Sukses

Manfaat Aromaterapi untuk Jaga Kesehatan Mental dan Ingatan Memori di Masa Lalu

Mencium aroma merupakan sala satu bagian dari terapi merdakan stres yaitu Grounding. Aroma tertentu juga bisa membawa kita kepada pengalaman di masa lalu yang berkaitan dengan emosi.

Liputan6.com, Jakarta - Selain bermanfaat untuk menambah kenyamanan pada ruangan, aromaterapi juga memiliki manfaat pada psikologis manusia. Mencium wewangian terbukti memiliki dampak pada penurunan stres.

"Dengan mencium aromaterapi akan merasa lebih rileks dan tenang. Dan mungkin kalau stres, bisa diminimalisir stresnya (dengan mencium aroma terapi). Hal ini memang sangat dianjurkan dalam ilmu psikologi dan salah satu bagian untuk merawat kesehatan mental, salah satunya dengan metode aromatik," ungkap Irma Gustiana, yang merupakan seorang Psikolog saat ditemui di acara Peluncuran ARUMI, Senen, Jakarta Pusat, Rabu, 26 Oktober 2023.

Ia juga menjelaskan bahwa tubuh manusia terdiri dari saraf, dan memiliki panca indera yang bekerja dari stimulasi-stimulasi yang diterima dari lingkungan. "Ketika kita melihat (visual), mendengar, dan salah satunya juga ada indera penciuman atau dalam ilmu kedokteran disebut olfaktori,” jelasnya.

"Indera penciuman ini akan merasakan sensasi yang tercium dan kemudian akan diterima oleh otak. Setelah itu, otak akan bekerja pada bagian emosi, sehingga itu yang akan menyebabkan orang akan merasa lebih rileks," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Irma juga menyebutkan bahwa mencium aroma wewangian merupakan salah satu bagian dari metode Grounding, yaitu cara penurunan tingkat stres dalam ilmu psikologis

"Grounding teknik ini adalah suatu cara agar kita tetap berada di posisi yang sadar dan berjejak pada keadaan saat ini. Teknik ini  membuat kita merasakan pikiran dan emosi negatif yang membuat kita merasa frustasi, depresi, atau mungkin pikiran-pikiran lainnya," jelasnya. 

"Kalau kita mencium sesuatu kita harus dalam keadaan sadar, dan hal itu yang membuat kita berkesadaran," ia menambahkan. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Teknik Grounding dalam Psikologi

Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan bahwa saat merasakan stres, pikiran menjadi tidak jernih dan bahkan dapat menyebabkan orang yang merasakan hal tersebut dan berkeputusan untuk mengakhiri hidup. Oleh karena itu, dengan teknik Grounding (menjejak/membumi) kita bisa meminimalisir pikiran negatif tersebut.

"Teknik ini ada sebuah cara kita memanfaatkan seluruh panca indera yang kita miliki untuk tetap fokus terhadap diri sendiri," jelasnya. 

Selain dari teknik Grounding, Irma juga menjelaskan ada cara lain yang dapat kita lakukan untuk menurunkan stres. "Untuk mengatasi stres selain kita melakukan Grounding, kita juga bisa journaling, yaitu menuliskan emosi yang kita rasakan. Kita juga bisa berolahraga, yang sangat dianjurkan untuk melepaskan emosi negatif dengan cara yang tepat," jelasnya.

Dampak jika emosi negatif tidak segera dilepaskan adalah dapat merusak diri sendiri, orang lain, bahkan barang. Sebagai contoh, Irma menggambarkan emosi negatif dalam diri manusia sebagai sebuah balon. Ketika semakin lama ditiup balon akan meledak, dan agar itu tidak terjadi, maka angin dalam balon tersebut harus dikeluarkan secara perlahan.

"Kalau emosi dipendam juga akan meledak, maka pelan-pelan dikeluarkan dengan olahraga, metode aromatik, Grounding, jalan-jalan, atau mengobrol dengan orang lain agar stres tidak memenuhi kepala kita," jelasnya.

 
3 dari 4 halaman

Aroma dapat Membangkitkan Memori

Selain menurunkan stres, aroma juga berdampak dalam membangkitkan memori. Kita seringkali merasakan pengalaman nostalgia ketika mencium sebuah bau, yang juga berhubungan dengan emosi manusia.

"Jika kita mencium bau tertentu, akan muncul perasaan menyenangkan dan jika kita sedang menghadapi suatu hal (yang kurang mengenakan), kita bisa memvisualisasikan bau tersebut. Walaupun dalam kenyataan tidak ada aroma tersebut, tetapi itu akan mengingatkan kita terhadap masa lalu," jelas Irma.

Lebih lanjut, Irma juga menjelaskan bahwa aroma sudah direkam oleh otak manusia sejak dini. "Contohnya,  semua orang pasti akan bisa mengingat wewangian telon atau bedak bayi bahkan ketika dewasa. Itu adalah memori masa kecil yang membekas dan terekam oleh otak," ungkapnya. 

Oleh karena itu, terkadang beberapa orang akan mencari wewangian tertentu saat dilanda stres, sesuai dengan emosi yang sedang dirasakan. Ia juga mengungkapkan bahwa wewangian adalah suatu hal yang sangat personal, wangi tertentu akan sangat penting bagi diri sendiri, tetapi tidak dengan orang lain.

4 dari 4 halaman

Pengalaman Mempengaruhi Preferensi dalam Memilih Wewangian

Irma menjelaskan, bahwa perasaan personal itulah yang menyebabkan beberapa produsen wewangian menciptakan berbagai wangi yang berbeda, agar tiap orang memiliki pengalaman yang berbeda.

Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa pengalaman juga berpengaruh terhadap preferensi wangi yang disukai tiap orang. "Misalnya, waktu kecil (seseorang) sering diajak ke gunung, wewangian yang disukainya mungkin akan cenderung ke wangi kayu-kayuan. Dia juga mungkin akan memilih wangi kayu-kayuan itu dibanding orang lebih suka pergi ke laut, dengan wangi yang cenderung asin," ia menjelaskan.

Pemilihan wangi tersebut dipengaruhi oleh pengalaman setiap orang. Mereka akan cenderung memilih aroma yang mirip dengan pengalaman yang telah dia lalui, tanpa disadari maupun disadari. 

"Misalnya kita memilih wangi tertentu, pasti biasanya kita punya pengalaman dengan wangi ini, sehingga kita akan mencari lagi (wangi yang serupa)," ia mengungkapkan. "Jika seseorang sudah menyukai suatu wewangian, karena merasakan adanya sensasi menyenangkan, ia akan mencari sensasi yang sama," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.