Sukses

Menikah di Usia 30-an Jadi Normal Baru bagi Perempuan Korea Selatan

30 tahun lalu, perempuan Korea Selatan lebih banyak menikah di usia 20-an, bukan 30-an tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Statistik Korea menyatakan usia rata-rata seorang menikah saat ini adalah 30-an tahun. Menurut lembaga negara itu, hampir setengah perempuan Korea Selatan yang menikah pada 2021 adalah yang berusia 30-an. Tercatat 193 ribu pasangan menikah pada 2021.

Ini adalah pertama kalinya rasio wanita yang menikah di usia 30-an melampaui mereka yang berusia 20-an. Temuan ini menunjukkan bahwa rata-rata usia wanita menikah telah naik sejak lembaga tersebut menyusun statistik pada 1990.

Pada 1990-an, rata-rata usia perempuan yang menikah adalah 20-an tahun. Wanita yang menikah di usia 20-an mencapai 330 ribu orang, jauh di atas perempuan yang menikah di usia 30-an yang hanya 19 ribu orang saat itu.

Kesenjangan itu secara perlahan semakin dikejar. Pada 2000-an, jumlah perempuan yang menikah pada usia 20-an tercatat 241 ribu alias delapan kali lebih banyak dibandingkan pada usia 30-an, yakni 31 ribu. Pada 2010, jumlahnya dua kali lipat. Tapi pada 2021, angka tersebut terbalik.

Perubahan ini disebabkan pergeseran persepsi perempuan tentang gagasan pernikahan. Banyak yang percaya bahwa menikah bukan lagi suatu keharusan, dipengaruhi berbagai alasan seperti kurangnya stabilitas keuangan dan pekerjaan, serta sulitnya membesarkan anak.

Menurut biro jodoh Duo, yang menggelar survei pada Desember 2022, lebih dari separuh wanita berusia 25 hingga 39 tahun menjawab bahwa tidak ada lagi usia yang tepat untuk menikah.

"Saat ini, pria dan wanita lajang mengabdikan diri untuk memilih pasangan hidup mereka, dan pertimbangan utama mereka berfokus pada hal-hal non-materi, seperti kepribadian dan nilai-nilai," kata seorang perwakilan dari Duo, dikutip dari Korea Times, Rabu, 11 Januari 2022.

"Sekarang bukan saatnya orang terburu-buru menikah di bawah tekanan. Orang mencari seseorang yang memenuhi kebutuhannya dan membuat pilihan tentang siapa pasangan yang tepat," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apatisme Anak Muda

Sebelumnya, Statistics Korea juga melansir survei sosial tentang pandangan anak muda soal pernikahan pada November 2022. Hasilnya, enam dari 10 orang Korea Selatan berusia 20-an dan 30-an berpikir bahwa menikah bukan lagi suatu keharusan. Faktor utama lain adalah keterbatasan uang yang memengaruhi keputusan generasi muda untuk menghindari pernikahan.

Separuh dari responden dari segala usia mengatakan bahwa menurut mereka, menikah adalah suatu keharusan, di mana persentasenya 1,2 poin lebih rendah dari dua tahun lalu. Angka tersebut ternyata lebih rendah lagi di antara mereka yang berusia 20-an dan 30-an.

Hanya sebanyak 35,1 persen dari generasi muda Korea berusia 20-an mengatakan setuju bahwa menikah adalah suatu keharusan, dan 40,6 persen dari mereka yang berusia 30-an juga mengatakan hal yang senada. Adapun 53,5 persen responden berusia 20-an dan 52,8 persen dari mereka yang berusia 30-an menjawab tidak masalah apakah mereka menikah atau tidak.

Selanjutnya, 6,4 persen dari mereka yang berusia 20-an dan 3,5 persen dari mereka yang berusia 30-an mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah menikah.

3 dari 4 halaman

Alasan Enggan Menikah

Dalam kasus generasi muda Korea yang berusia antara 13 hingga 19 tahun, hanya 29,1 persen yang menjawab bahwa menikah adalah suatu keharusan. Jumlah tersebut meningkat seiring bertambahnya usia responden, karena 42,3 persen dari mereka yang berusia 40-an dan 52,8 persen dari mereka yang berusia 50-an mengatakan hal yang sama. 

Di sisi lain, lebih dari 70 persen orang yang berusia diatas 60 tahun mengatakan bahwa menikah adalah suatu keharusan. Berdasarkan jenis kelamin, 55,8 persen responden laki-laki menyatakan perlu menikah, sementara hanya 44,3 persen responden perempuan menyatakan demikian.

Mengenai alasan yang mempengaruhi keputusan mereka untuk tidak menikah, 28,7 persen responden menyatakan karena kekurangan uang. Alasan lain, seperti pekerjaan yang tidak stabil serta beban melahirkan dan mengasuh anak. Terakhir, 25 persen responden mengatakan bahwa mereka tidak merasa perlu untuk menikah, atau mereka belum bertemu dengan siapa pun yang ingin mereka nikahi. 

Faktanya, pernikahan bukan hal mudah untuk dijalani. Perlu usaha dan toleransi tinggi dari kedua pasangan yang menjalaninya agar pernikahan bisa mendatangkan kebahagiaan. Bahkan, mantan ibu negara Amerika Serikat mengaku ia merasa tak tahan hidup bersama dengan Barack Obama di 10 tahun awal pernikahan mereka.

 

4 dari 4 halaman

Cerita Michelle Obama

Pernyataan itu disampaikannya dalam wawancara meja bundar di Revolt TV yang mengulas topik tentang tantangan membesarkan dua anak perempuan mereka sebagai sepasang suami istri yang sama-sama berkarier. 

"Kami tidak berbicara tentang berapa banyak pekerjaan yang dibutuhkan dan betapa sulitnya, bahkan ketika Anda jatuh cinta dengan seseorang, bahkan ketika semuanya berjalan dengan baik," katanya, dikutip dari Page Six, Jumat, 30 Desember 2022.

"Orang-orang mengira saya mendendam dengan mengatakan ini, sepertinya, ada 10 tahun di mana saya tidak tahan dengan suami saya. Dan tebak kapan itu terjadi? Ketika anak-anak itu masih kecil," sambung dia lagi.

Michelle menyebut, dua anak perempuannya, Malia dan Sasha Obama, yang masih berusia 10 dan 7 tahun saat ayah mereka terpilih pertama kali sebagai Presiden AS, seperti 'teroris' saat mereka masih cilik. "Mereka (anak-anak) punya banyak keinginan. Mereka tidak berbicara. Mereka komunikator yang buruk. Mereka menangis sepanjang waktu," celotehnya.

"Mereka irasional. Mereka penuntut, tapi kamu tetap mencintai mereka. Jadi, kamu tak bisa menyalahkan mereka, kan? ... Jadi, kamu melampiaskan kemarahan kepada satu sama lain," ia menyambung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.