Sukses

Pesan Psikolog untuk Gen Z: Jangan Taruh Harga Diri di Aspek Akademik dan Penampilan

Banyak Gen Z menilai diri mereka berdasarkan prestasi akademik dan penampilan fisik. Penekanan konstan ini terkadang membuat mereka kehilangan kemampuan untuk melihat nilai intrinsik dari diri sendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Tara de Thouars, seorang psikolog klinis yang fokus pada remaja, telah mendalami fenomena kecemasan dan perbandingan diri yang umum dialami oleh Gen Z. Menurutnya, banyak dari generasi ini menilai diri mereka dengan melihat kesuksesan orang lain. Penekanan konstan ini terkadang membuat mereka kehilangan kemampuan untuk melihat nilai intrinsik dari diri mereka sendiri.

"Banyak anak muda sekarang akhirnya jadi menaruh harga diri itu di akademi, di penampilan, melihat orang dari kaya atau gak nya, ok atau gak nya, popular atau gak nya, sehingga, ketika satu faktor itu bermasalah, akan jadi berantakan," ujar Tara ketika ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu, 21 Oktober 2023.

Dalam pandangannya, satu hal yang sederhana namun seringkali diabaikan oleh para generasi muda adalah pentingnya untuk tidak selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Hal ini sering kali dilakukan oleh anak muda yang selalu memperhatikan kehidupan orang lain daripada merefleksi diri sendiri.

"Secara simpelnya adalah untuk gak membandingkan diri kita dengan orang lain, idealnya seperti itu. Jadi, walaupun saya mungkin punya kekurangan dalam bagian tertentu, saya tetap worthy. Nah, ini sebetulnya (yang) perlu dibangun," jelasnya.

Tara menegaskan bahwa mengidentifikasi dan membangun kekuatan dan nilai diri sendiri adalah kunci untuk mengembangkan rasa harga diri. "Kalau saya biasanya selalu mengarahkan pasien saya untuk membandingkan diri kita dengan diri kita sendiri, karena kita akan menemukan progress di situ."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pentingnya Kesadaran Finansial bagi Perempuan

Dalam pendekatannya terhadap anak muda, Tara menekankan pentingnya keseimbangan dalam memberikan umpan balik. Ia mengingatkan bahwa kritik konstruktif untuk pertumbuhan sama pentingnya dengan pujian dan pengakuan untuk membangun kepercayaan diri.

Sementara itu, Rista Zwestika, seorang influencer sekaligus praktisi keuangan, menyoroti bahwa perempuan kerap kali menjadi subyek insecure. "Fakta bahwa harapan hidup perempuan lebih panjang, yakni antara 74-75 tahun, dibandingkan dengan laki-laki yang berkisar antara 70-71 tahun, memerlukan perencanaan keuangan yang matang," katanya pada kesempatan yang sama.

Dalam konteks rumah tangga, perempuan seringkali menghadapi tekanan ganda, baik dari suami maupun anak-anak. Tekanan tersebut tidak hanya bersifat emosional, namun juga fisik. Dari perspektif kesehatan, perempuan juga berisiko tinggi terhadap penyakit kanker reproduksi yang memerlukan biaya perawatan khusus dan tentunya tidak sedikit.

Namun, dalam menghadapi segala tantangan tersebut, penting bagi perempuan untuk mengerti bahwa kesehatan mental bukanlah suatu hal yang tabu. Seharusnya, hal ini menjadi prioritas yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Rista menekankan pentingnya "financial awareness" bagi perempuan.

"Kesadaran finansial bagi perempuan adalah sebuah keharusan, bukan pilihan. Melalui kesadaran ini, perempuan dapat mempersiapkan diri menghadapi berbagai risiko dan tantangan di masa depan dengan lebih baik," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Luangkan 30 Menit untuk Berolahraga

Di sisi lain, Cantika Felder, seorang influencer sekaligus instruktur kesehatan, menyoroti pentingnya olahraga bagi kesehatan perempuan. Ia mengungkapkan bahwa hampir 36 persen perempuan belum memasukkan olahraga sebagai rutinitas harian mereka.

"Padahal, menjaga kesehatan bukan hanya tentang pola makan, melainkan juga tentang bergerak dan beraktivitas," ujarnya.

Kesehatan bukanlah hal yang bisa diabaikan, terutama bagi perempuan yang memiliki peran ganda dalam masyarakat, sebagai ibu, istri, dan rekan kerja. Menjadi perempuan yang aktif di berbagai sektor ini tentunya menuntut tenaga dan stamina ekstra.

Cantika menekankan bahwa dengan meluangkan waktu hanya 30 menit setiap hari untuk berolahraga, dampak positifnya bagi tubuh akan sangat terasa. Bahkan, ia mendorong para ibu, terutama mereka yang banyak menghabiskan waktu di rumah, untuk bersama-sama berpartisipasi dalam aktivitas olahraga.

Sebagai referensi, Cantika memberikan tips olahraga khusus untuk ibu rumah tangga. Menurutnya, dalam seminggu, seorang ibu rumah tangga idealnya harus mengalokasikan total waktu sekitar 150 menit untuk berolahraga.

"Kegiatan sehari-hari seperti menyapu atau mengepel, meskipun memerlukan usaha fisik, tidak bisa dihitung sebagai olahraga," tuturnya.

Ia menyarankan agar para ibu tetap menyisihkan waktu khusus untuk melakukan aktivitas fisik yang lebih intensif, seperti senam, jogging, atau bahkan yoga, untuk memastikan tubuh tetap sehat dan bugar.

4 dari 4 halaman

Ambisi Perempuan Tanpa Beban Risiko

Niharika Yadav, sebagai Presiden Direktur AXA Financial Indonesia, menekankan urgensi permasalahan yang dihadapi oleh perempuan di tengah kesibukan dan tanggung jawab yang mereka pikul. Menurut riset internal yang dilakukan oleh AXA, teridentifikasi bahwa perempuan cenderung 58 persen lebih stres dibandingkan laki-laki.

"Hal ini dikarenakan perempuan, terutama mereka yang memiliki karier, kerap kali mengambil banyak peran dan tanggung jawab dalam masyarakat," ucapnya saat media briefing pada Sabtu, 21 Oktober 2023.

Riset tersebut juga menunjukkan bahwa perempuan lebih rentan terhadap risiko yang berkaitan dengan beban di masa depan, baik dari segi kesehatan mental maupun finansial. Kondisi ini, menurut Niharika, memerlukan perhatian serius dan solusi konkret.

Sebagai langkah awal, AXA Mandiri dan AXA telah menerapkan kebijakan kerja yang lebih fleksibel dengan memperkenalkan model bekerja 3 hari di kantor dan 2 hari di tempat lain sesuai keinginan karyawan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, terutama bagi perempuan yang juga memiliki tanggung jawab di rumah.

Namun, Niharika menekankan bahwa memiliki kesehatan fisik yang baik saja tidak cukup. Kesehatan mental harus menjadi prioritas. "Seorang perempuan seharusnya tidak menunggu sampai usia tertentu untuk menyadari risiko yang mungkin dihadapinya," terangnya.

Terakhir, ia menegaskan pentingnya kesehatan mental bagi perempuan. Menurutnya, tidak mungkin bagi seorang wanita untuk mengurus rumah tangga dan menjalankan berbagai peran lainnya jika ia tidak memperhatikan kesehatan mentalnya sendiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini