Sukses

Sejarah Hari Jamu Nasional yang Diperingati Hari Ini 27 Mei 2023

Hari Jamu Nasional sudah mulai diperingati sejak 27 Mei 2008.

Liputan6.com, Jakarta - Seperti tahun-tahun sebelumnya, hari ini, 27 Mei 2023, juga diperingati sebagai Hari Jamu Nasional. Sementara jamu bukanlah minuman tradisional yang asing bagi orang Indonesia, apa yang melatarbelakangi peringatan Hari Jamu Nasional?

Melansir laman UGM, Jumat, 26 Mei 2023, berlatar belakang semakin pudarnya eksistensi jamu di dalam negeri, pada 27 Mei 2008, presiden saat itu, Susilo Bambang Yudoyono (SBY), secara resmi menetapkan 27 Mei sebagai hari kebangkitan Jamu Indonesia, sekaligus meresmikan jamu sebagai kearifan lokal milik Indonesia. Penambahan ayat baru (pasal 48 ayat 1) pada UU No. 36 Tahun 2009 tentang pengobatan dan perawatan herbal merupakan salah satu upaya pemerintah dalam pelestarian jamu Indonesia.

Di bidang pendidikan, pada 2010, diresmikan Program Magister Herbal Indonesia di UI yang bertempat di Departemen Farmasi FMIPA atas prakarsa Rektor UI dengan PT Martina Berto. Program itu hadir dengan dua peminatan, yaitu Herbal Medik dan Estetika Indonesia. Penerapan kurikulum jamu/obat tradisional pada program pendidikan dokter masih jadi usulan di Konsil Kedokteran Indonesia yang rencananya akan dimasukkan ke dalam standar kompetensi dokter Indonesia.

Masuknya kurikulum tersebut diharapkan jadi landasan kompetensi bagi dokter Indonesia untuk menghargai dan mengembangkan jamu sebagai budaya asli Indonesia. Jamu atau djamoe merupakan singkatan dari djampi yang berarti doa atau obat dan oesodo (husada) yang berarti kesehatan. Dengan kata lain, djamoe berarti doa atau obat untuk meningkatkan kesehatan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perkembangan Jamu di Indonesia

Dijelaskan bahwa sejak zaman kolonial Belanda pada awal abad ke-17, para dokter berkebangsaan Belanda, Inggris, maupun Jerman disebut tertarik mempelajari jamu, beberapa di antaranya menuliskannya ke dalam buku seperti Practical Observations on a Number of Javanese Medications oleh dr. Carl Waitz pada 1829.

Isi buku tersebut antara lain menjelaskan bahwa obat yang lazim digunakan di Eropa dapat digantikan herbal/tanaman (jamu) Indonesia, misalnya rebusan sirih (Piper bettle) untuk batuk, rebusan kulit kayu manis (Cinnamomum) untuk demam. Seiring berjalannya waktu penemuan-penemuan mengenai khasiat jamu makin banyak bermunculan.

Konsumsi jamu banyak dianjurkan sebagai upaya preventif untuk menggantikan obat yang sangat mahal. Penggunaan jamu dikatakan meningkat tajam saat penjajahan Jepang.

Dalam kurun waktu tersebut, terdapat tiga pabrik jamu besar yang berjaya, yaitu PT Jamoe Iboe Jaya (1910), PT Nyonya Meneer (1919), dan PT Sido Muncul (1940). Hingga akhir abad ke-20, berbagai penelitian bahan alam Indonesia: tanaman, hewan, dan mineral, dikembangkan secara individu oleh institusi pendidikan atau lembaga penelitian pemerintah.

 

3 dari 4 halaman

Skinimalisme dari Indonesia

Kurangnya perhatian pemerintah dalam perlindungan hak kekayaan intelektual dan/atau hak paten pada peneliti-peneliti Indonesia menyebabkan banyak tanaman asli Indonesia dipatenkan di luar negeri, seperti xanthorrizol dari Curcuma xanthorriza, buah merah (Pandanus conoideus), andrografolid dari sambiloto (Andrographis panniculata), catat pihaknya.

Pemanfaatan jamu di Indonesia hingga saat ini masih mengalami pasang-surut. Integrasi sinergis antar pemegang kebijakan di pemerintahan, pemerintah dengan akademisi, pebisnis dan masyarakat, serta BPOM sangat dibutuhkan dalam mengambangkan dan melestarikan jamu sebagai kearifan lokal.

Tidak hanya sebagai ramuan minuman, dalam ulasan publikasi Amerika Serikat (AS), Women's Health, dikutip 9 Mei 2023, jamu juga disebut sebagai "skinminimalism Indonesia yang cocok untuk kulit sensitif." Dituliskan bahwa membuat jamu tidak rumit, kontras akan kepercayaan perawatan kulit yang terlalu bersemangat hingga menganggap rutinitas 10 langkah perawatan harian adalah cara terbaik untuk melihat hasilnya.

"Semakin banyak produk yang Anda tumpuk secara acak, semakin rentan Anda mengalami iritasi," kata dokter kulit Francisca Kartono, yang merupakan kelahiran Indonesia, namun tinggal di Michigan, AS.

 

4 dari 4 halaman

Eksis di AS

Faktanya, penggunaan produk perawatan pribadi telah berkontribusi pada peningkatan dermatitis kontak alergi dan iritan, menurut penelitian selama satu dekade di Journal of American Academy of Dermatology. Ini bisa menjelaskan mengapa tren seperti "skinimalisme" dan "kecantikan lambat" menerangi media sosial.

Dr. Kartono biasanya merekomendasikan hanya tiga atau empat produk kecantikan pada pasiennya. Itu adalah produk dasar seperti pembersih yang lembut, pelembab sederhana, dan tabir surya.

Disebut pula bahwa jamu Indonesia eksis di AS. Puree Artisan Juice Bar memiliki berbagai jamu yang tersedia di lokasi di pinggiran D.C. dan New York. Outlet itu menyebut, "Anda akan menemukan Djamu, ciptaan Shanley Suganda kelahiran Indonesia, di Smorgasburg di Brooklyn dan di situs webnya, djamu.nyc, yang melayani pengiriman ke seluruh negeri (AS)."

"Saat tumbuh dewasa, ketika saya demam, kakek saya akan pergi ke halaman belakang, memetik beberapa tumbuhan, mencampurnya, dan memberikannya pada saya. Keesokan harinya, saya merasa lebih baik," kata Suganda, pembuat generasi ketiga yang melihat pasar resep jamu ketika ia membuatnya untuk teman-teman yang baru sembuh dari sakit.

Jadi, sudah minum jamu apa hari ini?

 

Disclaimer: Jamu adalah ramuan tradional berbahan alami yang bisa membantu kesehatan tubuh. Bila ada keluhan kesehatan, sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.