Sukses

Cuitan Fedi Nuril Teringat Saat Syuting di Palestina dan Sesalkan Pelanggaran HAM oleh Israel

Konflik Israel-Palestina pun ikut disorot para selebritas Indonesia, salah satunya Fedi Nuril yang mengaku pernah berada di wilayah Palestina untuk syuting tayangan ramadan pada 2014.

Liputan6.com, Jakarta - Serangan awal Hamas yang mendorong Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan perang terhadap kelompok bersenjata Palestina, membuat pemboman yang brutal tak henti-hentinya dilakukan oleh Israel. Hingga saat ini, serangan masih berlangsung dengan korban jiwa ribuan orang.

Konflik Israel-Palestina pun ikut disorot para selebritas Indonesia, salah satunya Fedi Nuril yang mengaku pernah berada di wilayah Palestina untuk syuting sebuah film pada 2014. "Gak akan lupa sama Palestina setelah apa yang aku lihat dan rasakan di sana tahun 2014 🥺," cuit Fedi Nuril di laman platform X pada Senin, 30 Oktober 2023.

Para pengikutnya pun penasaran dengan apa yang dialami aktor "Ayat-Ayat Cinta" itu dan lebih lanjut memintanya bercerita. Fedi pun mengunggah kembali potret saat ia berada di Palestina dengan tautan yang sempat ia unggah di Instagramnya pada 2011.

"Tahun 2014, gue ke Palestina untuk syuting sebuah program Ramadan. Sewaktu gue dan salah satu kru masuk Masjidil Aqsha untuk salat zuhur dan ambil gambar, gue ditahan di gerbang masuk oleh tentara Israel karena bawa tripod dan wireless mic. Anehnya, walaupun tentara itu bersenjata lengkap, gue nggak merasa takut," tulis Fedi di keterangan foto. 

Ia lalu menyambung, "Apa yang terjadi di Palestina bukan perang, tapi perebutan paksa. Tentara Israel didukung teknologi militer dari US dan negara maju lain, sedangkan rakyat Palestina bertahan dengan persenjataan seadanya." 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Fedi Nuril Sesalkan Pelanggaran HAM oleh Israel

Menurut pria 41 tahun tersebut, ideologi agama digunakan sebagai pembenaran atas pendudukan Israel di Palestina. Sedangkan faktanya, 20 persen dari jumlah penduduk Palestina beragama Katolik dan Protestan, dan mereka pun menjadi korban penyerangan tentara Israel. 

Sebelum diskusi lebih lanjut tentang Palestina, ia pun berbagi cerita sejarah wilayah Palestina. "Barangkali teman-teman ada yang belum tahu kalau wilayah Levant (termasuk di dalamnya Palestina, Israel, Yordania, Irak, Suriah, dan Lebanon) telah mengalami pergantian penguasa sejak Zaman Batu. Levant pernah dikuasai Bizantium, Babilonia, Romawi, dan Ottoman," sambung Fedi Nuril di unggahan selanjutnya.

Di abad ke-20, Kerajaan Ottoman kalah saat Perang Dunia I. Rusia dan Italia lalu menyetujui pembagian Ottoman antara Inggris dan Perancis pada tahun 1916. Kesepakatan ini tertuang dalam perjanjian rahasia Syke-Picot.

Ketika itu, sambung Fedi, Inggris menguasai Philistia (Palestina) untuk mengamankan akses logistik ke India, salah satu wilayah jajahannya, melalui Terusan Suez. Inggris membutuhkan orang-orang Yahudi sebagai sekutu perang dan oleh karenanya, mendukung organisasi Zionis mendirikan negara Yahudi di Palestina, dengan catatan, hak sipil rakyat Arab-Palestina tidak bisa diganggu gugat. 

3 dari 4 halaman

Ungkap Sejarah Wilayah Palestina

Fedi menyambung lagi, bahwa dukungan ini dikenal dengan Deklarasi Balfour. Kemudian pada 1937, Inggris membagi Palestina menjadi dua, yaitu negara bagian Arab (Palestina) dan negara bagian Yahudi (Israel). Resolusi PBB pada 1947 mengesahkan pembagian wilayah ini, di mana Yerusalem ditetapkan sebagai corpus separatum yang akan dikelola oleh entitas Internasional khusus.

Negara Israel pun resmi berdiri pada 1948. Masyarakat Arab (Mesir, Yordania, Irak, Suriah, dan Lebanon) merespons pendirian negara Israel dengan mengamankan wilayah selatan dan timur Palestina yang, berdasarkan resolusi PBB, tidak diberikan kepada Israel.

Perang Arab-Israel pun tidak terelakkan dan mengakibatkan lebih dari 700 ribu rakyat Arab-Palestina terusir paksa dari rumah mereka dan harus mengungsi. Peristiwa ini dikenal dengan Al-Nakba (the catastrophe).

Gencatan senjata antara Arab dan Israel pada 1949 menyepakati garis batas "the Green Line" yang membagi wilayah Yerusalem Timur dan Yerusalem Barat. Tetapi garis ini pun dilanggar oleh Israel. Semenjak itu, perang dan gencatan senjata antara negara Arab dan Israel terjadi berulang kali, korban jiwa terus berjatuhan.  

4 dari 4 halaman

Doakan Keselamatan Rakyat Palestina

Seolah buta dan tuli dari kecaman PBB dan masyarakat internasional, negara Israel terus merangsek dan memperluas wilayahnya. Sampai akhirnya, Amerika mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 2018. Protes dari rakyat Arab-Palestina di Gaza dibalas dengan tembakan tentara Israel.

Fedi mengaku sangat sedih melihat kejahatan pelanggaran HAM terhadap rakyat Arab-Palestina yang semakin menjadi-jadi. Rakyat Arab-Palestina tidak mendapatkan hak sipil untuk hidup di Palestina. Mereka harus menjadi penduduk Israel untuk mendapatkan akses rumah, pendidikan, dan kesehatan yang layak.

"Gue berharap seluruh lapisan masyarakat dunia berhenti mempolitisasi pendudukan Israel di Palestina dan aktif mendukung kemerdekaan Palestina. Ini masalah kemanusiaan," tegasnya.

Ia merasa yakin tidak ada satu pun ideologi di dunia yang membenarkan pembunuhan dan kekerasan terhadap manusia lain. Menurutnya tidak peduli apa agama dan keyakinan seseorang, tapi bagaimana mungkin membunuh anak-anak dianggap biasa saja.

"Semoga saudara kita, rakyat Arab-Palestina, di Palestina selalu dalam lindunganNya. Aamiin," tutupnya dengan berdoa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.