Sukses

Video Kompilasi Warga Israel Mengejek Penderitaan Orang Palestina Menjamur di Dunia Maya

Video kompilasi sejumlah warga Israel, termasuk anak-anak, ikut serta dalam tren TikTok yang mengejek warga Palestina menjamur di dunia maya. Rekaman ini menimbulkan kemarahan online.

Liputan6.com, Jakarta - Video kompilasi sejumlah warga Israel, termasuk anak-anak, ikut serta dalam tren TikTok yang mengejek warga Palestina menjamur di dunia maya. Di sederet rekaman berbuah kemarahan publik itu mereka terlihat mengolok-olok penampilan fisik dan penderitaan orang Palestina karena terputusnya pasokan air, makanan, dan listrik.

Video berdurasi 15 detik tersebut diunggah ulang pengguna X, dulunya Twitter, @CensoredMen, memperlihatkan para tiktoker Israel mengenakan busana ala orang Palestina dan menari secara satir, seperti dirangkum New Strait Times, Senin (30/10/2023). Beberapa dari mereka bahkan menirukan gigi patah dengan mewarnai gigi depan mereka.

Rekaman lain menunjukkan orang Israel bermain-main dengan listrik. Mereka dengan bebas menyalakan lampu saat warga Palestina tidak dapat menikmati hak serupa. Tindakan ini dinilai tidak hanya mengejek warga Palestina, tapi juga mendoktrin anak-anak dengan melibatkan mereka dalam video-video tersebut.

Salah satu pengguna mengomentari kicauan tersebut dengan mengatakan, "Kejahatan Zionis telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia! Membom seluruh wilayah, membunuh anak-anak, memutus aliran listrik dan air."

"Lalu, berbohong dan mengaku jadi korban! Dan sekarang, mengejek krisis kemanusiaan! Bagian terburuknya? Pemandu sorak Zionis terus bergerak maju!" imbuhnya. Pengguna X lain mengungkap betapa tidak terpengaruhnya ia dengan video tersebut.

"Tidak heran. Sekelompok penindas rasis yang haus darah," ujar dia. Lebih lanjut, seorang warganet berbagi video lain yang mengejek warga Palestina dan berkata, "Mereka bahkan mengolok-olok ibu-ibu Palestina yang anaknya hilang di bawah reruntuhan! Mereka adalah orang-orang yang paling tidak berhati nurani."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Konten A Day In My Life Edisi Perang Israel-Hamas

Merasa muak dengan video tersebut, pengguna X lain berkomentar, "Menjijikkan. Tidak heran mereka menolak mewawancarai rata-rata Zionis di jalan. Mereka mengatakan semua hal rasis yang tidak diketahui oleh 'juru bicara Israel' yang terlatih di media."

Sebelum ini, konten "A Day In My Life" versi perang Israel-Hamas sudah lebih dulu membuat warganet geram. Rekaman viral itu awalnya dibagikan akun TikTok @theisraelbites, yang saat artikel ini ditulis telah mengubah profilnya jadi privat. Namun, video yang dimaksud diunggah ulang banyak akun media sosial, menyertakan keterangan sinis pada perempuan yang diketahui bekerja sebagai pembuat roti tersebut.

Di video tersebut, ia terdengar berkata, "Setelah mendengar terdapat kekurangan besar makanan aman untuk celiac bebas gluten di pangkalan militer di seluruh negeri, kami berkumpul dengan toko roti bebas gluten di Yerusalem untuk memastikan para tentara mendapat cukup makanan."

"Dalam perjalanan menuju toko roti, kota Yerusalem terasa seram dan sepi. Kami segera mulai membuat roti, cookie, dan kue untuk dikirim ke seluruh negeri," imbuhnya. "Terima kasih para relawan yang menawarkan diri mengantar kami."

 

3 dari 4 halaman

Sindiran Warganet

Si TikToker melanjutkan, "Kami segera memahami bahwa kami kehabisan tepung dan perlu mencari lebih banyak lagi, jika kami ingin dapat terus membuat roti. Bahkan supermarket terbesar di Yerusalem tidak memiliki tepung bebas gluten di raknya, namun syukurlah mereka mengizinkan kami masuk ke gudang, dan kami menemukan apa yang kami butuhkan."

"Kami dapat melanjutkan pekerjaan kami untuk hari itu, namun kami tahu kami tidak akan mampu melewati hari berikutnya tanpa lebih banyak tepung. Kami sudah selesai mengemas semua kantong (roti) untuk malam itu, dan kami memutuskan menyudahinya, sehingga kami dapat memiliki cukup energi untuk melakukan semuanya lagi keesokan hari," sebut si pembuat roti untuk tentara Israel itu.

Karena bantuan donasi, ia menyebut mereka bisa memberi roti pada 400 tentara Israel. "Kami akan terus membuat roti selama itu dibutuhkan," tandasnya. Video ini "dijahit" sejumlah akun media sosial yang sepertinya merupakan simpatisan Palestina.

Di tidak sedikit video, banyak yang membandingkan situasi kontras dengan rakyat Palestina yang mengaku tidak punya makanan sama sekali. "Pasti melelahkan melawan orang-orang kelaparan tanpa roti bebas gluten," sindir salah satunya.

"Klip ini jadi bukti (warga) Isreal masih bisa hidup cukup nyaman dan bukan korban," sahut yang lain, sementara ada juga yang berkomentar, "Siapa juga yang mikirin roti bebas gluten pas perang? Ada makanan aja udah bersyukur. Konten ini sangat tidak sensitif."

4 dari 4 halaman

Konvoi Bantuan untuk Warga Gaza

Menurut laporan kanal Global Liputan6.com per 30 Oktober 2023, hampir tiga lusin truk tercatat memasuki Gaza pada Minggu, 29 Oktober 2023. Ini merupakan konvoi bantuan terbesar sejak perang Hamas Vs Israel dimulai. Namun, para pekerja kemanusiaan mengatakan bahwa bantuan tersebut masih jauh dari cukup.

Otoritas kesehatan Gaza menyebutkan, total warga Palestina yang tewas akibat serangan balasan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 8.005 orang, yang mana sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Perang terbaru diawali dengan serangan Hamas ke bagian selatan Israel, yang menewaskan setidaknya 1.400 orang.

Komunikasi dilaporkan telah pulih di sebagian besar wilayah Gaza pada Minggu pascapengeboman hebat Israel yang melumpuhkan layanan telepon dan internet pada Jumat malam, 27 Oktober 2023. "Pada Minggu, 33 truk yang membawa air, makanan, dan obat-obatan memasuki satu-satunya penyeberangan perbatasan dari Mesir," kata juru bicara penyeberangan Rafah, Wael Abo Omar, lapor AP.

Setelah mengunjungi penyeberangan Rafah, kepala jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) menyebut penderitaan warga sipil sangat mendalam dan mengatakan ia tidak bisa memasuki Gaza. "Ini adalah hari-hari yang paling tragis," ujar Karim Khan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.