Sukses

6 Fakta Menarik Gunung Krakatau yang Pernah Mengalami Letusan Dahsyat Pada 1883

Gunung Krakatau merupakan gunung berapi di Pulau Rakata di Selat Sunda antara Jawa dan Sumatra. Letusan eksplosifnya terjadi pada 1883 merupakan salah satu bencana paling dahsyat tercatat dalam sejarah dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Krakatau merupakan gunung berapi di Pulau Rakata di Selat Sunda antara Jawa dan Sumatra. Letusan eksplosifnya terjadi pada 1883 merupakan salah satu bencana paling dahsyat tercatat dalam sejarah.

Mengutip dari laman Britannica, Rabu, 23 Agustus 2023, Krakatau terletak di sepanjang pertemuan lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia, sebuah zona dengan aktivitas vulkanik dan seismik yang tinggi. Suatu waktu jutaan tahun yang lalu, gunung berapi tersebut membentuk gunung berbentuk kerucut yang terdiri dari aliran batuan vulkanik yang berselang-seling dengan lapisan abu dan abu.

Dari dasarnya, 300 meter di bawah permukaan laut, kerucut tersebut menonjol sekitar 1.800 meter di atas laut. Belakangan sekitar tahun 416 M, puncak gunung tersebut hancur, membentuk kaldera, atau cekungan berbentuk mangkuk, dengan lebar 6 km.

Bagian kaldera menonjol di atas air sebagai empat pulau kecil yaitu Sertung (Verlaten) di barat laut, Lang dan Polish Hat di timur laut, dan Rakata di selatan. Selama bertahun-tahun, tiga kerucut baru terbentuk, bergabung menjadi satu pulau. Kerucut tertinggi dari ketiga kerucut tersebut menjulang setinggi 813 meter di atas permukaan laut.

Masih banyak hal mengenai Gunung Krakatau, selain sejarah pembentukannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Krakatau yang dirangkum Liputan6.com pada Rabu, 23 Agustus 2023. 

1. Pernah Meletus Selama Berbulan-bulan

Gunung berapi tersebut meletus selama beberapa bulan, bukan hanya beberapa hari. Hal ini lantaran Krakatau adalah pulau vulkanik di Selat Sunda, antara Jawa dan Sumatra di Indonesia, bagian dari 'Cincin Api'. Pada bulan Mei 1883, Krakatau mulai mengeluarkan abu dan uap hingga ketinggian 6 km, dan menghasilkan ledakan yang sangat keras hingga terdengar hampir 100 mil jauhnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Tahun 1883 Bukanlah Letusan Pertama

Mengutip dari laman History Hit, Krakatau sempat tidak aktif selama lebih dari 200 tahun ketika meletus pada 1883. Namun catatan sebelumnya menunjukkan bahwa gunung tersebut telah dikenal sebagai 'Gunung Api' oleh masyarakat Jawa selama berabad-abad.

Beberapa orang berhipotesis bahwa gunung tersebut meletus secara dahsyat pada abad ke-6, sehingga menyebabkan perubahan iklim global. sebagai akibat. Pada 1680, para pelaut Belanda melaporkan melihat Gunung Krakatau meletus dan mengambil potongan besar batu apung, dan bukti aliran lava sejak saat itu ditemukan pada abad ke-19.

3. Letusan Krakatau Diketahui dari Geolog Belanda

Verbeek adalah seorang ahli geologi Belanda yang tinggal di Jawa yang telah melakukan penelitian geologi wilayah tersebut pada tahun-tahun sebelumnya. Setelah letusan pada 1883, ia melakukan perjalanan ke daerah yang terkena dampak.

Ia mengumpulkan laporan saksi mata dan secara pribadi mengamati kehancuran yang ditimbulkan oleh gunung berapi tersebut. Laporan setebal 550 halamannya diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1885. Data dan penelitian di dalamnya juga membantu mencetuskan dimulainya vulkanologi modern.

3 dari 4 halaman

3. Letusan 1883 Menghasilkan Suara Paling Keras

Fase klimaks Krakatau menghasilkan suara paling keras sepanjang sejarah. Pada pukul 10:02 tanggal 27 Agustus 1883, selama tahap akhir letusan, ledakan mengguncang gunung berapi dan sekitarnya. Suara tersebut terdengar ribuan mil jauhnya di Australia Barat dan Mauritius, dan gelombang suara yang dihasilkan menyebar ke seluruh dunia sebanyak 7 kali lipat dalam 5 hari berikutnya.

4. Letusannya Pernah Berdampak Tsunami

Saat gunung berapi tersebut meletus, memuntahkan abu dan batu apung ke laut dalam bentuk aliran piroklastik, hal ini juga memicu tsunami setinggi hingga 40m dan menghancurkan hingga 300 desa di sepanjang Selat Sunda. Gelombang tsunami mengguncang kapal-kapal hingga ke Afrika Selatan.

Salah satu kisah Krakatau yang paling menakjubkan adalah selamatnya kapal Gouverneur Generaal Loudon yang sedang berlayar ke utara menuju Teluk Betung. Alih-alih mencari pelabuhan ketika letusan semakin parah dan tsunami pertama melanda, sang kapten, Johan Lindemann, malah mengarahkan kapal menuju gelombang tsunami. Keputusannya untuk melakukan hal tersebut menyelamatkan nyawa penumpang dan awaknya, yang kemudian selamat dari dampak letusan.

4 dari 4 halaman

5. Dunia Tertutup Debu Setelah Letusan Krakatau

Gunung berapi tersebut mengeluarkan jutaan meter kubik gas dan abu ke atmosfer, menciptakan selimut dan menurunkan suhu rata-rata pada tahun berikutnya. Hal ini juga menyebabkan peningkatan curah hujan di beberapa bagian dunia, dan menghasilkan pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan di seluruh dunia.

6. Pulau Krakatau Hampir Hancur Lebur Setelah meletus

Letusan gunung berapi yang sangat dahsyat tersebut menghancurkan hampir seluruh Pulau Krakatau dan beberapa pulau di sekitar kepulauan sekitar. Gunung Krakatau sendiri runtuh menjadi kaldera, sebuah cekungan yang terbentuk setelah ruang magma kosong.

Anak Krakatau, sebuah pulau baru, muncul dari kaldera pada 1927 dan terus berkembang sejak saat itu. Runtuhnya bawah air menyebabkan tsunami mematikan pada 2018, dan gunung ini tetap menarik perhatian para ahli vulkanologi karena gunung berapi ini relatif baru.

Saking dahsyatnya, sebagian besar wilayah Jawa bagian barat hancur akibat dampak Krakatau semua rata dengan tsunami, tertutup abu, dan sebagian besar penduduk meninggal. Dengan demikian, sebagian besar dataran rendah di sekitarnya telah dibangun kembali secara efektif, dengan tumbuh suburnya flora dan fauna di daerah tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini