Sukses

Kiat Menakar dan Mengolah Ramuan Jamu untuk Menjaga Kesehatan Tubuh

Upaya pertama untuk membuat jamu segar yang baik, dimulai dari memilih bahan baku yang bagus.

Jakarta - Saat ini, sangat banyak resep jamu atau minuman herbal yang bisa kita temui di dunia maya. Tingginya minat ini semakin mengemuka terutama pada masa pandemi COVID-19 lalu. Sayangnya, konsumsi dan pembuatan dari jamu serta minuman herbal ini sebenarnya tak boleh sembarangan.

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si memberikan kiat memilih bahan hingga alat untuk membuat ramuan herbal yang benar dan baik untuk menjaga kesehatan tubuh.

Dilansir dari Antara, dalam sebuah webinar kesehatan beberapa waktu lalu, Inggrid mengatakan bahwa dalam membuat jamu, orang-orang harus memastikan bahan yang digunakan segar dan tidak tercemar misalnya bakteri, jamur, rumput dan hama penyakit.

Menurut Inggrid, walau terbuat dari bahan segar, tetap ada risiko jamu dapat tercemar. Untuk itu, upaya pertama untuk membuat jamu segar yang baik, dimulai dari memilih bahan baku yang bagus seperti rimpang, kulit batang, daun, bunga, biji dan buah. Bahan-bahannya bisa didapatkan dari pasar maupun menanam sendiri.

Pada ramuan herbal yang memanfaatkan rimpang-rimpangan seperti jahe, maka pastikan kulit rimpang tampak halus, tidak kisut, tidak mengkilat, tidak ada patahan, tidak bertunas, tidak rusak, penampang melintangnya cerah, tidak busuk dan tidak ada bagian lunak atau bonyok. Memotong sedikit bagian rimpang dapat menjadi cara memastikan kondisinya bagus.

Untuk daun, pilih yang segar, tidak layu. Sementara untuk bunga atau biji, buah-buahan carilah yang tidak kisut dan kulitnya tidak mengkilat.  Bahan-bahan yang sudah dipilih kemudian disortir kembali lalu dicuci dengan air mengalir dan tiriskan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Wadah untuk Menyimpan Jamu

Sumber air bisa dari sumur, PAM, atau air isi ulang asalkan tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Untuk herbal-herbal yang tidak direbus atau mentah, pastikan air yang digunakan dalam kondisi matang.

Untuk alat-alat, Inggrid merekomendasikan peralatan yang sudah terstandardisasi layak digunakan (food grade) atau aman untuk kesehatan.  Panci yang digunakan untuk merebus, misalnya terbuat dari stainless steel, panci kaca, gerabah atau tanah liat. Penggunaan panci berbahan aluminium sangat tidak dianjurkan karena bisa berinteraksi dengan zat aktif di dalam herbal.

Lalu, wadah untuk menyimpan jamu sebaiknya dalam botol kaca atau botol plastik yang food grade.  Botol kemasan air mineral tidak boleh dipakai karena ada risiko zat-zat karsinogenik keluar dari plastik dan bercampur dengan jamu. Selain itu, jangan lupa untuk menjaga kebersihan saat menyiapkan ramuan jamu.

Ramuan herbal yang biasanya dibuat pada level rumah tangga merupakan jamu segar yakni baru dibuat.  Selain itu, segar dari sisi bahan ramuan tumbuhan obat, segera dikonsumsi dan dibuat untuk satu hari konsumsi. Jamu gendong termasuk dalam jenis ini. Tapi intinya, jamu segar dapat tahan selama tiga hari, asalkan disimpan dalam lemari es.

3 dari 4 halaman

Manfaat Jamu Sudah Terbukti Secara Empirik

Inggrid mengatakan dari sisi manfaat, jamu sudah terkonfirmasi secara empirik dan eksperensial. Namun dia mengaku, efeknya tidak secepat obat kimia konvensional.

"Jamu biasanya takarannya tidak berupa konsentrat, jadi kandungan senyawa walau banyak tapi dalam volume yang sedikit. Berbeda dengan obat konvensional yang satu zat aktif tetapi sebetulnya besar, berupa konsentrat," ungkapnya.

Inggrid menambahkan, untuk membuat ramuan herbal seseorang harus punya pengetahuan yang memadai mulai dari jamu yang akan dibuat hingga bahannya. Informasi dari Badan POM, Kementerian Kesehatan dan PDPOTJI dapat menjadi sumber referensi yang tepat.

Dari sisi takaran, herbal segar memiliki rentang keamanan yang luas, sama halnya saat mengonsumsi buah dan sayur. Kalau jumlahnya berlebihan, maka dapat berefek samping seperti sakit perut dan diare.

Oleh karena itu, orang-orang disarankan menggunakan takaran misalnya dalam bentuk gram alih-alih sekadar menyebut semisal satu ruas jempol dan lainnya. Contohnya jahe. Bentuk jahe yang beragam terkadang menyulitkan orang menentukan ukuran satu ruas jempol.

4 dari 4 halaman

Jamu Bisa Dikonsumsi Setiap Hari

"Kalau ukuran rumah tangga kadang-kadang masih boleh dengan takaran misalnya jempol. Tapi takaran jempol dari yang minum bukan dari yang bikin, menurut ilmu pengobatan tradisional," kata Inggrid.

Namun, takaran tak mesti presisi yang artinya sedikit lebih atau kurang tak akan mengurangi khasiat dan mempengaruhi keamanan. Contohnya dalam takaran tertulis 10 gram jahe, tetapi orang memasukkan 8-9 gram atau 11-12 gram, maka tidak menjadi masalah.

Masalah akan muncul bila takaran menjadi 100 gram untuk sekali minum pada beberapa orang yang sensitif pada kandungan shogaol dalam jahe. Efek yang dapat dirasakan seperti perut menjadi panas dan diare,

Dari sisi waktu minum, jamu segar dan jamu godogan biasanya disiapkan untuk 24 jam konsumsi. Kita sebenarnya boleh menyiapkan untuk kebutuhhan tiga hari, dengan catatan botol yang digunakan sebagai wadah terbagi tiga. Selain itu, ramuan yang sudah disimpan dalam lemari es juga bisa dihangatkan saat akan diminum. Ramuan herbal, jelas Inggrid, dapat dikonsumsi setiap hari  karena pembuktian empirik menyatakan aman.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini