Sukses

Penerbangan Terpanjang di Dunia dari Singapura ke New York Selama 18 Jam, Melewati 2 Kali Matahari Terbit dan Terbenam

Seorang traveler membagikan pengalamannya berada dalam penerbangan terpanjang di dunia dari Singapura menuju New York dengan durasi 18 jam.

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tak suka traveling? Apalagi pergi ke belahan dunia lainnya dan merasakan pengalaman baru di tempat yang belum pernah dijelajahi. Di tengah kesenangan itu Anda harus mau menjalani penerbangan hingga berjam-jam jika tidak transit dan mungkin akan terasa melelahkan.

Tapi tentu bagi penyuka traveling bepergian lama tak jadi masalah. Termasuk untuk merasakan penerbangan terpanjang di dunia dengan pesawat. "Inilah penerbangan terpanjang di dunia," ungkap Leonardo Edwin, seorang traveler di akun TikTok pribadinya @leo_edw, diunggah pada Jumat, 8 Desember 2023.

Leo membagikan video tengah berada di atas pesawat dengan waktu tempuh 18 jam dari Singapura menuju New York tanpa transit atau disebut juga direct flight. "Saking jauhnya pesawat ini didesain khusus tanpa kelas ekonomi dan cuman dimiliki satu maskapai di dunia," sambung Leo.

Ia pun menuliskan jenis pesawat tersebut yaitu Airbus A350-900ULR yang dimiliki oleh Singapore Airlines. Leo pun mengungkapkan bahwa selama perjalanan, ia sempat merasakan dua kali matahari terbenam dan dua kali matahari terbit.

"Untungnya aku duduk di kelas bisnis, jadi habis take off aku langsung minta dibuatin kasur," ungkapnya lagi.

Ia mengaku tidur 8 jam dan ketika bangun masih ada 9 jam lagi. Beruntungnya untuk makanan di pesawat ia merasa sangat mengapresiasi pihak maskapai yang menyiapkannya dengan baik selayaknya menu saat makan di restoran. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga Tiket Sekali Jalan Sekitar Rp100 Jutaan

Leo memperlihatkan berbagai sajian yang ia nikmati di atas pesawat seperti salad, sate ayam, nasi dengan ayam hainan, kemudian berbagai jenis kudapan seperti puding, sampai buah-buahan. "Ada wifi on board juga jadi nggak bosen dan wifi-nya lumayan kenceng, bahkan aku sempet posting video di IG lho," bebernya.

Selama sembilan jam bangun, ia pun masih bisa menonton berbagai film yang pilihannya terbilang sangat beragam. Bahkan ada Live TV juga dan ternyata fasilitas tersebut harus dibayar dengan harga yang mungkin hanya akan sanggup dibayar oleh kalangan elit saja.

"Tiket ini harganya lebih dari Rp100 juta satu arah, tapi karena aku reedem miles aku cuma bayar 621 ribu aja," katanya sambil menunjukan tagihan yang ia bayar di video.

Konten yang disukai oleh 100 ribu lebih pengguna TikTok itu begitu menarik perhatian. Para pengikut maupun warganet pun mengomentari unggahannya. Di antaranya justru malah bercanda soal harga tiketnya.

"100 juta ke 600 ribu itu emakku kalo nawar harga di pasar," tulis warganet.

"Kalo makan di pesawat harus bayar lagi nggak? Belum pernah soalnya hihihi," tanya warganet penasaran.

"600 ribu???" warganet benar-benar penasaran dengan nilai yang dibayarkan.

3 dari 4 halaman

Penerbangan Transatlantik Pertama

Dunia penerbangan memang semakin maju, bahkwa sudah ada penerbangan transatlantik pertama dengan pesawat penumpang yang menggunakan bahan bakar ramah lingkungan akhirnya lepas landas dari London Selasa pagi, 28 November 2023.

Di antara lebih dari 500 penerbangan yang datang dan pergi dari Heathrow London saat ini, ternyata ada satu yang membawa harapan bagi industri penerbangan. Anda bakal kesulitan untuk membedakannya dari jajaran jet Boeing 787 lainnya, namun pesawat penumpang tujuan New York ini hanya menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.

Mengutip laman Euronews, bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) terbuat dari berbagai sumber non-fosil. Dalam hal ini, Dreamliner memuat 50 ton bahan bakar yang terutama berasal dari limbah lemak serta limbah produksi jagung. Namun, para aktivis iklim tidak menyambut positif kabar keberangkatan penerbangan Virgin Atlantic dari Heathrow ke Bandara JFK pada pukul 11.30 GMT.

"Upaya sektor penerbangan saat ini untuk mempromosikan penerbangan ‘berkelanjutan’ adalah sebuah pengalihan perhatian dari kebutuhan mendesak untuk mengurangi penerbangan," kata Magdalena Heuwieser dari Stay Grounded, sebuah jaringan yang mengkampanyekan hasil ini. 

 

4 dari 4 halaman

Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Lalu, apa masalahnya dengan bahan bakar penerbangan berkelanjutan? Para penggiat berpendapat bahwa SAF tidak dapat diproduksi dalam skala yang cukup luas untuk mengurangi emisi karbon penerbangan secara signifikan, yang mencakup 2,5 persen dari total emisi karbon dunia. 

Sekitar 100 ribu penerbangan berangkat secara global setiap hari. SAF yang sudah dicampur bahan bakar jet tradisional dalam jumlah kecil, hanya menyumbang kurang dari 0,1 persen bahan bakar yang dikonsumsi dalam perjalanan ini.

"Pengganti bahan bakar hanyalah setetes kecil di lautan bahan bakar fosil," kata Heuwieser. "Hal-hal tersebut masih belum dapat diukur dalam jangka waktu yang diperlukan untuk menghindari keruntuhan iklim." 

Finlay Asher, seorang insinyur kedirgantaraan yang pernah bekerja untuk Rolls Royce – yang membuat mesin jet Boeing – mengatakan, "Penerbangan Virgin ini akan menggunakan bahan bakar yang diproduksi melalui proses yang merupakan jalan buntu teknologi: tidak dapat ditingkatkan secara berkelanjutan melebihi beberapa persen dari penggunaan bahan bakar jet yang ada."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini