina

Foto kampanye iklan "The Jacket" Zara dianggap mencerminkan genosida yang terjadi di Gaza, Palestina. Foto tersebut mendapat kecaman dari publik dan seruan untuk memboikot merek fesyen itu.

Liputan6.com, Jakarta - Seruan untuk memboikot merek fesyen asal Spanyol, Zara, ramai di media sosial. Hal tersebut dipicu oleh kampanye iklan di unggahan Instagram  Zara yang menampilkan koleksi terbarunya "The Jacket".

Dikutip dari The National News, Senin, (11/12/2023), foto kampanye iklan tersebut diambil oleh Tim Walker dengan arahan seni oleh perusahaan Perancis-Amerika Baron & Baron, gambar tersebut menampilkan model asal Amerika, McMenamy, yang mengenakan serangkaian jaket berbeda di ruangan putih bersih, dikelilingi oleh peti kayu, patung, manekin,  dan puing-puing beton.

Patung-patung tersebut tidak memiliki anggota tubuh, sedangkan manekin dan bangunan dibungkus dengan kain putih, plastik bening dan putih. Salah satu gambar, yang tampaknya telah dihapus dari kampanye di situs Zara dan media sosial, menggambarkan McMenamy mengenakan jaket kulit dengan menggendong manekin yang dibungkus plastik.

Merek fesyen tersebut mengklaim bahwa  koleksi itu menjadi bagian dari seri Atelier-nya. Mereka menggambarkan koleksi terbaru itu sebagai "koleksi edisi terbatas dari rumah yang merayakan komitmen kami terhadap keahlian dan semangat untuk ekspresi artistik".

Meski begitu, publik mengecam serta menyerukan boikot pada merek fesyen itu. Mereka beranggapan bahwa foto kampanye iklan tersebut mencerminkan genosida yang terjadi di Gaza, Palestina dan menganggap foto tersebut sebagai suatu hal yang tidak pantas dan tidak menunjukan empati pada para korban.

Dari rangkaian gambar yang menampilkan koleksi jaket kulit tersebut, satu-satunya foto yang tersisa secara online adalah gambar close-up dari pakaian itu. Zara belum menanggapi reaksi keras tersebut setelah National menghubungi perusahaan itu untuk memberikan komentar.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kecaman dari Para Seniman dan Pegiat Fashion

Mengomentari unggahan Zara tentang kampanye tersebut, Melanie Elturk, kepala eksekutif merek fesyen Haute Hijab, berkata: "Ini memuakkan. Gambaran memuakkan, menyimpang, dan sadis macam apa yang saya lihat?"

Seniman Palestina Hazem Harb juga mengomentari kampanye tersebut dan menyerukan boikot terhadap merek tersebut. "Menggunakan kematian dan kehancuran sebagai latar belakang fesyen adalah tindakan yang sangat jahat, keterlibatannya, dan seharusnya membuat kita marah sebagai konsumen. Boikot Zara," tulis Harb di Instagram.

Harb juga membagikan cuplikan instalasi videonya pada tahun 2008, Burned Bodies, yang ditayangkan di Citta dell'Altra Economia, Roma, dan memiliki kemiripan dengan kampanye Zara.

Influencer Instagram Dr Noor Amra dan Dr Hina Cheema, yang menjalankan akun @eyegirlmd dan @storyofstyle, membagikan foto kampanye iklan Zara tersebut dalam sebuah postingan bersama. "Kita semua telah melihat gambar-gambar mengerikan dari mayat-mayat yang keluar dari Gaza… Ini jelas merupakan sebuah ejekan yang disengaja terhadap warga Palestina. Mereka tahu persis apa yang mereka lakukan," tulis mereka di Instagram.

Menanggapi unggahan mereka, Mona Kattan, presiden global Huda Beauty, menuliskan: "Sakit."

3 dari 4 halaman

Seruan Boikot dari Warganet Indonesia

Unggahan itu pun tak luput dari perhatian warganet tanah air. Mereka menyatakan dukungannya kepada Palestina melalui kolom komentar unggahan tersebut, dikutip dari kanal Tekno, Liputan6.com, Senin (11/12/2023).

"Ini maksudnya kain kafan? Astaghfirullah," tulis seorang warganet.

"Bye.Boikot kalian selamanya," tulis warganet lainnya.

"Kalian sakit, boikot Zara selamanya, periklanan yang benar-benar tone deaf yang pernah saya lihat," kata warganet yang lain.

"Ucapkan salam perpisahan ke bisnis kalian," tulis warganet lainnya.

"Indonesia kalian tahu kan M** sepi sekarang, saatnya bikin satu toko ini sepi juga," tulis seorang warganet.

Warganet lain mengecam dengan menyebut foto-foto yang dihapus sudah discreenshot dan dia tak mau lagi mendukung Zara.

"Semua foto telah dilihat dan dicapture, saya tidak akan mendukung Zara lagi," tulis seorang warganet.

Tak sedikit pula yang menyebut dukungan untuk Palestina.

"From the river to the sea, Palestine will be free," tulis seorang warganet.

"Boycott," tulis seorang warganet dengan centang biru.

"Tak punya hati, tak punya malu, boikot!" tulis warganet lainnya.

4 dari 4 halaman

Warganet Indonesia Tak Mau Beli Produk Zara Lagi

"Wuih pengen ikut-ikutan rasain diboikot yaa.. didoain lancar deh biar ikutin (sederet merek lainnya)," kata seorang warganet.

"shame on you Zara," tulis seorang warganet.

"Saya tak akan lagi masuk toko kamu lagi," kata warganet yang lain.

"Saya tak akan membeli produk kamu lagi," tulis seorang warganet.

Pada Oktober 2023, warga Arab Israel menyerukan boikot terhadap Zara setelah pemilik waralaba Zara menjamu tokoh politik sayap kanan Itamar Ben Gvir untuk acara kampanye pemilu di Raanana, menurut laporan saluran berita Israel N12. Video yang diunggah di media sosial menunjukkan orang-orang membakar pakaian yang dijual oleh jaringan fesyen tersebut setelah pertemuan yang dipandu oleh Joey Schwebel, ketua Trimera Brands, pemegang waralaba Israel untuk Zara.

Zara didirikan di Spanyol pada tahun 1975 oleh Amancio Ortega bersama istrinya, Rosalia Mera. Jaringan ini memiliki lebih dari 2.000 toko di lebih dari 90 negara, dengan beberapa gerai di UEA termasuk Abu Dhabi, Dubai, Sharjah, dan Ras Al Khaimah. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini