Sukses

Keindahan Banda Neira, Pulau Saksi Bisu Kolonialisme Belanda

Banda Neira adalah salah satu pulau di Kepulauan Banda, dan pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli dunia, karena Kepulauan Banda adalah satu-satunya sumber rempah-rempah yang bernilai tinggi hingga pertengahan abad ke-19.

Liputan6.com, Jakarta - Keindahan Banda Neira memang tak terbantahkan. Salah satu pulau di Kepulauan Banda ini secara administratif, setidaknya ada enam desa di Banda Neira, yakni Dwiwarna, Kampung Baru, Merdeka, Nusantara, Rajawali, dan Tanah Rata.

Dikutip dari BPKP Maluku, Minggu (19/3/2023), Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli dunia. Hal tersebut dikarenakan Kepulauan Banda menjadi satu-satunya sumber rempah-rempah bernilai tinggi hingga pertengahan abad ke-19.

Pulau ini juga menjadi saksi bisu kolonialisme Belanda. Kota modernnya didirikan oleh anggota VOC, yang membantai penduduk Banda untuk mendapatkan palanya pada 1621 dan membawa yang tersisa ke Batavia (kini Jakarta) untuk dijadikan budak.

Di Banda Neira, wisatawan dapat menikmati wisata alam, budaya, sekaligus sejarah. Untuk wisata sejarah dan budaya, wisatawan dapat mengunjungi Benteng Belgica, Benteng Nassau, Istana Mini, dan bangunan-bangunan kolonial yang biasanya ada di ruas jalan yang sama.

Karena pernah jadi basis pertahanan tentara VOC, Anda akan banyak temui gaya bangunan khas Belanda disini. Simak rangkumannya berikut ini.

Benteng Belgica

Benteng Belgica adalah benteng VOC yang dibangun di atas sebuah bukit dan ditempuh hanya 10 menit berjalan kaki dari Delfica Guest House. Benteng ini berada di sebelah barat daya Pulau Neira dan terletak pada ketinggian 30 meter dari permukaan laut.

Wisatawan akan disuguhkan pemandangan mengagumkan di sekeliling saat berdiri di benteng. Selain itu, Benteng Belgica dibangun pada 1611 di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Bot.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Wisata Sejarah di Banda Neira

Karena posisinya yang strategis, dari sini wisatwan dapat melihat ke segala penjuru pulau. Kala itu, keberadaan Benteng Belgica memudahkan VOC mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Banda.

Benteng Belgica dibangun dengan gaya bangunan persegi lima yang berada di atas bukit. Namun, bila dilihat dari semua penjuru hanya akan terlihat empat buah sisi.

Konstruksi benteng terdiri atadari s dua lapis bangunan dan untuk memasukinya, wisatawan harus menaiki anak tangga. Di bagian tengah benteng terdapat sebuah ruang terbuka luas untuk para tahanan.

Di tengah ruang terbuka, wisatawan bisa melihat dua buah sumur rahasia yang konon menghubungkan benteng dengan pelabuhan dan Benteng Nassau yang berada di tepi pantai. Menurut sejarah, benteng ini sebenarnya adalah salah satu benteng peninggalan Portugis yang awalnya berfungsi sebagai pusat pertahanan.

Namun pada masa penjajahan Belanda, Benteng Belgica beralih fungsi untuk memantau lalu lintas kapal dagang. Pada 1622 oleh JP Coen, benteng ini diperbesar.

3 dari 4 halaman

Rumah Pengasingan Bung Hatta

Pada 1667, Benteng Belgica diperbesar lagi oleh Cornelis Speelman. Kemudian Gubernur Jenderal Craft van Limburg Stirum memerintahkan agar benteng ini dipugar dan menjadi markas militer Belanda hingga 1860.

Uniknya, setiap sisi benteng terdapat sebuah menara. Untuk menuju puncak menara tersedia tangga dan wisatawan harus berhati-hati menaikinya karena posisi tangga nyaris tegak dan lubang keluar yang sempit.

Dari sini, wisatawan bisa menikmati pulau-pulau di sekitar Pulau Neira seperti Pulau Banda Besar, Gunung Api dan birunya Laut Banda. Belum lagi hilir mudiknya perahu nelayan.

Selain itu, saat berkunjung ke Banda Neira, mampirlah juga ke rumah pengasingan Bung Hatta. Dikutip dari Kebudayaan Kemdikbud, Minggu (19/3/2023), Rumah Hatta berada di samping penjara atau lapas Banda Naira, tidak jauh dari benteng Belgica dan Nassau. Rumah Hatta terdiri dari tiga bangunan yakni bangunan utama, bangunan belakang dan bangunan samping.

Semuanya menggunakan atap seng, bangunan utama atap bertipe perisai dan dua bangunan lain menggunakan tipe pelana. Plafon menggunakan papan kayu sedangkan lantainya menggunakan bahan terakota.

4 dari 4 halaman

Di Balik Rumah Pengasingan Bung Hatta

Bangunan utama terdiri dari lima ruangan dan dua teras, di depan dan di belakang. Di teras depan terdapat tangga masuk berbentuk seperempat lingkaran di samping kanan-kiri teras.

Berpagar menggunakan kayu dengan tinggi 90 cm. Terdapat pintu samping di sebelah kanan dari teras depan. Pada bangunan utama ini dulu digunakan oleh Bung Hatta untuk kegiatan sehari-hari seperti menemui tamu-tamu beliau, menulis, membaca buku, tidur, dan kegiatan lainnya.

Masih tersimpan tempat tidur, lemari dan meja yang dulu digunakan oleh Bung Hatta tidur selama pengasingan. Di ruang kerja terdapat mesin ketik sebagai sarana menumpahkan pikirannya dalam sebuah tulisan.

Di ruang makan juga terdapat lemari makanan yang digunakan untuk menyimpan makanan untuk Bung Hatta. Di ruang tamu terpajang foto-foto Bung Hatta dan beberapa furnitur seperti meja dan kursi. Di ruang tengah terdapat beberapa tabung gas, tabung tersebut dulu digunakan sebagai bahan bakar lampu sebagai penerangan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.